Protector - Together

258 32 16
                                    

Yay, udah mau tamat... *elapkeringat* enjoy your reading. Mudah-mudahan kalian menangkap maksud mengapa cerita ini udah harus tamat, guys. 

If you know what I mean :)


...


NICHOLE

Arka berengsek. Aku tidak bisa tidur memikirkan masalah ini. Bunda disampingku hanya memelukku. Papa berjalan mondar mandir didepan kami. Bram juga duduk disudut ruangan. Enggan bergabung dengan kami.

Papa lantas menatapku. "Kamu mau mengikuti permintaan penculik itu?"

"Tidak boleh, Pa. Nicky tidak boleh kemana-mana."

Aku menatap Bundaku sebelum meremas pelan tangannya yang memelukku. "Aku tidak akan kemana-mana kalo itu yang Bunda khawatirkan."

"Masalahnya, kalau bukan Nichole kita tidak bisa mendapatkan Veronica kembali."

"Pasti ada cara, Pa. Aku tidak akan menyerahkan Nichole." Bunda tidak mau melepasku sama sekali. Aku tahu masalah waktu itu masih membuatnya trauma. Aku juga belum gila untuk mengambil tindakan heroik menyelamatkan Veronica tanpa mendiskusikan hal ini dengan orangtuaku. Ini bukan masalah sepele seperti race semata. Setelah menceritakan semuanya, Papa memang marah karena tahu apa yang kami lakukan waktu itu. Makanya Papa mengatakan aku tidak diperbolehkan lagi ikut race dan dia mengatakan itu tepat didepan Bram yang menunduk saja.

"Kita bisa mengirim polisi bersama Nichole, Xa." Kata Papa pada Bunda agar mengerti. Namun Bunda tetap menggeleng. "Kalo Nichole sampai harus keluar dari rumah ini lagi, aku lebih baik tinggal dirumah sakit jiwa!"

Aku segera menenangkan Bunda dengan memeluknya dan menggeleng ke arah Papa. Bunda akhirnya mau kupaksa untuk istirahat. Aku tahu betapa dia menyayangiku dan aku juga sebaliknya. Namun berita ini membuat seisi rumah tidak bisa tidur. Setelah Bunda tertidur, aku baru kembali ke ruang tengah. Disana Bram masih ada dan dia terlibat diskusi serius dengan Papaku.

"Bunda sudah tidur?"

Aku mengangguk sebelum ikut bergabung dengan mereka. "Papa sudah menghubungi Deno. Dia akan mengantarmu ke tempat yang ditunjuk orang itu. Uangnya sudah disiapkan Febrio, sedang dalam perjalanan kesini."

"Papa yakin aku boleh ikut?"

Julio Tienna menghela napas panjang sebelum mengacak rambutku. "Kamu anakku satu-satunya, tentu saja aku tidak rela. Tapi, membiarkan Veronica dalam bahaya juga bukan keadaan yang bagus. Dia sudah banyak membantumu melewati masa sulit, Nick. Papa harap kamu paham situasi ini."

Aku mengangguk patuh dan menatap Bram yang hanya bisa tersenyum geli. Bram tidak ikut karena Papa tahu, Bram hanya akan menuruti perintahku sedang Deno, meski bisa akrab denganku, tetap saja loyal pada Papa.


*


"Nona sudah mengantuk ya?"

Suara Deno membuatku mataku tidak jadi menutup. Aku melirik jam dari ponsel, sudah pukul 02.45 a.m. "Udah dekat belum Den?"

"Belum Nona. Sepertinya alamatnya salah deh." Deno meliriku melalui spion.

"Apa maksud lo?"

Deno menunjuk ke arah jalan yang kami lewati. "Bukan mengarah ke pelabuhan sama sekali Nona, malah ini mengarah ke terminal kereta kalau tidak salah ya Nona."

Dahiku berkerut. Apa maksud Arka. Aku mencoba menghubunginya namun nomornya diluar jangkauan. Sejak lima jam terakhir, sudah ada setidaknya 9 nomor asing yang menghubungiku.

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang