Clock::2

14.9K 1.2K 3
                                    

Kringg

Suara bel istirahat terdengar melengking namun indah di seluruh koridor sekolah. Aku membereskan buku yang ada di meja dan berdiri, bersiap untuk ke kantin. "Kantin yu!" Ajakku pada Amel dan Dian.

"Ayo!" Kata Amel.

Kamipun berjalan keluar kelas, menuju kantin. Di kantin, sudah ada Most Wanted Guy yang barengan dengan para abangku dan Most Wanted Guy yang barengan dengan Ali dan Most Wanted Girl. Suara melengking para perempuan ini membuatku yang sedang santai-santainya memilih makanan jadi tidak nafsu.

Perempuan disekolahku sangat berlebihan, mereka hanya Most Wanted. Bukan artis Korea ataupun artis luar negri. Tapi kenapa mereka berteriak layaknya melihat dewa didepannya?

Jika kalian ingin tahu apa hal yang tidak aku suka adalah:
1. Berisik.

2. Kesunyian.

Aneh? Menurutku tidak.

"Balik yu!" Kataku pada Amel dan Dian.

"Loh? Kenapa?" Tanya Dian dengan berkerut dahi.

"Males ih, kita balik aja yu! Nanti istirahat ke-dua aja ke kantin."

"Yaudah, yu balik ke kelas!" Amel memang selalu pengertian.

Bugh.

Aw!

Sialan. Pantat gue. Sakit. Karna. Jatoh.

Saat aku hendak berbalik haluan, seseorang menabrakku dengan sangat teganya. Aku membuka mata perlahan. Rendy. Ternyata yang menabrakku adalah Most Wanted sekaligus Bad Boy sekolah ini.

Kalian ingin tau tentangnya? Oke, Rendy adalah Most Wanted yang tidak punya komplotan. Ia main dengan siapa saja. Kadang dengan Ali, kadang dengan abang-abangku, dan kadang dengan berandalan sekolah ini.

Sifatnya 11-12 dengan Ali, tapi Rendy versi genitnya. Dia sering tebar pesona ke anak perempuan di sekolah ini. Kadang, ia juga sering cari gara-gara dengan guru dan juga denganku.

Aku menatapnya dengan tatapan membunuh. Rendy mengedipkan sebelah matanya. Ish, untung ganteng. Kalau jelek sudah aku tampar duluan.

Aku berdiri masih dengan tatapan membunuhku. "RENDY! SIALAN LO! NGAPAIN LO NUBRUK-NUBRUK GUE?"

Rendy meringis dan memegang telinganya, wah... sialan emang. Seenganya simpan dulu ringisannya. "Sorry sorry, lagian lo ngapain disini? Ngalangin jalan gue aja! Tadi itu, skateboard gue hilang kendali. Makanya, tadi gue ga sengaja nabrak elo!"

Sialan. Apa tadi dia bilang? Skateboard? Bawa skateboard ke sekolah? Sialan emang. "Ngapain lo bawa skateboard ke sekolah? Gaada yang ambek apa?"

"Ada"

"Siapa?"

"Guru."

"Trus, kenapa lo bawa skateboard ke sekolah? Lo mau dihukum?"

"Gaakan, anak Osis 'kan sayang ama gue" kata Rendy sambil mengedipkan mata kanannya.

"IH! APAAN LO KAYA GITU?! NAJIS TAU!! NAJIIIS!!" Kataku dengan menambahkan beratus-ratus oktaf.

"Duh Lyana, lo berisik banget tau ga?"

"Panggil gue Prilly, sarap!"

Rendy itu memang selalu panggil aku dengan sebutan Lyana. Katanya sih, lebih bagus dan karna namaku adalah Prillyan. Jadi, diambil belakangnya dan ditambah huruf 'a'. Jadi, Lyana. Bagus sih, tapi aku 'kan punya nama panggilan tersendiri.

Clock✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang