Steps to Revenges - Falls

759 48 2
                                    

NICHOLE

Pemandangan dari vila Om Febrio luar biasa mengagumkan. Dengan sedikit bantuan Nicholas, aku berhasil lolos dari rumah. Tentu saja setelah melewati seminggu masa hukumanku. SATU MINGGU, mendekam dirumah. Papa marah besar, apalagi Bunda. Untunglah setelah persoalan headline itu berhasil ditahan, semua kembali normal.

“Nick?”

Aku menoleh dan menemukan Fortunio tengah memandangiku, dibelakangnya Bram ikut-ikutan muncul sambil menenteng dua tas ditangannya. Keduanya sudah berhasil dibebaskan hari ini dan aku menyuruh salah satu pengawalku untuk menjemput mereka. Mereka masuk ke dalam sel, saat sedang bersamaku bukan.

“So, ini reward yang kita terima habis dipenjara?” Ujar Bram setelah meletakkan tas-tas mereka itu dekat sofa.

Fortunio majukan tubuhnya dan memandangiku dengan raut cemas, “Lu nggak papa Nick?!” Aku menggangguk pelan.

Tahu kalau ada yang tak beres membuat Bram berhenti bercanda dan menatap Fortunio dengan bingung. “Ada yang gue lewatin?”

Dengan malas aku meraih Koran tempo waktu lalu yang terselip disofa dan melemparnya ke arah Bram. Dia menggerutu namun langsung terdiam ketika membaca berita itu. Aku tak heran Fortunio sudah tahu lebih dulu dibanding Bram meskipun keduanya sama-sama ditahan. Selesai membaca Bram menatapku lalu menyikut lengan Fortunio.

“Apaan sih. Gue nggak tau, jangan ngeliatin gue kaya gitu.”

“Makanya cari tau. Lo kan biasa ngurusin hal-hal kayak gini.” Komentar Bram membuatku tersenyum. Aku meminta kedua orang itu mengikutiku ke ruang belakang setelah menutup pintu depan.

Bram terus saja memuji design vila tempat kami berada dan mulai merancangkan mimpi barunya tentang tempat tinggal bersama Missy kelak. Hal itu sontak mengundang cibiran mentah dari mulut Fortunio. Baginya Bram selalu saja bermimpi. Kebanyakan mimpi yang biasanya hampir tidak masuk akal.

“Seperti yang Bram bilang, gue percaya lo bisa bantuin gue.”

Fortunio mengangkat satu alisnya, melihat ke arah laptop yang kusiapkan di atas meja. “Lo mau gue ngelacak penantang itu.” Katanya perlahan terdengar tak begitu yakin.

Aku menggeleng pelan. “Gue mau nemuin dia!”

Fortunio menelan ludah sementara Bram hanya mangut-mangut pelan sebelum menatapku balik dengan ekspresi bodohnya. “Lo udah gila, mau nemuin dia. Kita baru saja keluar dan lo. . .”

“OK. Tapi kita perlu rencana, Nick. Lo tahu kan maksud gue.” Potong Fortunio, sebaliknya Bram langsung menatapnya dari ekor mata lengkap dengan ekspresi kesal. Dia hampir menjitak kepala cowok itu tetapi berhasil dihindari Fortunio dengan cepat.

Kelakuan keduanya membuatku hanya bisa menghela napas sebelum meraih jaket dari gantungan dekat jendela. “Gue tahu. Sementara ini, gue percayakan semua informasi tentang penantang sialan itu ke lo, For.” Kataku lalu beralih menatap Bram, “Dan keamanan vila ini buat lo, Bram. Gue percaya lo bakalan jaga tempat ini seperti punya lo sendiri.” Jelasku lantas melemparkan remote control ke genggaman cowok itu. Dia memandang takjub benda yang ada ditangannya.

“Dan lo sendiri mau kemana?!”

Masih dengan senyum aku pun berjalan pamit menuju pintu keluar. Aku yakin mereka berdua akan baik-baik saja selama aku tinggal di villa. Mustahil mereka akan buat kekacauan. Kalaupun iya, biar saja mereka berhadapan dengan Nicholas atau yang lain. Aku tak peduli. Aku harus melunasi utangku. Terlalu banyak hal yang kulewatkan selama sepekan lalu. Terlalu banyak.

“Nona, mau kemana?!”

Nicholas baru saja akan berjalan mendekatiku namun mendadak berhenti ketika aku sudah berdiri didepannya. Dalam jarak yang cukup dekat. Aku mendongak untuk memandanginya.

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang