MISTAKE - LAST DAY

524 42 13
                                    

VERONICA


Sketsa terakhir yang kugambar akhirnya lolos ke dalam tong sampah. Seluruh kosentrasiku tercerai berai. Setelah malam itu, Milo menolak bicara denganku. Sikapnya itu hampir membuat Papi dan Mami curiga namun aku masih bersyukur karena mereka tak sempat menanyaiku.

Aku sudah mengunjungi rumah sakit pagi tadi sebelum berangkat kerja, Milo tetap acuh saat tahu aku menghidupkan mobil sangat pagi. Dia hanya melihatku dengan tatapan tak suka dan mulut tetap terkunci rapat. Malam sebelumnya aku tidak tidur. Kantukku hilang entah kemana. Kondisi Nichole menjadi satu-satunya yang kucemaskan. Belum lagi omongan Trevor saat itu. Ada seseorang dibalik semua ini.

Sialnya, aku turut terseret ke dalam permainan tolol yang tak pernah kutahu lantaran rasa kesalku pada sepupuku sendiri.

Seseorang telah menjebakku. Menjebakku agar menyakiti sepupuku sendiri.

Demi Tuhan! Tanganku mengacak rambutku dengan gemas.


"Kami tau lo tetap khawatir, Ver."

Kepalaku terangkat. Didepanku berdiri Missy dan Nessa yang saling memandang dengan prihatin. Aku tak sadar mereka sudah berada diruanganku. Apa yang sedang kupikirkan dari tadi.

"Ngapain kalian kesini?"

Nessa menghela napas sementara Missy bergerak mendekati mejaku dengan takut-takut. "Kami dengar kalau Nicky kecelakaan semalam. Waktu itu, Missy pikir terjadi sesuatu juga ama Bram tetapi tahu dia baik-baik saja bikin Missy mendadak hubungin gue. Kita pikir lo belom tau." Jelas Nessa melirik ke arah Missy yang tengah meletakkan kotak makanan persis didekat lembaran kertas desainku.

"Apa-apaan lo, mo nyogok gue?" semburku membuat Missy berjengit sebelum akhirnya mundur ke balik pundak Nessa.

"Ver, kita care ama lo makanya kita disini. Please, dengarin kita sekali aja bisa. Kita tahu lo marah tapi kita nggak bisa diam aja." Kata Missy cukup lantang tetapi tetap pada posisinya, bersembunyi dibalik Nessa.

"Apa yang terjadi ama Nichole memangnya?"

Nessa tak tahan mendesis. "Dia sepupu lo, Ver. Lo masih aja egois dengan pura-pura nggak tau. Dia masuk rumah sakit! Kita kesini nyari lo karena kita tau lo pasti mikirin kondisi Nichole juga."

Aku melempar tatapan ke arah jendela di sisi kanan ruangan. Mengapa teman-temanku malah lebih tahu apa yang sesungguhnya kurasakan dibandingkan dengan apa yang tengah kulakukan saat ini. Aku... tak boleh terlihat menyedihkan saat ini. Setidaknya dihadapan mereka. Meski aku hampir saja menangis seperti gadis cengeng pada mereka saat ini juga.

Mereka benar, aku masih saja egois. Tetapi aku tidak bisa mengatakan semua salahku sekarang. Masih terlalu cepat. Setidaknya sampai pada hari dimana Nichole keluar dari rumah sakit, aku pasti akan mengungkap semua.

Aku sudah berjanji. Aku tidak bisa lari dari kenyataan itu.

"Ver..."

"Gue nggak ngerti kalian berdua ngomongin apa. Mending kalian pergi deh, kalo kalian cuma bikin gue pusing disini."

Missy kali ini bergerak tanpa kucegah. Dengan kasarnya dia merenggut apa yang baru saja diletakkannya diatas mejaku dan melemparnya ke dalam tong sampah yang meluber isinya karena sisa kertas sketsaku.

"Apa-apaan..."

"Gue berhenti, Ver. Jujur gue muak ama lo. Kalo lo pikir gue takut ama lo, iya gue emang takut. Gue hanya takut kehilangan sahabat SMA gue. Kalo lo emang masih marah karena gue lebih ngebelain sepupu lo, terserah. Satu yang perlu lo tau, gue bukan teman lo mulai dari hari ini." cetus Missy dengan tatapan tajam. Pandangan menusuknya beralih ke arah Nessa.

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang