Chapter 14- Bertahan

396 25 2
                                    

Cinta merenung. Apa yang harus ia lakukan agar semuanya tetap bertahan?

Agar hubungan antar saudara bertahan, hubungan kekeluargaan bertahan, juga hubungannya dengan Aska bertahan. Apa yang harus ia lakukan?

Cinta terkejut saat mendengar pintu kamar yang ia tempati diketuk. Ia takut jika itu Rangga. Tapi bagaimana jika Aska?

Cinta bingung, ia harus membukanya atau pura-pura tidur? Pura-pura mandi? Ia bingung.

Cinta mendekat ke arah pintu, namun tak kunjung membukanya. Ketukkan terdengar kembali.

"Buka pintunya, ini aku."

Suara itu... adalah suara yang Cinta kenal. Ia langsung membuka pintu kamarnya dan memeluk Aska sekuat-kuatnya.

Bahkan Aska sampai mundur selangkah akibat serangan dadakan yang ia dapatkan.

Aska kemudian tersenyum dan membalas pelukkan Cinta. Cinta dengan erat mengalungkan tangannya di leher Aska. Dan Aska semakin erat merangkul pinggang Cinta.

"Kak, jangan lepaskan aku." ucap Cinta masih memeluk Aska.

Aska diam sejenak, ia tahu arti dari kata Cinta. Ia sangat tahu. Askapun tak ingin melepaskan Cinta. Tapi dia bisa apa?

Aska memejamkan matanya kuat-kuat dan memeluk Cinta semakin erat. "Tidak akan."

Jauh di depan mereka, Rangga memerhatikannya. Rangga tersenyum sinis dan membuang mukanya.

"Setelah ini, dia akan ada di pelukkanku." ucapnya.

Di sebelah kanan Cinta dan Aska yang masih berpelukan, Ardhan diam-diam mengintip mereka dan percakapan mereka. Ardhan menerawang.

Tuhan, hukumlah aku karna ingin memisahkan mereka. Aku adalah Ayah terkejam di dunia ini. Aku adalah pria terkejam di dunia ini. Aku membuat Hazel sakit hati dengan pernikahan paksaku dengan Ginarra, dan sekarang aku membuat Puteraku Aska sakit hati selama ini dengan keegoisan Puteraku Rangga. Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?

Di sisi lain, aku sangat ingin mendekap Puteraku Aska. Karena ia tak pernah meminta apapun padaku. Aku pernah berjanji pada diriku, apapun yang Aska minta, akan aku kabulkan sebagai hadiah dia telah berbaik hati dan memiliki ketulusan hati selama hidupnya. Tapi kenapa sekarang jadi begini?

Di sisi lain juga, aku mempunyai Rangga yang sama-sama adalah Puteraku. Dalam hidupnya, ia selalu meminta apa yang Aska punya. Dan aku selalu mengabulkannya. Tapi sekarang situasinya sudah berbeda, Tuhan. Yang Rangga inginkan adalah Cinta yang tak lain tak bukan adalah kekasih Puteraku Aska.

Dalam hal ini, aku tak tahu harus berbuat apa? Haruskah aku memisahkan mereka? Mengirim Aska kembali ke New York? Dan membiarkan Cinta sakit hati? Aku tak sanggup menyakiti dua hati.

Betapa berdosanya aku. Menyakiti Hazel dengan pernikahan paksaku dan Ginarra. Menyakiti Aska semenjak ia kecil. Dan sekarang, aku berencana memisahkan mereka dan membuat Cinta tersakiti.

Jika aku tak memisahkan Aska dan Cinta, maka Rangga yang tersakiti.

Apa yang harus hambamu lakukan, Tuhan? batin Ardhan. Ia masih sibuk mengamati Aska dan Cinta yang masih berpelukan.

Di sebelah kiri Aska dan Cinta, Hazel tak sengaja melihat Puteranya berdiam diri di kamar yang Cinta tempati. Tak lama kemudian, ia melihat Cinta memeluk Aska, begitu juga Aska. Ia mendengar percakapan singkat itu.

Hatinya sakit. Hazel serasa ingin menangis seraya berteriak.

Tuhan, sesungguhnya aku pernah berada di posisi mereka. Aku pernah merasakan sakit yang mereka rasakan.

Setelah aku tahu bagaimana sakitnya mereka, masih mampukah aku untuk memisahkan mereka?

Aku sadar, sangat sadar jika selama ini aku sama sekali tak memperhatikan Aska, Putera kandungku sendiri. Aku bahkan tak memperhatikannya tumbuh hingga menjadi setampan ini. Berdosalah aku, Tuhan.

Berikan jalan terbaikmu, Tuhan, batin Hazel lalu beranjak pergi.

Aska dan Cinta masih saja berpelukan. Mereka sama-sama merasakan nyaman. Mereka ingin merasakan lebih lama hangatnya dekapan masing-masing. Karena mereka tak akan tau, kapan mereka bisa seperti ini lagi.

Mereka melepaskan pelukan mereka dan saling menatap sayang. Aska melihat pipi Cinta basah karena air mata.

"Jangan menangis, Cintaku tak menangis. Aku tak akan melepaskanmu, tak akan."

Cinta mengangguk patuh dan menyentuh jemari Aska yang mengusap pipinya lembut.

Jemari Aska bergetar karna takut akan ucapannya sendiri. Ia takut jika akhirnya ia tidak bisa mempertahankan Cintanya.

***[]

Ardhan, Hazel, Rangga, Aska dan Cinta saat ini sedang berada di ruang tamu setelah sebelumnya mereka sarapan bersama.

Hening, hanya kata itu yang mampu menggambarkan situasi saat ini. Hingga akhirnya Ardhan memutuskan untuk berbicara.

"Emm, Papa hanya..."

Aska berdiri. "Tidak usah. Jika memang Anda tidak bisa berpihak pada saya, maka jangan dipaksakan. Ambil saja, ambil lah Cinta."

Cinta yang mendengar kata itu sontak langsung berdiri dan mencengkram erat lengan Aska. Apa benar itu yang ia dengar?

Aska melihat raut wajah takut yang dipancarkan oleh Cinta padanya. Aska tersenyum dan merangkul erat pinggang Cinta. Gadis itu terkejut dengan perlakuan Aska padanya.

"Aku akan melepaskannya jika aku mati nanti. Jika kalian ingin secepatnya mengambil Cinta, maka ambil saja jika kalian memang cukup tangguh untuk meluluhkan hatinya. Jadi, berdoalah untuk kematianku." ucapnya tajam.

Aska lalu menuntun Cinta pergi dari pekarangan rumah ini. Cinta menoleh ke belakang dan melihat Hazel tersenyum manis padanya.

Sesampainya di garasi, Cinta melepaskan diri dari rangkulan Aska di pinggangnya. Ia lalu tersenyum manis pada Aska.

"Ada sesuatu yang tertinggal," ucapnya pada Aska.

"Apa itu? Dimana? Biar aku yang ambilkan," ucap Aska menawarkan diri.

Cinta menggeleng dan menyentuh lengan Aska. "Kumohon biarkan aku, hanya tertinggal di ruang tamu." pintanya memelas.

Aska tampak berpikir, dan kemudian mengangguk setuju. "Ingat, jika ada apa-apa yang terjadi padamu, kau tinggal teriak saja, mengerti?"

Cinta mengangguk dan segera masuk ke dalam rumah. Sesampainya di ruang tamu, ia bersyukur karna hanya ada Ardhan dan Hazel. Ia berpikir, mungkin Rangga ada di kamarnya.

Cinta segera menghampiri mereka berdua. Ardhan dan Hazel terkejut dengan kedatangan Cinta kembali seorang diri. Mereka berdua berdiri dan memberikan Cinta tatapan bingung.

"Aku hanya ingin memberikan ini pada kalian," ucapnya seraya memberikan Ardhan origami burung merak dan Hazel origami kupu-kupu.

Ardhan dan Hazel menerima origami itu masih dengan tatapan bingung. Mereka kemudian tersenyum dan menatap Cinta sayang.

"Kalian harus tau satu hal, dia mencintai kalian, dia sangat mencintai kalian. Saya permisi," ucap Cinta lalu berbalik dan lari dari ruang tamu menemui Aska.

Ardhan merenungkan kata-kata Cinta, sedangkan Hazel tersenyum seraya melihat origami kupu-kupu yang ada di tangannya.

Cinta masuk ke dalam mobil dan bertukar senyum dengan Aska. "Well, apa yang ketinggalan, Nona?"

Cinta memutar bola matanya. "Aku habis dari toilet. Aku tak tahan."

Aska mengangguk mengerti dan menjalankan mobilnya menuju apartemen mereka.

Kau sangat mencintai keluargamu, batin Cinta lalu tersenyum sendiri.

***[]

=With(out) You=

Tbc...

Maap pendek :v yang penting update :v

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang