Headline - Good Brother

735 57 7
                                    

NICHOLE

Aku melewatkan sarapan pagi ini dengan perut kosong karena belum bernyali keluar dari kamar. Nicholas sialan! Mengingat kejadian semalam membuatku berang dan ingin sekali mencincang tubuhnya menjadi potongan kecil-kecil.

Dia berhasil menggodaku dan hampir saja merebut ciumanku dengan dalih menghukumku karena tak mau menuruti keinginannya. Lagian siapa juga yang ingin mengikuti kemauannya begitu saja. Dia pikir dengan status kami saat ini, dia bebas memperlakukanku semena-mena.

Argh, aku benci Nicholas!

“Selamat pagi Nona. . .”

Alisku bertautan tajam melihat dua orang berbadan tegap yang berdiri dikedua sisi pintu kamarku. Belum sempat menyuarakan kebingungan, bayangan supir lamaku muncul dengan wajah resah.

Dia memberi kode kepada dua orang itu untuk menyingkir sebentar kemudian menghela napas saat berhadapan denganku.

“Ada apaan sih Den?!”

Deno belum menjawab pertanyaan itu tetapi segera menyodorkan sepotong Koran kedalam genggamanku. Aku menerimanya dan menatap horror pada headline tulisan beserta gambar yang tertera dihalaman depan Koran itu.

Putri tunggal pengusaha berlian terlibat aksi perusakan sebuah bengkel, selangkapnya di halaman. . .

“Oh My. . . jangan bilang kalo,”

“Tuan marah besar, Nona. Dan Nyonya beserta Tuan Rome sedang mencari penyebar berita itu dan berusaha menghentikan pemberitaan itu agar tidak meluas. Tidak jelas motif pemberitaan semacam itu, tetapi menurut tuan Besar itu sepertinya ada yang sengaja ingin melakukan itu karena kepemilikan Diamonds saat ini. Sejak tuan Martin jatuh sakit, banyak yang meragukan Diamonds dibawah pimpinan tuan Besar maupun tuan Julio.”

Kepalaku mendadak pusing. Sialan. Sialan. SIALAN!

“Da-dari mana. . . lo tau?”

Deno mendecakan lidah, tak puas karena reaksiku yang meragukannya. Dia menoleh ke belakang, memastikan kalau dua pengawal tadi belum kembali, sebelum menghela napas. “Saya mendengar sendiri kemarahan tuan saat tadi pagi memasuki ruang kerjanya, Nona. Dan karena hal ini, makanya Nona tidak diizinkan untuk kemanapun sampai berita itu berhenti.”

“Trus Papa dimana?”

“Masih diruangannya, sedang menelpon beberapa kenalannya, Nona. Saya kesini, karena saya yakin belum ada yang memberitahu hal ini pada Nona bukan?!”

Aku tak tahu harus melakukan apa setelah ini. Berurusan dengan polisi dan semacamnya beberapa kali kulalui, itupun dengan hukuman tambahan dari Bunda. Namun berurusan dengan pemberitaan media massa, belum pernah kutemui sekalipun. Aku takkan bangga melihat sebagian wajahku yang terpampang diatas kertas berwarna kelam yang dipenuhi deretan berita palsu, bila kenyataannya hal ini sampai membuat pusing Papa dan Bunda. Dan lagipula, aku merasa tak perlu masuk Koran hanya gara-gara hal sepele semacam itu.

“Well, terima kasih Den. Gue harap, kalo ada informasi lagi, tolong kabarin gue ya. Tapi kenapa Papa belum memanggil gue?!”

Kali ini Deno tak tahan untuk terkekeh lantas menyenggol bahuku pelan. “Itu karena para pelayan mengatakan bahwa Nona belum bangun sampai melewatkan sarapan. Tetapi kalau mengetahui saya berada disini sekarang, mungkin sebentar lagi Nona pasti akan menemui tuan Julio.”

Dengan reflex aku menendang tungkainya sebelum membiarkannya menyingkir diam-diam dari depan kamarku. Kepergiannya memancing dua pengawal yang tadi diusirnya kembali. Sebelum mereka sempat melihatku, kakiku sudah membawaku berlarian sepanjang lorong lantai dua dan berhenti disalah satu ruangan dekat jendela.

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang