Plan A (II) - STRANGER

599 40 10
                                    

NICHOLE


"Halo, Trevor Saverio. Akhirnya kita berjumpa lagi."


Trevor terperangah sesaat sebelum akhirnya tergelak. Reaksi yang tak pernah kuduga. Kukira dia akan histeris atau langsung menghajarku, oke itu dramatis sekali. Tapi tertawa? Menertawakanku. Dia pasti berpikir aku sudah tidak sayang nyawa sampai harus mendatanginya seperti ini. Mungkin itu benar.

"Lo. . . gue akui lo emang hebat." Katanya memandangiku dari bawah hingga ke atas dengan jenis tatapan yang tak sopan. Tanganku terkepal hebat. Sedetik lagi dia bicara dan memandangiku dengan tatapan meremehkan itu maka aku bersumpah akan merusak wajahnya tanpa ampun. Apalagi aku sudah memperhitungkan jarak antara vas bunga diatas meja kaca dengan jaraknya berdiri saat ini.

"Apa yang ada dipikiran lo, menghajar gue dengan vas itu? Di rumah gue sendiri. . ." Lagi-lagi tawanya terdengar.

Tante Tessa hadir diantara kami. Dia memandangi kami bergantian lalu tersenyum penuh arti kepada puteranya. "Sayang, kenapa Nichole dibiarkan berdiri begitu saja, ayo disilahkan duduk. Bagaimana kalau kita makan siang bersama dulu Nichole, baru selesai itu kalian bebas bicara lagi." Usul tante Tessa dengan ramahnya memegang lenganku. Sepertinya dia tahu aku sudah sangat ingin menyingkir dari sana saat melihat cara penyambutan putera berandalannya padaku.

"Tidak perlu, Mom. Sepertinya Nicky sudah harus terburu-buru. Dia masih punya banyak rencana yang belum diselesaikannya." Sahut Trevor dengan tatapan menusuk yang mengarah padaku.

"Benarkah? Padahal kukira, dia bisa menemani kita makan siang. Kenapa kamu tidak pernah bilang kamu punya teman sebaik Nichole sebelumnya. Aku dan ayahmu pasti senang sekali."

Wajah Trevor berubah dingin. Dia menatapku sekilas kemudian menatap kembali ibunya dengan pandangan bingung. "Apa maksud Mom?!"

"Tadi aku hampir saja celaka, beruntung ada Nichole yang menolongku. Dia bahkan mengenalku sebelum aku mengenalinya. Aku heran, mengapa tidak kauajak saja teman seperti Nichole daripada. . ."

"Mom!" Potong Trevor cepat. Dia menghela napas lalu memicingkan mata ke arahku. "Apa maksud Mom dengan kecelakaan?!"

"Oh tadi ada mobil yang hampir saja menabrakku tahu. Tapi tidak sampai kena kok, cuma belanjaannya saja kok. Beruntung Nichole datang dan menolong jadi aku bisa pulang cepat untuk menyiapkan makan siang kita."

Trevor mendengarnya langsung mengangguk paham. Tanpa kucegah dia tahu-tahu mendekatiku dari sisi lain tubuhku dan mencekal lenganku dengan sangat kuat. Aku meringis tanpa sadar, seakan menyadarinya dia pun meminta izin untuk berbicara berdua denganku pada tante Tessa. Perempuan itu pun meninggalkan kami dengan senyum cerahnya.

Kami berjalan sampai menuju bagian samping rumahnya. Dia lantas menutup pintu dengan tangan kiri sedang tangan kanannya belum melepasku. Momen ketika pintu tertutup rapat itulah, maka akupun balas menendang pahanya dengan kuat hingga pegangannya terlepas dari tubuhku.

"Shit! Lo udah gila, lo kira lo bisa ngelawan gue dirumah gue sendiri?!"

Giliranku tertawa. Tampangnya lucu saat berusaha bangkit dari posisi terjengkangnya. Dia kira dia bisa bebas mengancamku, meskipun dirumahnya. Aku sudah cukup gila untuk masuk ke dalam sini. Jadi untuk apa melakukan pertimbangkan rasional dalam situasi ini.

"Justru gue penasaran apa yang bisa lo lakuin ke gue, saat ada nyokap lo."

"Brengsek! Lo kira gue nggak tahu, lo kan yang pengen nyelakain nyokap gue. Gue ingatin sama lo, jangan coba-coba. Lo tau kan gue bisa ngelakuin apapun buat bikin lo makin sengsara abis ini." Ancam Trevor berapi-api. Aura mematikan memancar jelas dari tubuh tegapnya. Wajahnya berubah kejam. Bahunya menegang dan tangannya terkepal hebat. Kalau dibiarkan sedikit lagi, dia pasti akan meledak.

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang