Clock::22

9K 937 5
                                    

"WHAT?" Histeris Amel-Dian.

"Kok bisa gitu?" Tanya Dian dengan muka cengo-nya.

Jadi, kita ini lagi pada di kantin. Bareng si Adnan pastinya. Dan, Amel histeris kayak gitu karna gue cerita ke mereka kalau gue sama Adnan udah sahabatan dari orok.

"Ya bisa. Dia malahan yang sering ngemis-ngemis sahabatan sama gue" kata gue yang langsung dapet jitakan sama Adnan. "Aish, sakit!!"

"Yang ada elo yang ngemis-ngemis! Enak aja lo!"

"Waktu kecil, lo bilang kalau gue princess lo! Katanya gue gak boleh main sama yang lain! Berarti, elo yang ngemis-ngemis sahabatan sama gue!"

Amel-Dian tertawa geli.

Si Adnan malah mendengus. "Itu 'kan waktu kecil"

"Kalian gak ada rasa satu sama lain gitu?" Tanya Dian. "Kalau kata orang sih, sahabatan antara cewek sama cowok itu, salah satunya bakal ada yang suka"

"Ada. Gue" kata Adnan yang langsung dapet jitakan dari gue. "Tai!"

"Dia pu--"

"Boleh ikut duduk disini gak?" Tanya orang yang familiar.

Oh, kalau orang ini sih. "Gak!" "Boleh" kata gue dan yang lain barengan. Gue melotot ke mereka. "Gak boleh!" Kata gue yang dibarengi dengan bayangan orang duduk di sebelah kanan gue. Gue mendengus dan nerusin makan. Biarin aja deh.

"Boleh geseran? Gue mau duduk disini" kata orang yang familiar juga. Ah, satu lagi orang sialan. Adnan yang disuruh geseran beneran geseran. "Bukan! Maksudnya, gue disamping Prilly" Adnan mendengus dan nurut. Orang yang nyuruh geseranpun duduk di sebelah kiri gue. De javu deh.

Gue nerusin makan, dan habis. Gue ngambil piring dan berdiri.

Prang

Prang.

Setelah suara sendok yang nyentuh piring, kedua tangan gue ada yang narik dan bikin gue duduk kembali. Gue liatin mereka berdua satu per satu. Tapi, mereka malah lagi asik makan. Lah? Apa gunanya gue disini? "Kalian ngapain bikin gue duduk lagi?"

"Temenin gue" kata mereka barengan. Mereka langsung saling melotot satu sama lain. "Jangan ngikutin gue!" Barengan lagi. Mereka langsung membuang muka.

Gue nge-kodein si Adnan biar nolongin gue, tapi dia malah mengedikan bahu dan ngacir. Aish, sialan. Gue terus memperhatikan gerak-gerik tuh cowok. Ada yang aneh, masa papasan sama Ngengel tapi gak nyapa?

"Hi Prill!" Sapa Ngengel sambil duduk di hadapan gue. "Hi Ren! Hi Li!"

"Sok kenal, lo!" Kata mereka barengan. Mereka saling melotot lagi. "Jangan ngikutin gue!" Barengan lagi. Buang muka lagi.

Gue cuman berdecak. "Hi juga Ngel!" Kata gue kemudian mencomot sendok Ali dan memotong bakso, kemudian menyuapkannya ke mulut gue. Wenak.
Gue ngambil sendok Ali lagi, tapi malah di rebut sama si Ali. "Lo cewek, tapi celamitan"

Apa salahnya? "Masa gak boleh?"

"Bukan gitu--"

"Nih, kalau lo masih mau" kata Randy yang ada di sebelah kiri gue sambil menyodorkan sendok berisi bakso. Karna gue juga pengen, gue menerima suapannya yang dibarengi oleh teriakan melengking di kantin dan Amel-Dian-Ngengel yang cengo. "Enak?" Tanyanya.

"Gaada makanan yang gak enak menurut gue"

"Mau lagi?" Tanyanya.

"Satu suap aja gue udah budeg. Ck, gue balik ke kelas aja deng" kata gue kemudian berlalu.

Clock✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang