Hari ini adalah hari tersial. Sumpah hari yang sial. Kalian tau kenapa aku bilang begitu? Oke, akan aku ceritakan.
Setelah tadi pagi aku bertengkar dengan Ali, kami sekarang piket hanya berdua, kuulangi BERDUA. Mengapa bisa? Ini semua karna Ali. Ali dengan pesonanya yang dapat menaklukan hari wanita itu berkata pada anggota piket lainnya kalau:
'Gapapa, biar gue aja yang piket. Kalian pada dirumah aja, gue ikhlas kok ngejalaninnya'.
Bullshit. Benar-benar bullshit.
Kalian tau dia melakukan apa saja dari tadi? Ia hanya melihatku dengan tatapan jahanamnya dan mengoceh tentang jam itu. Dia bilang:
-Itu jam mirip punya bunda gue.
-Kalau aja lo tau dari mana lo beli jam itu.
-Gue pengen periksa jam itu ke tukang jam.
Ah, aku sudah cape mendengarnya. Terserah. Terserah. Dan terserah.
Aku mengambil ember serta alat teman-temannya. Dan diikuti Ali. Dia diam. Dan tidak tau siapa yang merasukiku, sehingga aku jadi rajin beres-beres seperti ini.
Aku mengisi ember sampai setengah penuh dan mencampurkan sabun pel kedalamnya. Ali masih mengoceh, tapi tidak kudengarkan. Dia laki-laki menyebalkan bin sialan. Dia pengganggu.
Aku membawa ember tersebut dan mulai berjalan. Ali masih mengikutiku dan masih mengoceh. Dan, sampai akhirnya Ali memegang tanganku. Karna aku kaget dengan tindakannya yang tiba-tiba, aku menyiram tangan Ali. Hanya tangan. Ali meringis, "hati-hati dong!"
"Ah, sorry!" Aku mengusap daerah tangan Ali yang tersiram air. Aku yang lupa masih ada ember dengan air di tanganku malah menumpahkannya. Dan, sekarang air itu mengguyur sepatu dan celana seragam Ali.
Oh, aku dengan kecerobohanku yang membuatku membenci diriku sendiri.
Tanpa berfikir panjang, aku jongkok dan mengambil sepatu Ali. Ali jatuh. Ah sial, kecerobohanku yang lainnya. Ali meringis, "lo sengaja?" Ah, dia menatapku dengan tatapan itu lagi.
"Sorry! Gue ga sengaja."
Ali mencoba bangun, aku berdiri.
"Untung gaada orang disini!" Katanya.
Yah, untung baginya gaada orang disini. Tapi bagiku? Aku bahkan masih menyayangi tubuhku ini. Aku mengulurkan tanganku untuk membantu Ali. Dia menerimanya dan mencoba berdiri. Karna lantai yang basah, kakiku terpeleset kearah Ali. Ali yang tadinya sudah agak berdiri, jadi jatuh. Saat ini, aku menyadari satu hal.
Ali sedang ada di bawahku sambil melingkarkan tangannya pada kepalaku. Ya, kepalaku berada di dada bidangnya sekarang.
Ali diam. Apa dia mati? Untungnya dia mati adalah dia tidak akan mengganggu hidupku. Ruginya adalah aku harus bolak-balik ke rutan sebagai saksi. Aku menaikkan daguku, mata Ali masih terbuka. Dia masih hidup. Sialan. Dia menatapku dengan tatapan uang sulit diartikan. Dia menatapku lama. Ada apa dengannya? Dia diam tidak bergerak. Apa dia hantunya Ali?
"Ali!" Panggilku.
Tidak ada jawaban, dia masih menatapku dalam diam. Dia aneh. "Ali!" Masih tidak ada jawaban. Aku mengulurkan tanganku ke wajahnya dan menekan hidungnya.
"Ah! Apaan sih lo pegang-pegang hidung gue?" Katanya.
Fiuh, dia masih bisa dipegang dan ga tembus pandang. "Gue kira lo udah mati!" Kataku sambil menyingkirkan tanganku.
"Lo apaan sih? Minggir!" Perintahnya. Aku lupa, aku masih berada diatasnya. Aku bangun dan berdiri, begitupun dengan Ali.
Aku meratapi bajuku yang basah. "Ck, gimana gue sekolah besok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...