Upside Down

516 37 13
                                    

NICHOLE

Sepanjang hidup yang kujalani, sejak kecil aku jarang memiliki ketakutan. Bukan karena aku terlahir sangat sempurna, atau tidak seperti orang pada umumnya. Aku tetap punya ketakutan. Selama ini aku enggan membahasnya karena aku tidak suka menunjukkan sisi lemahku pada orang lain.

Aku bukan pemeran drama atau pelakon panggung hiburan yang membutuhkan perhatian, sorot prihatin dari orang lain dan sebagainya. Hanya saja, beberapa bagian dari ketakutan itu lama kelamaan bisa menyerap menjadi realitas yang mesti kukecap.

Salah satunya adalah melawan musuhku sendiri dengan melibatkan saudaraku. Aku tidak pernah memiliki saudara kandung. Aku tidak pernah tahu seperti apa rasanya memiliki seorang kakak. Atau bahkan adik untuk membagi kasih sayang. Aku seorang diri. Karena itulah aku membutuhkan teman-temanku untuk mengisi kekosongan yang sudah seharusnya tidak pernah kupikirkan.

Aku tidak pernah membenci orang lain. Aku tidak pernah mengutuk orang secara terang-terangan tanpa emosi atau keadaan. Tetapi untuk malam ini aku bersumpah Trevor Saverio tidak akan pernah kumaafkan.

Dia berada dibalik setir. Dia menatapku dengan alis terangkat. Disebelahnya Vero hanya duduk diam dan memandang lurus kedepan. Menolak menatap ke sebelahnya. Dia mungkin tahu kalau aku sedang menatap mereka.

Setelah kehadiran Tristan yang tidak kusadari, suasana diantara aku, Vero dan Trevor berubah. Tidak ada perubahan nyata tetapi hanya pada Vero. Tubuh sepupuku itu mendadak menegang dan tak kusangka dia malah menenggelamkan wajahnya di bahu Trevor tanpa menatap kami lagi. Pembicaraan diantara kami berakhir ketika salah seorang diantara kerumunan itu maju dan menawarkan single lap.

Trevor dengan antusiasnya langsung setuju. Aku pun melakukan yang sama. Tetapi tidak menduga kalau Trevor menambahkan, reward and punishment dari permainan kami.

Dia mengajukan persyaratan bila menang, aku harus menyerahkan mobilku padanya. Dengan melakukan aksi teatrikal dihadapan semua orang bahwa aku tidak lebih pantas dari seorang pecundang. Aku tidak boleh menentang hubungannya dengan Veronica setelah kemenangannya. Sementara bagian hukuman yang kuterima adalah aku tidak boleh terlihat berkeliaran dimanapun. Sampai aku ditemukan oleh salah satu teman-temannya atau terlihat olehnya maka dia akan melakukan sesuatu yang buruk baik padaku atau Veronica.

Vero hanya diam. Dia sama sekali tidak terlihat protes atau menunjukan satu pun persetujuan.

Ketika pertanyaan yang sama ditanyakan padaku, aku tidak melebih-lebihkan. Aku hanya menginginkan dia tidak pernah lagi berurusan denganku atau keluargaku dan teman-temanku saat aku menang. Sebagai hukuman, aku meminta satu kali kesempatan untuk menghajarnya tanpa perlawanan balik.

Semua orang di tempat itu menjadi saksi atas perjanjian itu. Termasuk Bram dan Fortunio yang tak henti-hentinya mencegatku agar tidak melakukan hal-hal diluar batas.

Kali ini aku terpaksa berada diluar batasan itu.

"Lo nggak perlu melakukan ini, Nick." Suara itu terdengar dari sisi lain jendela mobilku. Well, tampaknya keadaan semakin rumit saat ini.

"Lo nggak tau apa-apa," kataku selagi memeriksa keadaan performa mobilku. Semoga saja aku bisa mempertahankan blue sky kesayanganku ini.

"Gue emang nggak tau apa-apa, tapi lo nggak perlu lakuin ini, Nick. Gue bisa bicara ama Vero dan..."

"Tristan."

Cowok itu mengatup mulutnya. Dia menarik napas panjang. "Gue tau ini kesalahan gue. Vero tau gue suka lo dan,"

"Lo suka gue?"

Tristan terlihat bersalah tetapi dia tetap saja mengakuinya dengan anggukan pelan. Tristan masih ingin mengatakan sesuatu tetapi diurungkannya ketika alarm pertandingan berbunyi.

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang