Damn You

1.2K 67 0
                                    

DAMN YOU!

NICHOLE

“SHIT!” Aku tak percaya saat melihat rok terakhir yang kukenakan berakhir mengenaskan. Jahitannya robek dari ujung bagian bawah dan hal itu serupa dengan kemeja putihku. Beruntung blazer-nya masih kulepas saat didalam Jeep Bram. Mana aku tahu kalau pakaian terbaik pilihan Bunda akan berakhir seperti itu.

Aku sendiri hanya menemani Milo, menghabisi orang-orang aneh yang mengganggunya. Tak jelas apa motif orang-orang itu, karena menurut Milo mereka mendadak muncul dan mencegat jalannya. Dari wajah mereka, tak ada yang kukenali. Mungkin musuh lamanya. Mungkin juga orang suruhan mantan-mantan kekasihnya yang banyak.

Anak itu memang tampan dan memiliki pesona bagi siapapun yang melihatnya. Hanya saja dia selalu membuat masalah atau bahkan terkena masalah akibat kelebihannya dan ujung-ujungnya malah menghubungiku. Padahal dia masih punya Veronica, yang notabene kakaknya. Tetapi jangan harap Vero akan membantunya. Sedikitpun tidak. Kehidupan kakak beradik itu selalu kontradiktif sama seperti hubunganku dengan Vero yang tak pernah akur.

Mungkin dia membenciku. Dengan alasan yang tak pernah aku tahu pasti. Mungkin karena aku terlahir lebih dulu dari dia. Sehingga akulah yang tertua dalam generasi kedua keluarga Tienna. Mungkin juga karena aku bebas menikmati hidupku sementara dia tidak. Diusia yang baru menginjak 22 tahun sepertiku, Vero sudah meng-handle butik milik tante Alicia. Belum lagi dia sedang aktif melanjutkan pendidikan S2-nya di salah satu universitas terbaik.

Sedang aku?

Belum selesai dengan pendidikan S1 yang begitu diidam-idamkan Papa dan amat ditekankan oleh Bunda, membuatku merasa punya banyak waktu untuk survive dengan apa saja yang dapat memacu adrenalin. Walaupun berkali-kali aku akan ditegur.

Dia pernah bilang aku itu anak tidak tahu diuntung karena hanya bisa menghamburkan uang orangtua. Dan aku membalasnya kalau hidupnya tidaklah semenyenangkanku. Mengapa? Karena tanpa dia tahu, aku punya penghasilan. Aku pernah bepergian di dua kota berbeda dalam sehari dengan uangku sendiri. Tetapi hanya sehari! Karena keesokkan harinya namaku hampir tersebar diberbagai penjuru negeri sebagai anak hilang.

“Selamat pagi Nona, ada yang bisa saya bantu?!” Seorang pelayan berseragam abu-abu gelap berdiri kikuk didepan pintu. Aku meraih kembali pakaian yang terjatuh diatas lantai lalu menyerahkannya ke dalam tangan pelayan itu.

“Coba dicek, apa masih bisa diperbaiki atau nggak. Kalo bisa, tolong di-laundry, kalo nggak ya buang aja.”

Pelayan itu mengangguk kemudian merentangkan lebar-lebar pakaian itu dan menjerit. “Ya ampun Nona, mengapa bisa begini?! Wah, kasihan sekali baju mahal seperti ini.”

“Ish, brisik. Gue Cuma minta lo buat ngecek bukan buat komentarin. Gimana sih.” Protesku sambil melempari kepala pelayan itu dengan kertas. Pelayan itu mendesis pelan lantas memungut kertas yang barusan kulempar dan pamit meninggalkan kamar.

Aku melirik kembali agenda dengan kertas lecek diatas meja dan mendengus. Hari itu ada kelas yang harus kuikuti. Dan aku malas berhadapan dengan suasana kelas berisi orang-orang yang selalu penasaran akan kehidupanku juga dosen dengan ceramah panjang lebar yang membosankan. Tetapi aku tak bisa mengelak. Bunda akan benar-benar membunuhku kalau tahu aku membolos lagi. Dan lagi.

Setelah mengganti piyama biru tua dengan jeans dan kemeja katun lengan pendek warna hitam, aku lantas menyambar backpack dan berjalan keluar kamar. Mencari tempat perkumpulan pengawal-pengawal dalam keluarga Tienna tak perlu jauh-jauh, hanya beberapa meter dari dekat dapur.

Ruangan berukuran persegi yang didalamnya hanya terdapat jajaran kursi-kursi kayu dan sebuah meja panjang ditengahnya memang diperuntukkan untuk keberadaan para pengawal. Dimanapun dan kapanpun mereka selalu disitu. Dan ruangan itu bersebelahan dengan ruangan Rome, kepala pengawal didalam rumah.

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang