Flashback

238 28 9
                                    


NICHOLE


"Nicholas... jangan lakuin ini." permintaan ini terdengar sangat putus asa. Airmata mencari jalan keluarnya sendiri. Napasku menjadi sangat berat. Tenggorokanku sakit saat aku mencoba menahan jeritku.


Nicholas menghembuskan napas perlahan, tangannya terulur mengelus pipiku pelan. Jemarinya menghapus airmataku. "Saya takkan meminta maaf untuk hal ini, Nona. Meski anda akan membenci saya, setelah ini. Asalkan anda membayar semuanya, dengan... tubuh anda." Bisiknya mulai menghidu leherku.


Tubuhku kaku. Aku tidak pernah diperlakukan semacam ini. Tanganku terkepal hebat, tak ada yang bisa kulakukan selain mulai melayangkan pukulan ke depan. Nicholas mundur namun kedua tangannya tetap berhasil mengurungku. Lelaki ini tahu usaha yang akan terus kulakukan untuk mempertahankan harga diriku. Sebagai seorang perempuan.


"Anda tidak bisa melawan saya, Nona. Jangan membuat saya berubah kasar dan permainan ini akan semakin lama..."


"DIAM!" bentakku tidak ingin mendengar kata-kata kurang ajar itu dari mulutnya. Nicholas tidak membalas pukulan yang coba kulayangkan padanya sebaliknya dia hanya berusaha menghindar dengan tubuh yang berdiri kokoh menutup ruang gerakku.


"Gue mau keluar dari sini, lepasin gue Nick... gue mohon. Lo nggak perlu lakuin ini demi Trevor. Kalo pun lo dendam ama gue, lo bisa lakuin apapun asal jangan begini, Nick." aku tak tahu mengapa mulutku masih saja mengiba padanya padahal aku tahu semua itu percuma. Tubuh Nicholas sudah terangsang saat dia mendekapku sejak tadi. Aku tidak yakin bisa selamat dari situasi ini tanpa mengikhlaskan harga diriku untuk lelaki seperti dia.


Aku mencintainya, demi Tuhan.


Tapi aku tidak ingin menyerahkan diriku padanya dengan cara yang salah. Aku percaya dia bisa melindungiku. Dia akan menyelamatkanku dari semua ini, bukannya melukaiku lebih dalam.


Nicholas akhirnya menggenggam kedua tanganku yang sudah lemas untuk memukulnya. Dia mengecup lagi kedua pergelanganku bergantian. Lututku terasa lemas, aku hampir saja jatuh terduduk ke lantai namun Nicholas menahanku. Dia mengangkatku sebelum meletakkanku ditengah ranjang.


Isakanku tidak dipedulikannya. Tangannya bergerak melepas satu per satu pakaianku. Aku memejamkan mataku erat namun tidak menahan laju airmataku sendiri. Aku bersumpah tidak ingin melihatnya untuk terakhir kalinya.


Ketika bajuku sudah terangkat, tangannya menyentuh celana rumah sakit yang masih kukenakan.


"Nick..." gerakannya berhenti. Dia mengangkat wajahnya dan memandangiku. "Lo nggak akan pernah berhasil membuat gue benci lo," bisikku.


Nicholas tertegun mendengar itu sebelum merangkak naik menindih tubuhku. Aku akan merelakannya. Kalau dengan ini semua masalah diantara kami selesai. Mungkin sudah takdirku menjadi perempuan bodoh yang mau-maunya diperlakukan kurang ajar oleh orang yang dicintainya. 

Princess Attack [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang