I'm friends with the monster that's under my bed
Get along with the voices inside of my head
You're trying to save me, stop holding your breat
And you think I'm crazy, yeah, you think I'm crazy
. . .
Musik kencang tersebut berasal speaker belakang sebuah BMW biru. Pengemudi mobil itu masih bersenandung mengikuti irama tersebut, diiringi ketukan konstan jemari pada stir. Jauh didepannya terdapat kerumunan orang-orang dari berbagai tempat yang saling berdesakan, mencari posisi. Disebelahnya berjejer tiga mobil dengan warna dan design berbeda.
Tok tok tok
Ketukan pelan seseorang dari luar membuat pengemudi BMW biru lantas menurunkan power window-nya. "What?"
Seorang cowok berkacamata tampak menunduk lebih dekat dengan jendela. "Nick. . . lu yakin hanya satu lap aja malam ini?!"
"Sorry For, lu tau sendiri kan keadaan gue kayak gimana. Kenapa emangnya?"
Cowok berkacamata itu menyingkir sebentar dan menatap beberapa meter ke belakangnya. Nick yang disebutnya ikut menatap ke arah yang sama. Disana ada kerumunan kecil orang-orang. Sebuah convertible hitam lengkap dengan pemiliknya menjadi titik sentral kerumunan itu. "Lu liat cowok pake jaket hitam itu. Dia nantangin buat single lap. Tapi dia hanya mau ama juara bertahan disini. Kita disini hanya bisa bergantung dari lu."
Mendengar itu Nick, pemillik BMW biru itu terkekeh. "Kok gitu sih, kan ada Bram. Suruh aja dia gantiin gue, gampang kan?!"
Cowok berkacamata itu berdecak, "Masalahnya taruhannya tuh orang besar."
Satu alis Nick terangkat, diliriknya cowok berkacamata itu melalui ujung matanya. "Lu kan tau gue nggak pernah peduli ama taruhannya." Katanya cuek. Cowok berkacamata itu mendesah singkat, baru saja ingin mengatakan sesuatu alarm tanda pertandingan akan dimulai berbunyi.
"Oke, udah waktunya nih, gue jalan dulu ya. Doain gue bisa selamat."
"Lu emang stress!"
Dan sampai disitulah pembicaraan keduanya karena detik selanjutnya pengemudi BMW segera menutup kembali jendela dan mematikan music. Kedua tangannya bersimpuh pada setir sedang kakinya bersiap-siap menginjak pedal gas untuk memacu mobilnya bergerak. Mobil-mobil disebelahnya melakukan hal serupa. Deru mesin dan asap kian mengepul dari bagian bawah mobil-mobil tadi.
Beberapa meter didepan mereka, hadir seorang cewek dengan tank-top putih dan mini skirt hitam. Ditangannya berkibar sebuah sapu tangan lebar berwarna hijau. Saat sapu tangan itu diturunkannya, empat mobil itupun melintasi jalan dengan kecepatan penuh.
Langit kian menggelap tatkala ke empat mobil itu beradu saing menyusuri tikungan tajam dan berupaya saling mendahului. Sesuai dengan perkiraan waktu, semua penonton begitu riuh menanti dengan tidak sabar diperlintasan garis finish.
Hanya ada satu mobil yang berhasil mendahului yang lain. Satu mobil yang mampu mempertahankan kecepatannya diatas lintasan tanpa harus tertinggal atau terjebak disudut tikungan. Dan mobil itu yang keluar sebagai juara malam hari itu, tetap saja dikenal sebagai sang juara bertahan.
NICHOLE
Map hitam yang berada digenggamanku hampir saja terlepas ketika pintu lift terbuka dan seseorang dari lantai dasar berjalan masuk. Aku tak bisa bohong kalau kepalaku terasa begitu ringan dan mata nyaris menutup lantaran kantuk yang menyerang. Disebelahku orang yang baru masuk tadi tampak terperangah saat melirik ke arah tombol lift, tanpa menekannya. Mungkin dia juga memiliki tujuan khusus yang sama denganku dilantai tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Attack [END]
Fiksi RemajaNichole Tienna - Dalam keluarga dikenal sebagai troublemaker, (sebagian mewarisi sifat ibunya dimasa lalu). Di atas jalanan, dikenal sebagai juara bertahan. Di mata teman-teman, tak lebih dari anak rumahan yang suka mencari perhatian. Cewek seperti...