"Jadi, lo kenapa baru cerita sekarang?" Tanya Amel sambil masukin kaos yang dilipatnya ke koper.
Yup! Sekarang kita lagi packing buat besok camping. Sebenernya, gue males ikutan kegiatan gak elite kayak gini. Tapi, gue masih peduli sama nilai.
Oh iya, jawaban dari pertanyaan Amel adalah. "Dulu gue gak terlalu percaya sama kalian"
"Oh, jadi dulu lo anggap kita apa?" Tanya Dian.
"Sahabat gue"
"Sahabat itu saling percaya, bukan?" Pertanyaan jebakan dari Dian berhasil membuat gue menghembuskan nafas panjang dan berlebihan.
"Lo gatau dulu gue gimana, sih!"
"Emang dulu lo gimana?"
"Dulu sih gue punya banyak temen. Beda sama sekarabg yang cuma kalian doang. Dulu gue terkenal karna abang gue terkenal. Dulu gue kalau ultah banyak yang ngasih kado dan ngucapin selamat. Tapi, waktu abang-abang gue lulus, cuman beberapa yang masih mau temenan sama gue. Orang yang ngucapin selamat waktu gue ultah cuman cowok doang. Cewek cuman beberapa. Gue disitu mulai mikir kalau mereka temenan sama gue cuman pengen deket sama abang gue. Mereka ga ikhlas. Sampe waktu gue lulus, gue bertekad ga make nama abang-abang gue lagi. Dan semuanya setuju. Termasuk bonyok gue"
Dian-Amel memperhatikan dengan seksama dan manggut-manggut.
"Jadi, sejak kapan lo sepenuhnya percaya sama kita?" Tanya Amel.
"Hah?" Apa gue harus cerita yang waktu pagi-pagi di loker?
Flashback.
"...LO MAKSUDNYA APAAN HAH?!"
Teriak seseorang yang pastinya bukan ke gue. Gue nutup pintu loker perlahan, dan mulai nguping di sumber suara. Gue menutup mulut gue yang menganga. Gimana gue ga kaget? Itu Amel, Dian sama Ngengel.
"Inget ya! Lo ga bisa ngapa-ngapain Prilly selama ada kita" kata Amel dengan mata yang menatap Ngengel tajam.
"Lo gatau apa? Prilly itu pasti lebih ngebela gue dari pada kalian. Kalian gatau sedeket apa gue sama Prilly. Kalian liat aja nanti. Kalian bakal kalah"
Kenapa bawa-bawa gue? Jadi, Amel sama Dian itu mau ngelindungin gue? Njrit, terharu gue punya sahabat kaya mereka. Tapi, Ngengel mau ngapain gue?
Dian mendorong Ngengel ke belakang dengan jarinya. "Lo cantik. Tapi sayang, dendaman"
Dendam? Ngengel? Ke gue? Gue salah apa yaaloh?
"Silahkan aja kalau lo mau nyakitin Prilly. Tapi, jangan nangis kalau nanti kita balas perbuatan lo berkali-kali lipat! Inget itu!" Lanjut Dian.
"Lo pikir gue takut?"
"Lo pasti takut" kata Amel dengan senyum penuh arti. "Karna kita, ga cuman omong doang"
Bener kata Amel. Amel ga pernah omong doang. Dia emang gitu.
"Kita liat aja nanti!" Kata Ngengel kemudian berlalu.
Oke, gue ikutin apa yang lo rencanain. Kita liat nanti Ngel.
~~~
"Semenjak... sekarang" kata gue sambil ketawa kikuk yang ditanggapi dengan kerutan dahi sahabat gue. "Udah sih, yang penting gue percaya kalian ini"
"Ya ya ya, terserah deh. Asal jangan ada dusta diantara kita aja" kata Dian.
^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...