"BUNDA! AYAH!" Kataku -ralat- teriakku lewat skype.
"PRILLY! BUNDA KANGEN!"
"Ayah juga!"
"Prilly juga kangen!"
"Refin juga kangen!"
"Alfan juga kangen!"
"Brian apalagi!"
"Alfin juga!"
"Kalian gapapa 'kan disana?" Tanya bundaku.
"Gapap --eh, Prilly mau ngomong sesuatu sama Bunda!"
"Ngomong apaan?"
Aku menghembuskan nafas panjang dan berlebihan. Lalu menatap dengan tatapan memelas pada layar iPhoneku. Kulihat abang-abangku melambaikan tangannya, menyuruhku untuk diam.
Tapi tidak, aku harus berbicara kalau aku sudah tidak suci lagi sebagai anak perempuan satu-satunya disini. Aku mulai membuka mulut. "Sebenernya Prilly udah gak suc --mpphh!" Ucapanku terpotong saat bang Alfan membekap mulutku dan bang Alfin mengambil alih iPhone dari tanganku. Kembar sial itu! Bang Brian dan bang Refin menghampiriku dan bang Alfan, sementara bang Alfin berbicara dengan kedua orang tuaku.
"Lo gila ya? Ngapain lo ngomong-ngomong kaya gitu ke nyokap?" Bisik bang Alfan masih membekap mulutku.
"Hmpphnn! Hmpphnn!" (Lepasin! Lepasin!)
"Lo ngomong apaan sih? Gajelas!" Kata bang Brian.
"Hmphn hmhm hmho!" (Lepasin dulu bego!)
"Apa? Ngomong apa?" Tanya bang Refin.
Oh, aku frustasi saat ini. Aku menggigit tangan bang Alfan dan mulutkupun terlepaskan. "Lo apaan si bekap-bekap mulut gue?" Aku mengendus bau aneh sekitar mulutku. "Ih bang! Lo abis ngapain sih? Tangan lo bau, tau gak?"
Bang Alfan mengendus tangannya, lalu nyengir bertepatan dengan bang Alfin yang menghampiriku, sepertinya sambungannya berakhir. "Sorry, tadi buang air kecil, trus lupa cuci tangan" kata bang Alfan yang membuatku menyentuh bibirku dengan dramatisnya. Bibirku yang malang. Ini semua gara-gara para abangku. "LO--"
"Apaan lo? Tadi kok bisa-bisanya ngadu ke nyokap soal di patuk sama si Ali, lo mau kita semua dibantai ama nyokap?" Kata bang Alfin memotong teriakanku.
"Siapa yang bilang kalau gue mau ngadu soal itu? Gue cuma mau bilang kalau gue udah gak suci dan minta ampun ke bokap-nyokap! Gitu!" Kataku.
"Sama aja, bego! Ntar lo harus jelasin kronologi terjadinya kejadian itu!" Kata bang Alfan.
"Lo kok lebay gini sih Prill? Emang patukan itu berarti apa buat lo, hah?" Tanya bang Brian.
"Gue gabisa terima aja sama kekerasan seksual itu. Ali sialan. Kenapa kita ga tuntut aja sih?" Aku melipat tangan didepan dada.
"Itu bukan kekerasan seksual Prill, kekerasan seksual beda arti!" Kata bang Refin.
"Trus? Yang kaya gimana dong?"
"Ck, yaudah ntar kita praktekin deh!" Kata bang Brian yang disambut oleh jitakan dari abang-abangku lainnya. "Aw! Jir, kasian kening gue"
"Nanti lo tau sendiri. Lo masih polos buat minta penjelasan lebih lanjut!" Kata bang Refin.
"Jangan panggil gue polos, Bang!"
Aku sangat tidak suka dipanggil polos, karna tidak sesuai dengan tingkah asliku. Memang sih aku agak kudet. Tapi, tidak dengan kata 'polos' untukku.
Bang Refin menghembuskan nafas panjang dan berlebihan. "Pokoknya, lo jangan bilangin soal 'apapun' yang menurut lo itu 'kekerasan seksual' ke nyokap. Kalau lo bilang, Brian gaakan ngajarin lo motor nantinya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...