Sial.
Aku akan mati hari ini. Aku bahkan belum bilang 'terima kasih' dan 'maaf' kepada keluargaku dan teman-temanku. Bagaimana kalau aku benar-benar mati?
Oh, mungkin aku akan menjadi hantu gentayangan. Baiklah, saat aku menjadi hantu, aku akan menggentayangi mereka dan meminta maaf serta berterima kasih. Setelah itu, aku akan menghantui Ali sampai ia menangis darah didepanku. Dan aku akan tenang di alam sana.
Baiklah, sekrang ketegangannya dimulai. Ali sudah siap untuk melajukan mobilnya kearahku. Saat itu terjadi, aku akan menyimpannya di otakku sampai ia tidak menggangguku lagi. Aku tidak ingin melihat wajahnya, walaupun aku akan mati nantinya.
Suara knalpot mobil Ali yang kencang membuatku makin bergidik ngeri. Ali dan mobilnya sangat menakutkan. Ali melambaikan tangannya di jendela, menyuruhku untuk memulai aksiku.
Dengan nafas yang tidak teratur, aku melangkahkan kakiku dengan hati-hati. Aku tidak melihat pada mobil menyeramkan itu, tapi melihat lurus kedepan dimana disana adalah sebrang jalan. Sebrang jalan? De javu.
Aku melihat sorang ibu yang sedang menaiki bus. Aku mengejarnya.
Tin tin.
Aku melihat mobil Ali. Tidak. Bukan seperti ini kronologinya. Bukan mobil yang menabrakku. Tapi, motor. Aku mengingatnya.
Argh, kepalaku pusing. Kakiku lemas. Aku terjatuh di tanah. Tidak. Bukan karna Ali menabrakku. Ali mengerem dan keluar dari mobil, lalu berjalan menghampiriku. "Prill, lo gapapa 'kan? Gue minta maaf. Jangan becan--"
"Gue inget!" Kataku memotong ucapan Ali. "Gue inget semuanya."
Setelah aku mengatakan itu, ada sesuatu yang mengalir di hidungku.
"Prill, idung lo berdarah" kata Ali yang membuatku mengusap hidungku.
Kutatap jariku yang terkena cairan itu.
Darah.
Aku mimisan.
Saat aku menatap jariku, Ali mengusap hidungku dengan ibu jarinya. Dan setelah itu,
Gelap.
^_^
Aku mengerjapkan mata berkali-kali. Aku mengedarkan pandanganku, ternyata aku di dalam mobil. Tapi, dimana Ali?
Aku membenarkan dudukku. Pusing. Kepalaku sangat berat. Aku teringat kejadian tadi. Iya, aku mengingatnya. Mengingat semuanya. Pesan yang diberikan wanita paruh baya itu padaku, dan alasan ia memberikan jam itu padaku. Aku ingat semuanya.
Pintu mobil di kursi pengemudi terbuka, Ali masuk membawa 2 botol minum di tangannya. "Udah siuman lo?" Tanyanya sambil memberikan botol minum yang sebelumnya telah ia buka tutupnya.
Aku meminumnya beberapa teguk "Hm" jawabku di sela minum. Aku menjauhkan botol itu dari mulutku dan memberikannya pada Ali. "Gue inget semuanya, Li!"
Ali memutar badannya menghadapku. Aku menghembuskan nafas panjang dan belebihan lalu mulai bercerita dari saat aku bertemu ibunya di depan halte sampai aku yang tertabrak.
"Lo inget ga nyokap gue naik bus jurusan apa?"
"Gue lupa. Dia nyebrang waktu itu"
Ali menghembuskan nafas panjang dan berlebihan. "Omong-omong..." Ali tersenyum lembut padaku. "Thanks ya, karna lo udah ngebantuin nyokap gue dan juga udah ngerelain nyawa lo. Walaupun, akhirnya lo ga mati."
Sialan.
Oh iya, aku lupa jam berapa sekarang. Aku melihat jam tangan ibunya Ali. Jam 17:08, ini sudah sore. Dan tentang jam tangan... aku akhirnya melepaskan jam di pergelangan tanganku, dan memberikannya pada Ali. "Gue udah gaakan keganggu kayaknya. Gue udah inget semuanya. Dan, thanks udah bikin gue jadi gak ketergantungan sama jam ini lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...