Clock::19

9.4K 879 2
                                    

Akhirnya...

Kegiatan gak elite itu akhirnya udah selesai.

Hari ini gue balik ke rumah. Kalau kalian nanya kenapa gak ada jurit malam ataupun malam kebersamaan, disini gak diadain. Karena, AIS gak level yang kayak begituan. Jadi, camping ya camping. Melatih kemandirian ya melatih kemandirian.

"Prill, gue duduk sama temen gue yang 'waktu itu berangkatnya duduk sama gue', ya?" Tanya Ngengel.

Sebenernya sih, gue males banget duduk sama Ngengel. Tapi, gue juga males duduk sendiri kayak orang bego. Tapi, "yaudah deh" itu 'kan hak dia.

Ngengel nyengir. "Makasih ya Prill!" Katanya kemudian berlalu.

Gue duduk sama Ali atau engga, ya? Gue serem sama dia. Apalagi waktu kemaren.

Gue bergidik ngeri karna nginget yang kemaren.

Kalau duduk sama Ali, yang ada nanti gue malah jantungan.

Gue menghembuskan nafas panjang dan berlebihan. Guepun berjalan dengan males ke parkiran bus. Gue makin males waktu liat si Ali ketawa-ketiwi bareng cewek centil di pinggir bus.

Tanpa memperdulikan dia, gue masuk dan duduk di bangku panjang, yaitu tempat duduk paling belakang.

Amel-Dian yang sempet gue lirik, natap gue dengan tatapan kasian.

Sialan.

Mereka ngeledek gue, sodara-sodara!

Gue mengeluarkan iPhone gue dan mulai membuka akun-akun sosial media gue.

Gue melotot waktu liat akun instagram bang Alfin. Mereka camping, tapi pesta barbeque juga!

Gue menghentakan kaki gue. "Kesell! Gue kesell!" Kata gue yang mengundang tatapan dari anak-anak. Untung anak sekelas, jadi gak terlalu malu.

Bayangan seseorang yang duduk di samping gue, membuat gue refleks menengok ke samping.

Randy.

"Ngapain?" Tanyanya.

Gue mengabaikan pertanyaannya, dan kembali memainkan iPhone gue.

"Lo suka nge-stalk most wanted juga?"

Pertanyaannya membuat gue menengok ke Randy. Gue membeku waktu nyadar kalau jarak antara wajah gue dan wajah Randy sangat tipis.

Refleks, gue nabok wajah si Randy buat ngejauh dari pandangan gue. Randy meringis kesakitan.

Kenapa Randy lebay? Padahal gue naboknya pelan.

"Lo jahat banget sih, Lyana!" Randy meringis.

"JANGAN PANGGIL GUE 'LYANA', SETAN!"

Randy meringis lagi dan mengusap telinganya. "Jangan teriak-teriak gitu dong!"

"BIARIN! SANA LO, MINGGAT! LO GANGGU KETENANGAN GUE, TAI!"

"Ish, lo tuh kenapa sih? Teriak-teriak mulu, kerjaannya!"

"KARNA KALAU GUE DEKET LO, GUE SELALU EMOSI! LO GAK BISA DIEM TAU GA --hmpftt!" Teriakan gue dipotong karna si Randy membekap mulut gue.

"Diem. Baru gue lepasin!"

Sialan.

Gue lagi kesel, jadi makin kesel. Dia itu maunya apaan sih?

Gue menghembuskan nafas panjang dan mengangguk. Randy ngelepasin tangannya dari mulut gue. Tangannya asin. "Ran, kenapa tangan lo asin dan bau banget?"

Clock✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang