Aku berlari menyusuri lorong-lorong perusahaan Ali bekerja. Tujuanku adalah kantor Ali.
Aku tidak peduli dengan para satpam dan resepsionis perempuan yang berlari mengikuti dari belakang untuk mencegahku. Aku akan menemui Ali sekarang juga.
Aku sudah memajang wajahku yang menurutku sangat menyeramkan.
Lihat kawan! Lihat baik-baik! Apa wajahku sudah cukup menyeramkan?
Jika sudah, bagus!
Aku akan menunjukan wajah ini pada Ali.
Aku berhenti saat melihat sebuah pintu besar di sampingku. Sepertinya, ini ruang CEO. Terlihat dari pintunya yang berbeda.
Aku membuka pintu itu dan ada seorang perempuan yang sedang duduk di salah satu meja di pinggir sebuah pintu dalam ruangan ini.
Wanita itu...–
–Ah! Aku ingat! Ia adalah perempuan di foto.
Aku menatap sebuah papan nama di mejanya. Namanya adalah Arin. Di bawahnya, tertera jabatan yang sedang ia pegang. Yaitu, asisten.
Ah, aku mengerti.
Aku mengerti kenapa cerita-cerita di tv selalu mengembangkan cerita tentang sang bos yang menjalin hubungan dengan sang asisten.
Aku jadi belajar satu hal. Ftv ternyata belajar dari dunia nyata. Dan ceritanya adalah real life. Bukan hanya cerita. Tapi, pengalaman.
Asisten itu menatapku heran. Aku hanya mendesah menahan tangis dan amarah, kemudian melangkah memasuki kantor Ali.
Aku lagi-lagi belajar satu hal saat melihat Ali duduk sambil menatap layar ponsel 'asli'nya.
CEO tidak akan sesibuk Ali. CEO dapat memerintah sambil duduk bersantai. Seperti laki-laki di hadapanku ini.
Lagi-lagi aku mendesah. Ali menatapku kaget sekaligus heran.
Aku melangkah kedepan. Bersamaan dengan itu, sebuah tangan menahan tanganku. Membuatku menghentikan langkahku dan melihat ke belakang.
Sial. Seharusnya aku tidak berleha-leha dan membiarkan para satpam itu mengejarku.
Seharusnya aku melempar para satpam itu dari lantai atas dan aku dapat berbicara dengan Ali sepuasnya.
Satpam itu menatap Ali ketakutan. "Maaf Pak. Orang ini tadi maksa masuk."
Ali mengangguk dan tersenyum. "Gapapa. Silahkan keluar. Cewek ini tunangan saya."
"Lebih tepatnya, calon mantan tunangan."
Ali mengerutkan alisnya mendengar perkataanku. Ia kemudian menyuruh sang satpam keluar dan sekarang kami hanya berdua saya.
Aku akan menghabisi laki-laki di hadapanku sekarang juga.
Enak saja dia mempermainkanku. Memangnya aku boneka?
Dan. Ayolah! Walaupun aku boneka, laki-laki jantan tidak akan bermain boneka, bukan?
Ingatkan aku kalau wajahku masih menyeramkan saat ini, kawan!
Aku melangkahkan kakiku kearah Ali dan memberikan ponselnya padanya. Dari wajah kagetnya, aku yakin kalau dia memang berselingkuh dariku.
Ali mengulurkan tangannya yang gemetaran dan mengambil ponselnya dariku.
Air mata sialanku kembali mengalir. Wajar jika aku banyak menangis hari ini. Jika boleh aku bilang, ini adalah hari tersialku.
Hari dimana jantungku untuk pertama kalinya berhenti karna di hianati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...