Kringg.
Suara jam waker sialan yang tidak tahu diri betapa nyaringnya dia, membangunkanku. Ya, aku harus bangun. Aku harus sekolah.
Akhir-akhir ini aku tidak diganggu lagi dengan suara-suara bisikan itu. Ini mungkin perasaanku saja, tapi aku benar-benar mengalaminya. Jika aku menggunakan jam itu, tidak ada lagi bisikan-bisikan yang menghantuiku. Dan akhirnya, aku terus memakai jam itu agar aku tidur nyenyak.
Setelah selesai mandi dan bersiap, aku turun kebawah. Jika kalian ingin tau, aku tidak telat bangun lagi sejak bang Refin membelikanku jam sialan itu.
Para abangku masih makan di meja makan. Jika kalian bertanya, kemana orangtuaku, dan apakah aku anak yang kekurangan kasih sayang karena orang tua yang sibuk? Kalau kalian bertanya begitu, kalian salah besar. Karna apa?
Karna, disini masih ada kehangatan. Dan, jika orang tuaku disini, disini akan semakin hangat. Dan, aku tidak kekurangan kasih sayang. Walaupun orang tuaku pulang tiga sampai lima bulan setahun, tapi mereka sering meluangkan waktunya untukku. Dan, orang tuaku sering mengabariku walaupun lewat skype.
Aku menarik kursi dan duduk. Kami sedang sarapan sekarang. Hanya ada suara sendok yang menyentuh piring saat ini. Sangat hening. Aku tidak suka. Baiklah, aku harus mencari topik.
Oh iya, "Bang, angkatan gue nanti 'kan Camping, diizinin ikut gak, gue?"
Bang Refin menghentikan aktivitas makannya dan menatap ke arahku, "Dalam rangka apa? Kalau ga diwajibkan gausah."
"Masuk nilai katanya."
Bang Refin melihat ke abangku yang lain. "Bener gitu?"
Bang Brian manggut-manggut, "kalau ga salah sih nilai pramuka."
"Iya, waktu itu gue sama Alfin 'kan ikut." kata bang Alfan.
Bang Refin menghembuskan napas panjang yang berlebihan lalu menatapku lagi, "Yaudah, hati-hati disana"
Yeay! Diizinin bang Refin. Eh tapi, "Abang-abangku yang lain gimana? Ngizinin ga?"
"Asal lo bisa jaga diri aja!" Kata bang Brian.
"Jangan bandel." kata bang Alfan.
"Jangan hiperaktif. Kaya ABK" kata bang Alfin.
ABK? "Apaan ABK?"
"Anak Berkebutuhan Khusus."
Sendokpun kulayangkan ke keningnya bang Alfin. Sialan. Dikata aku apaan disebut ABK.
^_^
Aku berjalan dikorodor dengan earphone yang menyumbat kedua lubang telingaku. Lagu Dark Horse-nya Katy Perri mengalun indah sehingga membuatku ikut mengalunkannya.
Aku berjalan ke lokerku sambil masih mengalunkan nada per nada lagu itu. Aku membuka pintu lokerku, memasukan tas dan lainnya. Dan pada saat menutup pintu lokerku, aku melihat wajah setan. Ali. Dia sedang melihatku dengan tatapan tajam. Aku pun membuka earphone yang menyumbat telingaku.
"Ngapain lo disini?" Tanyaku.
"Ngapain?" Ali melangkahkan kakinya ke arahku dan mencengkram tanganku yang menggunakan jam tangan unik itu.
Dia memperhatikan jam itu, tapi jangan pegang-pegang juga kali. Modus.
Aku menarik tanganku yang dipegang oleh Ali. "Gausah modus!" Kataku.
Ali mulai tersadar dan menatapku dengan tatapan menyelidik. "Lo dapet jam ini dari mana?" Tanyanya masih dengan tatapan tajamnya.
Aku baru tahu bahwa Ali yang terkenal dengan jabatan player itu, peduli dengan jam tangan yang unik. Mungkin, dia adalah kolektor jam tangan. Aku bahkan tidak tahu kapan aku membeli jam ini. Dan, ini "Bukan urusan lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...