Extra Part 1 (Prilly POV)

8.8K 824 8
                                    

Aku duduk termenung di kamarku sambil menatap lurus pada jadwal ngampusku.

Kalian benar!

Aku sudah memasuki masa kuliah saat ini. Aku sudah besar, kawan! Jadi, aku berbicara 'aku-aku-an' enggak 'gue-gue-an'.

Jika kalian bertanya tentang Ali, aku akan menjawab kalau dia sudah berkerja. Aku akui ia pintar. Di umurnya yang baru menginjak 24 tahun, dia sudah menjadi CEO di perusahaan Ayahnya. Ia sudah lulus bulan kemarin. Dan akhir-akhir ini juga dia sudah jarang bertemu denganku.

Dan aku akui aku bodoh. Aku sudah betahun-tahun kuliah tetapi tidak ada tanda-tanda aku akan lulus.

Aku akui juga hubunganku dan Ali mulai agak merenggang. Aku dan dia hanya bertemu saat malam hari. Lebih tepatnya, tengah malam. Disaat semua harusnya terlelap di kasur dan menikmati 'mati sementara'.

Aku selalu kesal.

Ali selalu berpikir bahwa hanya ia yang merindukanku. Tapi kalian tau? Aku juga merindukannya! Aku juga!

Ugh, ini menghabiskan tenaga.

Aku kadang selalu menerka-nerka apa yang Ali lakukan saat di kantornya. Apa ia seperti saat sma?

Kalian tau lah... tebar pesona kepada para wanita yang ada di sana dan memakai topeng 'ramah'nya ke semua wanita.

Tapi saat aku mengutarakan isi hatiku pada kawan-kawanku (karna udah dewasa, bilangnya 'kawan-kawan' bukan 'temen-temen') mereka selalu menyuruhku menepis pemikiran itu.

Tapi.

Wanita mana yang tidak akan berpikir macam-macam saat tunangannya berpenampilan tampan saat dikantornya? Jika ada, aku akui wanita itu mengagumkan. Atau tidak.., tidak menyangi pasangannya?

Bisa saja.

Kalian tau 'kan? Percaya tanda cinta, tapi cemburu juga tanda cinta.

Aku tidak tahu apa 'curiga' itu tanda cinta atau bukan.

Tapi yang pasti, sekarang aku masih menjalani hubungan ini dengan Ali.

Hubungan terikat.

Dan seperti biasa. Aku belum tidur walaupun sudah tengah malam. Ali akan datang. Biasanya begitu.

Suara klakson mobil di luar rumah membuatku membuka tirai kamar. Dan aku dapat melihat mobil Ali di depan rumahku.

Aku segera turun ke bawah. Aku tinggal sendirian di rumah, jika kalian penasaran.

Tebakan kalian benar. (Walupun mungkin ada sebagian dari kalian yang tidak menebak)

Abang-abangku di luar negri. Mereka memilih kuliah dan juga berkerja disana. Membiarkan adik perempuannya yang unyu ini sendirian di rumah. Lebih tepatnya, di Indonesia.

Ah iya! Bang Brian dan Bang sudah menikah loh~

Dan benar saja. Saat aku membuka pintu rumah, wajah lelah Ali sudah terpampang jelas di sana. Ia hanya memakai kemeja putih dan celana kerjanya.

Dan benar saja -lagi-. Ali membawa kantung plastik pizza di tangannya.

Dan seperti biasa. Aku akan menyuruhnya masuk ke dalam rumah.

Kami duduk bersampingan di sofa panjang. Memakan pizza yang Ali bawa.

"Kalau cape, gak usah kesini juga gak papa." Kataku memulai pembicaraan.

Ali memakan pizza yang ada di tangannya dan menatapku heran. "Mana bisa gue gak ngeliat lo?"

"Tapi kalau lo cape-"

Clock✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang