Chapter 18- Langit Yang Sama

358 28 2
                                    

"Bagaimana bisa ini terjadi, Puteriku, dia, bagaimana bisa, Puteriku," racau Hae tak jelas.

Axe dan Asha tak tau lagi harus berbuat apa. Penyakit yang diderita Puteri mereka adalah penyakit yang langka. Bahkan obatnya hanya di China.

Namun, Cinta hanya bisa tergeletak dengan semua alat yang membuatnya masih bertahan hidup. Jika mengirim Cinta ke China, maka alat itu akan dilepas dahulu, namun jika semenit saja alat itu dilepas, maka melayanglah nyawa Cinta.

"Tuan, saya sarankan Anda sendiri yang ke China, dan mencari obat penawar itu. Obat itu ada di Shanghai. Tapi saya tidak yakin jika Cinta akan bertahan lebih dari seminggu dengan hanya mengandalkan alat ini."

Kata Dokter itu membuat Hae kembali histeris. Perjalanan ke China tidaklah cepat, belum lagi ia harus mencari obat penawar itu di negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Apa yang harus Axe lakukan?

Melepas alat bantu itu dari tubuh Cinta dan membuatnya pergi dengan tenang?

Atau tetap memasang alat itu dan membiarkan Cinta meninggal dengan membawa rasa sakit?

"Menurut saya, ikhlaskan Cinta dan biarkan dia pergi dengan ten--"

"SELAMATKAN DIA! JANGAN LEPAS ALAT ITU! Aku mohon pada Anda, berbaik hatilah dan biarkan Puteri saya hidup." lirih Hae dengan wajah memelas seraya mencangkupkan tangannya. "Biarkan Puteri saya tetap hidup," lirihnya kembali.

"Ibu," panggil Asha sembari memeluk Ibunya.

Entah apa yang harus dilakukan Asha. Ia bahkan tak mampu menangis.

***[]

"Apa sudah kau dapatkan?" ujar wanita paruh baya itu pada laki-laki di hadapannya.

Laki-laki itu gemetar dan mengangguk pelan.

"Apa kau takut?" tanya wanita itu lagi.

Laki-laki itu mendongak. "Saya pernah bersumpah akan melindunginya. Tapi saya tak percaya akan ikut dalam konspirasi ini. Itu kenapa saya takut akan karma yang ada."

Wanita itu terhenyuk. "Bukankah kita menolongnya? Lakukan saja tugasmu. Dan kau akan melindunginya dan ikut bersamanya."

Laki-laki itu mendongak. "Maksud Bibi?"

"Kau, dan juga El, akan tinggal di New York menemani Aska."

Laki-laki itu tak percaya dengan apa yang dikatakan wanita di hadapannya. Memisahkan Bulan dan Gerhana bukanlah tujuanku, batin laki-laki itu.

"Bastian Marvel Pramudana. Kau boleh pergi melihat keadaan Aska. Aku takut ia akan bertindak di luar akal sehatnya."

Laki-laki itu mengangguk dan beranjak dari kursi. Ia lalu menaiki tangga dan menuju kamar Aska.

Tuan, mohon maafkan saya, batin Ar.

Ar mendengar suara teriakan dari kamar Aska. Ar menunduk lesu dan hanya menyentuh kenop pintu itu. Ada kalanya aku akan menebus semua kesalahanku, batin Ar.

***[]

Axe sedang berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Ia bingung harus bertindak bagaimana. Apakah melepas Cinta adalah jalan terbaik?

Tapi aku akan menjadi Ayah yang kejam, batin Axe lagi.

Tiba-tiba saja Bibi Una menghampirinya. "Tuan, ada seseorang yang mencari Tuan."

Axe menggeleng dan mengangkat tangannya. "Katakan aku sibuk. Aku sedang banyak pikiran," ucapnya.

Bi Una terlihat berpikir. "Tapi katanya, ini tentang Nona Em, Tuan."

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang