Extra Part 3 (Ali POV)

10.4K 918 60
                                    

Aku merasa ingin menangis melihat mereka menangis. Sungguh. Ini tidak menyedihkan. Tapi, mengesalkan. Sedari tadi, Prilly dan Azki menangis meraung raung.

Aku sudah menikah dengan Prilly kurang lebih setahun yang lalu.

Bukan hanya aku dan Prilly yang sudah menikah. Yang lain juga. Yang paling pertama kali menikah saat setelah Bang Refin dan Brian, Alfan-Alfin menyusul, dan setelah itu Adnan.

Aku sangat kesal. Sejak kurang lebih setahun yang lalu, aku harus memanggil Brian-Alfan-Alfin 'Abang'. 'Kan sangat memalukan.

Tapi, benarkah kurang lebih satu tahun yang lalu?

Ya. Sepertinya.

Karna sekarang, aku sudah mempunyai Azki.

Azki Aprillya Davian adalah anakku dan anak Prilly yang pertama. Ia berjenis kelamin perempuan dan lahir tanggal 17 April. Sekarang, ia sudah berumur 4 bulan.

Aku jadi ingat kalau aku pernah menampar perawat yang membuat Prilly berteriak sangat kencang karna kesakitan saat melahirkan. Dan aku yang sangat panik di suruh jangan panik oleh sang perawat.

Coba bayangkan! Disaat istrimu sedang berjuang hidup dan mati malah di suruh tenang?!

Oh ayolah! Mana ada suami yang seperti itu? Kalau ada, pasti suami itu suami yang tidak berperasaan.

Sayangnya, aku adalah suami yang berperasaan. Jadi, saat sang perawat menyuruhku diam, aku mendiamkannya dengan tamparan mautku. Aku sempat ingin tertawa saat melihat wajah gendoknya.

Hahaha.

Oke, aku akui itu kejam.

Tapi, lebih kejam mereka –Prilly dan Azki– lah! Mereka boleh menangis. Sedangkan aku? Aku hanya bisa menahan tangis karna adegan mengesalkan ini.

Apa aku bisa baby blues seperti Prilly? Kalau bisa, bagaimana caranya? Bolehkah aku melakukannya?

Oh ayolah. Ini sungguh membuatku ingin menangis.

Lihat saja! Disaat Azki menangis meraung-raung karna beol –oke, aku akui itu kasar.

Aku akan mengulangnya.

Disaat Azki menangis meraung-raung karna popok yang di pakainya sudah di penuhi oleh kotoran, Prilly malah ikutan menangis meraung-raung. Dia malah bilang, "kasian Azki... HUEHUAHUEHUA"

Bolehkah aku menangis?

Aku juga ingin menangis!

Tapi tidak.

Aku malah menghampiri Prilly yang masih duduk sambil menangis meraung-raung di atas kasur. Aku ikut duduk di atas kasur dan memeluk menenangkannya. "Sshhh. Udah. Nanti juga gak nangis."

Prilly malah makin menangis dan memukul dadaku pelan. "Lo jahat Li, sumpah! Anak gue malah lo diemin! Lo bukannya tenangin anak gue malah nenangin gue. Bapak macem apaan lo?!"

APAKAH AKU BOLEH IKUT MENANGIS?

Ini menyebalkan, sungguh.

Aku mengusap kepala Prilly pelan. "Yaudah. Lo tenang dulu. Habis itu, Azki gue tenangin."

Prilly tiba-tiba melepas pelukan dan menatapku. Matanya dan hidungnya memerah. Pipinyapun sudah lembab. Ia menatapku dengan wajah cemberut. "Bukannya nama anak kita Azka?"

Krik

NAMA ANAK SENDIRI DIA LUPA?

Aku hanya menghela nafas. "Azki. Azki Aprillya Davian. Itu nama anak kita, Prill! Dia cewek! Bukan cowok! Azka itu bayi tetangga sebelah! Nama anak kita Azki, Prill! Azki!"

Clock✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang