Chapter 27- Mengapa?

326 18 3
                                    

Ai menatap Aska yang berada di luar pekarangan rumah. Ia bisa melihat tatapan hampa dari mata Aska yang menatap ke sesuatu benda.

Ai tak tahu benda apa itu, karena selain pembatas kaca di rumah, Aska juga tertutupi oleh kaca mobilnya sendiri.

Ai menutup gorden dan terbengong. Sebentar lagi, batin Ai.

***[]

Aska mengetuk pintu tiga kali. Ia membawa beberapa makanan kesukaan Cinta.

Tak berselang lama, pintu terbuka dan tampaklah Ae. "Dimana dia?" tanya Aska langsung.

Ae menunjuk ke arah lantai menuju atas. "Di kamarnya," sahut Ae pelan.

Aska lalu berjalan dan menaiki tangga menuju kamar Cinta. Ae termenung di depan pintu. Segala yang ada di otaknya kini beradu argumen.

Tidak! Aku tidak boleh menjadi pengkhianat! Dia sudah ditakdirkan dengan Cinta, batin Ae.

Tidak salah memang, jika Ae, perlahan mencintai Aska dalam diam. Dalam hatinya. Dalam pikirnya.

Ai melihat Ae yang terdiam di depan pintu. Ai paham betul, jika Ae sangat mencintai Aska, sejak Ae membawa Cinta pergi ke Tiongkok, lima tahun kurang lalu.

Ae sangat hebat dimatanya, karena dapat memendam perasaan itu. Namun sayangnya, Ai malah tahu arti tatapan Ae pada Aska sejak saat itu. Bagaimanapun juga, Cinta tetaplah milik Aska, begitu juga sebaliknya.

Ae merasa ada seseorang yang menatapnya. Ae menoleh ke arah dapur. Ae terkejut melihat Ai di sana, dan di sana Ai terlihat menggeleng pelan padanya. Mengisyaratkan sesuatu dengan gelengan pelan itu. Ae yang mengerti, hanya bisa menunduk.

***

Aska membuka kenop pintu kamar Cinta setelah sebelumnya mengetuk pintu.

Ketika melihat Aska, Cinta terduduk di tempat tidurnya. "Aih, kenapa membawa semua ini lagi?" tanya Cinta heran melihat kantung-kantung plastik yang Aska bawa.

Aska hanya tersenyum seraya meletakkan itu semua di atas nakas.

"Kau hanya membuang uangmu saja," oceh Cinta.

"Tidak sama sekali," sahut Aska.

"Apa kau tidak punya aktifitas lain? Kuliah? Misalnya," tanya Cinta.

Aska menggeleng. "Aku sudah lulus," jawabnya.

Cinta melebarkan matanya. "Cepat sekali ..." gumamnya.

Aska berkacak pinggang. "Hei, umurku sudah akan menginjak 22 tahun, Nona!"

Cinta terkikik geli. "Tuanyaaaa ..." goda Cinta membuat Aska kesal karena di katai tua.

Aska hendak protes, tetapi ada suatu hal yang membuatnya membeku. Kata-kata gadis di hadapannya. Mirip sekali dengan kata-kata Cinta enam tahun silam.

"Nih, ya, saya tuh udah tau kalau om udah tua, makanya cepet marah!"

"Gini dah ngomong sama om-om tua! Tuaaaa!"

Aska menatap ke arah lantai. Cinta bingung dibuatnya. Apa kata-katanya ada yang salah, begitu pikir Cinta.

***[]

Aska hari ini datang lebih pagi dari sebelumnya. Jam masih menunjukkan pukul 07.15 pagi. Semua pekerja mulai berbisik-bisik.

Aska menghampiri meja penerima tamu, atau receptionist. "Berikan aku data sumbangan dua bulan yang lalu!" tegas Aska.

Anastasia terkejut dengan permintaan Aska. Ia kemudian mencari dokumen yang ia letakkan di lemari dokumen nomor 057 A.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang