Coba liat mereka.
Bonyok gue, bonyok Ali, temen-temen bonyok, Abang-abang gue, dan sepupu-sepupu gue. Mereka masukin tas-tas ke bagasi mobil sedangkan gue masih cengo dan berdiri manis dengan tas kecil -yang berisi beberapa peralatan gue- di genggaman gue.
Ali tiba-tiba bangunin gue tadi pagi dan bilang kita bakal ke puncak.
Ini adalah ajakan Bang Refin yang tiba-tiba sewa vila. Dia pengen ngenalin pecarnya yang bernama Jilian itu ke keluarga.
Kak Jilian udah ada di puncak. Jadi ceritanya, kita yang nyusul, gitu?
Dan parahnya, TEMEN-TEMEN GUE DIBAWA, KAWAN! Aish, sialan. Sedangkan gue baru tau tadi pagi.
Dan yang membuat gue kesel adalah, KENAPA ALI YANG BANGUNIN GUE?! Gue jadi malu. Baru juga kemaren kangen-kangenan, sekarang dia liat gue ileran di kamar.
Bayangkan teman! Bayangkan! Betapa malunya seorang Prillyan Gunawiwan Hikmah.
Iya sih dulu Ali pernah bangunin gue. Tapi, ntahlah. Sekarang rasanya beda. Semenjak di ngungkapin perasaannya.... mungkin?
Tuh! Tuh! Tuh! Ngapain lagi Ali nyamperin gue?
"Hei! Lo mau terus jinjing tuh tas sampe puncak?" Tanyanya.
"Ya enggaklah!"
"Yaudah. Sini gue simpen di bagasi!"
Gue mengangguk dan memberikan tas tersebut ke Ali. "Emang, kita berapa hari disana?"
Ali tersenyum, gue dan Ali mulai berjalan beriringan. "Katanya sih dua hari"
Gue mengangguk. "Trus, lo kenapa ikut? Temen-temen gue juga"
"Sebenernya sih, Bang Refin ngomong ke nyokap lo waktu kebetulan ada gue disana. Bang Refin bingung. Dia pengen perkenalan keluarga yang gak mainstream."
Hihi, gue ama abang gue mirip 'kan? Gue cuman cekikikan.
"Pacarnya cepet canggung, katanya. Nah, gue ngusulin buat kita yang nyusul ke rumahnya. Tapi katanya, pacaranya cuman punya nenek doang."
Uh? Kasian Kak Jilian....
"Dan, neneknya tinggal di vila warisan nyokap pacarnya di puncak. Dan dengan itu, munculah ide briliant Ali Davian Alamsyah untuk membuat pesta kecil-kecilan di sana." Ali cengengesan. "Sekalian memperkenalkan keluarga gue dengan keluarga lo, gitu..."
Gue mencubit pinggang Ali, Ali malah ketawa. Dasar!
"UHUK UHUK"
"KENAPA, FIN?"
"KESELEK, FAN?"
"KESELEK APAAN FIN?"
"KESELEK ITU TUH!"
"OH KESELEK ITU!"
"BANG KEMBAR SETAN?!"
"BUAHAHAHA"
Ugh! Dasar kembar setan. Apaan lagi si Ali malah cengengesan! "Ngapain lo cengengesan? Bukannya bantun gue, ih!"
Ali hanya mengedikan bahu dan masukin tas gue ke dalam bagasi.
Gue mengerejapkan mata berkali-kali waktu liat cowok yang lagi godain Amel-Dian-Valery-Salsa-Rachel. Mukanya familiar di mata gue. "Li, Li, itu siapa deh? Kayaknya familiar banget mukanya."
Ali terkekeh, kemudian mengacak rambut gue. "Lo beneran cepet pikun, ya Prill!"
Gue mengerutkan alis.
Ali malah ketawa. "Masa lo lupa sih? Dia itu Bagas! Orang yang pernah lo temuin waktu balapan liar!"
Oh... Bagas yang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...