VERONICA
Rasa sayang dan benci itu memiliki perbedaan tipis. Dulu, aku mungkin bisa dibilang tidak menyukai Nichole. Bahkan membencinya atas semua yang terjadi diantara kami. Namun saat ini, aku sangat menyayanginya. Mungkin setelah masalah kemarin, aku sadar aku tidak bisa terus-menerus melimpahkan semua kekesalan tidak berarti padanya.
"Kamu yakin nggak mau ditemani?"
Aku menoleh, Tristan menunggu di mobil. Hubunganku dengan lelaki satu ini sudah membaik. Bahkan kalau boleh aku tambahkan terlalu baik. Semenjak keluar dari rumah sakit dan pulih, Tristan tidak memberi pilihan lain selain mengantarkanku bekerja hingga menungguku pulang kerja. Dia bahkan pernah menggunakan taksi ke rumah supaya punya alasan memakai mobilku. Padahal aku bisa dikatakan tidak punya wajah saat berhadapan dengan kakaknya, dokter Cornely waktu masih di rumah sakit. Masalahku dan Nichole cukup menyeretnya hingga babak belur. Apa yang bisa diharapkan dari hubungan dengan cewek pembawa masalah?
Tristan juga orang cukup terpandang. Perusahaan yang dipimpinnya juga butuh perhatian lebih tetapi itu tetap tidak menjadikannya semata-mata mengabaikanku. Dia bilang dia sudah sejak muda berhadapan dengan segala urusan manajemen maupun orang-orang yang bekerja dibawah kekuasaan ayahnya. Jadi masalah sewaktu-waktu dia kehilangan pekerjaannya sangatlah mustahil.
"Kalau ntar aku bangkrut, aku masih punya kamu. Perusahaan Diamonds itu melegenda dari dulu. Buat apa susah payah kalau toh aku tetap bakalan dapat warisan dengan jalan menikahi kamu." candanya membuatku tak tahan untuk memukulnya dengan tas tanganku. Namun bukannya berhasil Tristan malah menahan tanganku dan berhasil mencuri ciumanku.
Sial. Aku jadi ingat kalau kami sering melakukan itu dalam mobil dan bukannya ditempat lain manapun.
"Licia, kamu mikirin apa sih?"
Aku menggeleng kecil sambil menoleh keluar mobil. Bisa gawat kalau Tristan tahu apa yang barusan kupikirkan.
"Bukan apa-apa..."
"Jangan bohong, kenapa wajah kamu merah?"
Argh. Aku ingin mati saja sekarang. "Tris, kamu bisa kan pulang sendiri?"
Alis Tristan naik sebelah. "Apa maksud kamu?"
Aku menggigit bibir. Semoga saja rencanaku kali ini bisa berhasil. Aku ingin menarik Nichole agar keluar dari persembunyiannya. Sebelum ini aku sudah ngomong sama Mami. Dia sangat senang dengan rencanaku. Papi juga belum kuberitahu. Tapi aku yakin dia akan setuju kali ini. Aku masih dapat merasakan kesedihan tante Alexa. Aku tahu perempuan cantik itu murung hingga kini. Om Julio juga sama.
Minggu kemarin kedua pasangan itu mendadak memilih makan malam di rumah kami. Ajaibnya mereka berusaha bersikap seakan itu hanya makan malam biasa. Walau semua juga tahu tanpa kehadiran Nichole mereka terlihat janggal. Sudah dari dulu kalau ada waktu kosong, entah di akhir pekan atau liburan panjang, om Julio dan tante Alexa dengan membawa serta Nichole memilih makan malam dirumah kami. Alasannya sederhana karena kalau diadakan dirumah mereka itu selalu melibatkan kakek. Karena rumah yang ditempati Nichole adalah rumah sejak Om Julio kecil dulu sedangkan Papi memang memiliki beberapa unit rumah sedari muda.
Lagian dari cerita Mami, hubungan Om Julio dengan Papi juga tidak seakrab sekarang. Dulunya mereka tidak pernah mau seatap. Bahkan mereka pernah berkompetisi. Karena masalah percintaan juga kalau aku tidak salah. Mereka berubah menjadi saling mendukung seperti sekarang sejak menikah dan punya anak. Sejak kehadiranku maupun Nichole, mereka berdua berubah.
Mirisnya apa yang terjadi pada mereka tak ubahnya terjadi juga padaku dan Nichole. Dan aku tidak ingin menunggu hingga kami berdua sama-sama tua baru kelakuan itu berganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Attack [END]
Teen FictionNichole Tienna - Dalam keluarga dikenal sebagai troublemaker, (sebagian mewarisi sifat ibunya dimasa lalu). Di atas jalanan, dikenal sebagai juara bertahan. Di mata teman-teman, tak lebih dari anak rumahan yang suka mencari perhatian. Cewek seperti...