NICHOLE
Bram cemberut, disebelahnya Fortunio hanya mengangkat bahu. Dia menatapku lantas kembali menekuri dandanannya hari ini.
"Lo tampan, gue jamin." Bram mencibir sedang Fortunio tertawa.
Aku sudah kembali menjadi diriku sendiri. Setidaknya setelah melewati banyak hal buruk, aku merasa harus kembali menjadi seorang Nichole Aleana Tienna yang kuat. Sejak kembali ke rumah, aku meminta maaf pada Papa dan Bunda atas kelakuanku. Mereka menerimaku dan sempat menyalahkan Veronica atas perbuatannya tapi setelah kujelaskan mereka mengerti. Hubungan Veronica dan Emilio juga sempat buruk gara-gara peristiwa malam itu. Aku berusaha menjelaskan namun Emilio sepertinya punya cara untuk menghukum kakaknya sendiri. Untuk yang satu itu aku tidak punya apa-apa.
Setelah kembali, semua pengawalku ditarik. Aku juga tidak tahu mengapa. Papa hanya menjelaskan akan ada satu dua orang yang bertugas mengawasiku tetapi aku tidak perlu sampai tahu dimana keberadaan mereka. Mungkin mereka paham, aku trauma terhadap pengawal.
Jadilah sekarang Bram yang mengambil tugas sebagai pengawal resmiku. Dia mulai bekerja hari ini. Fortunio juga ditawari hal serupa tetapi dia menolak. Dia berasumsi kalau Bram mungkin lebih cocok dengan pekerjaan semacam itu karena dia sendiri sadar untuk melindungi dirinya saja dia masih kesulitan. Semua itu terjadi berkat penunjukan langsung dari Bunda. Kata Bunda kali ini Bunda akan lebih percaya karena pengawalnya adalah teman-temanku sendiri. Bunda cukup yakin mereka tidak akan mengkhianatiku.
"Lagian Bram, lo mesti bangga. Gue tahu Missy aja senang lo akhirnya punya kerajaan sungguhan."
"Diam lo bangsat!"
Kami sama-sama tertawa. Bram memandangiku lagi. "Jadi mulai sekarang gue harus panggil lo, Nona?"
"Apaan lo, jangan coba-coba." ancamku sedang Bram hanya cengengesan tidak jelas. Mereka sepertinya sepakat untuk tidak membahas peristiwa yang menimpaku tetapi aku tahu mereka prihatin dengan keadaanku. Saat aku dirawat ditempat Natalie, mereka ingin sekali mengunjungiku tetapi tidak dibolehkan papaku.
"Oh yah Nick, sebentar malam ada pembukaan race ditempat yang gue yakin bakalan lo suka." Celutuk Fortunio sambil melirik ke arah Bram.
"Eh, Nona boleh nggak malam ini kita ajak ikut race?"
Aku terdiam. Terakhir race aku berhadapan dengan Arka dan sudah membawa pulang kendaraan baru. Walau pun pada akhirnya kendaraan itu tidak bisa kugunakan lagi. Papa menyuruh pengawalnya mengembalikan kendaraan itu ke tangan polisi. Aku memohon padanya untuk tidak mengusut tentang latarbelakang kepemilikan kendaraan itu. Sungguh, aku tak ingin berurusan lagi dengan Joyce.
"Nick..."
"Gue tanyain Bunda dulu ya, kalo nggak bisa sorry For. Lo ama Bram aja." Bram memandangi Fortunio dan menggeleng.
"Maaf, kalo Nona nggak pergi artinya gue juga."
Fortunio berdecak. Dia menarik-narik jas hitam Bram dan Bram membalas menepis tangannya lalu akhirnya mereka berduel sendiri.
Aku berbalik menuju lantai dua, mencari sosok Bunda. Aku tahu hari ini Bunda tidak pergi kemana-mana. Masalah diantara kami memang sudah selesai tetapi aku tetap ingin mencoba peruntunganku. Perlahan aku mengetuk pintu kamar Bunda.
"Ya? Oh Nichole... ada apa sayang?" Bunda menyambutku dan menarikku duduk di ranjang. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
"Ng, itu Bunda... Fortunio mengajak ikut race malam ini. Tapi aku nggak mau kelayapan lagi. Jadi gimana menurut Bunda, kalo aku nggak diijinkan pergi, oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Attack [END]
Teen FictionNichole Tienna - Dalam keluarga dikenal sebagai troublemaker, (sebagian mewarisi sifat ibunya dimasa lalu). Di atas jalanan, dikenal sebagai juara bertahan. Di mata teman-teman, tak lebih dari anak rumahan yang suka mencari perhatian. Cewek seperti...