SheJeanA coba edit lagi biar bisa dibaca. =))
==============VERONICA
Beberapa jam yang lalu aku seperti satu-satunya orang yang ingin melenyapkan cowok bernama Tristan Pearce dari hadapanku saking tak tahannya dengan kelakuannya yang brengsek dan mengesalkan. Tetapi untuk saat ini, aku membuat pengecualian.
Sebuah pengecualian besar.
"Tenanglah, tuan Martin pasti akan sembuh dan baik-baik saja." Bisikan lembut itu tahu-tahu terdengar lagi. Tujuannya untuk menenangkanku. Dan tidak itu semata, ada sentuhan hangat yang terasa dibahuku. Sebuah usapan lembut. Tampaknya aku terlalu terguncang.
Saat semalam aku sudah menutup rapat pintu dan mengabaikan ocehan asal Tristan dari bagian belakang rumahnya yang berjarak tak lebih dari satu meter dari halaman belakang rumah kakek, aku bermaksud untuk tidur. Namun seorang perawat tiba-tiba menghampiriku dan mengatakan kalau Kakek sudah tak sadarkan diri. Aku meragukannya dan langsung mengecek sendiri ke kamarnya.
Kukira kakek sedang tidur karena deru napasnya yang normal. Gerak dadanya turun naik seperti orang tidur pada umumnya, tetapi dia sama sekali tak merespon dengan panggilanku. Aku mencoba terus menerus memanggil namanya dan sesekali meremas tangannya, bermaksud mencari kesadarannya.
Sayangnya kakek tak kunjung membuka matanya dan dengan panic aku pun menyuruh perawat menghubungi rumah sakit. Sesudah itu aku berlari seperti orang kesetanan mencari pengawal untuk menyiapkan mobil dan segera menghubungi kedua orangtuaku.
Entah karena kecemasanku itu atau keributan yang kutimbulkan ditengah malam Tristan tahu-tahu hadir dan menanyakan apa yang terjadi. Rasa kesalku tiba-tiba menguap dan mau tak mau akupun mengatakan semua. Beruntung dia ada disana karena dia yang menawarkan diri untuk menemaniku selama perjalanan ke rumah sakit. Dia terus menyodorkan tisu dan mengusap bahuku untuk menenangkan tangisku. Rasanya aku seperti anak kecil yang cengeng.
Dia terus berada disampingku hingga keluarga besarku hadir dan aku sedikit lebih lega. Namun tidak sampai disitu, Tristan menawarkan diri untuk menunggu proses perawatan kakek hingga selesai. Walaupun dia sudah diminta pulang dari Mami tetapi dia beralibi kalau Kak Cornely, dokter yang menangani Kakek memberinya izin untuk tetap bersama kami.
Hanya saja kekesalanku padanya kembali hadir saat dia bertemu dengan Nichole. Ya sepupuku itu akhirnya datang dengan penampilan persis preman. Ditengah malam, pakaian bernuansa gelap dan wajah pucat persis mayat. Kulihat Tristan dengan sopannya sempat mengajak Nichole berkenalan, tetapi sepupuku itu terkesan cuek malahan tak salah kulihat dia malah mengedipkan sebelah mata kearahku. Aku sendiri bingung dengan reaksi itu tetapi yang kutahu dia berlaku demikian karena disampingnya ada cowok keren.
Aku tidak bohong perihal cowok keren itu. Sayangnya cowok itu adalah pengawal baru Nichole. Sampai detik ini aku belum paham, mengapa cewek seperti dia bisa diberi pengawalan seperti itu. Harusnya kalau dia tidak bisa dikendalikan maka jalan terbaik adalah mengurungnya di rumah supaya tak ada masalah.
"Lo nggak pulang?" Tanyaku setelah melegakan tenggorokan dengan sisa air mineral dalam botol dan memandang pintu ruangan tempat kakek dirawat. Menangis itu rupanya membuat suaraku berubah serak dan aku yakin wajahku pasti teramat jelek. Apalagi hampir semalaman aku tidak tidur.
"Bentar lagi, deh."
"Baguslah kalo gitu, gue pengen pulang sekarang. Di dalam masih ada Mami ama tante Alexa yang jagain."
"Tunggu. . ." Sebuah tangan terulur menahanku tepat disaat aku beranjak berdiri dan bersiap berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.
"Ada apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Attack [END]
Teen FictionNichole Tienna - Dalam keluarga dikenal sebagai troublemaker, (sebagian mewarisi sifat ibunya dimasa lalu). Di atas jalanan, dikenal sebagai juara bertahan. Di mata teman-teman, tak lebih dari anak rumahan yang suka mencari perhatian. Cewek seperti...