"Tolong jaga jam ini ya!"
"Tolong ingat permintaan saya."
Apa permintaanmu yang sebenarnya?
"... jika nanti ada laki-laki yang seumuran denganmu. Dan ia mengenali jam tersebut, tolong jaga dia. Jangan sampai ia mengalami banyak kesedihan..."
Aku tidak mau berurusan dengan anakmu.
"Tolong ingat permintaan saya."
Siapa kamu sebenarnya?
"Tolong jaga jam ini ya!"
"Tolong ingat permintaan saya."
"... jika nanti ada laki-laki yang seumuran denganmu. Dan ia mengenali jam tersebut, tolong jaga dia. Jangan sampai ia mengalami banyak kesedihan..."
"Tolong ingat permintaan saya."
"SIAPA KAMU SEBENARNYA?" Teriakku saat bangun dengan nafas memburu yang tidak beraturan.
Lagi.
Kenapa sangat banyak tadi? Tidak bisakah aku tidur nyenyak?
Merasa ada yang memperhatikanku, aku mengalihkan pandangan ke samping.
Ali.
Dia sedang duduk di tepi kasur lainnya. Menatapku dengan tatapan datar sekaligus terkejut yang hanya ia tunjukan padaku. Oh, aku sedang di uks jika kalian ingin tahu. "Lo denger?" Tanyaku.
Ali mengerutkan alisnya. "Lo beneran ngalamin yang kayak begituan?"
Padahal ia sudah melihatku dengan nafas memburu sebelumnya, tapi kenapa dia ga peka? "Menurut lo? Ini sebabnya gue gamau ngasih tuh jam ke elo. Gue sering ngalamin yang kayak gini tiap tidur" Tanyaku.
Ali menghembuskan nafas panjang dan berlebihan. "Sorry, gue ga gampang percaya sama orang"
Oh ya? Apa dia tidak sadar bahwa dirinya tidak gampang dipercaya oleh orang? Oh, aku membencinya. Dia pikir aku pembohong setelah ia berfikir aku pencuri. Jujur, aku ini adalah orang yang jujur untuk anak seusiaku yang sering berdusta pada orang tua mereka.
Ali berjalan menghampiriku sambil merogoh saku celananya dan melemparkan sesuatu padaku.
Jam tangan.
Jam tangan yang ia rampas dariku, sekarang ia berikan padaku. Aku bermimpi. Pasti.
"Jaga baik-baik. Kalau lecet dikit, gue lecetin juga lo" katanya.
Ini bukan mimpi. Aku pasti tidak bermimpi. Aku turun dari kasur dan loncat-loncat kegirangan. Saking senangnya, aku tidak sadar kalau aku masih lemas. Aku jatuh terduduk dengan posisi elite yang tidak terlalu membuatku malu.
Aku nyengir. Ali yang masih berdiri, sekarang jongkok menghadapku. "Lo. Cewe. Aneh. Yang pernah. Gue. Temuin"
"Bodo. Amat"
Setelah mendengar jawaban dariku, Ali tersenyum kecil dan berlalu keluar uks, meninggalkanku sendirian dengan teganya.
Tidak adakah rasa peduli sedikitpun padaku? Ayolah, aku adalah orang yang 'dengan sabar' menanggapi sikap aslinya itu. Apakah tidak ada rasa peduli sedikitpun padaku?
Sudahlah.
Akupun menghampiri rak sepatu yang ada diujung ruangan ini, lalu memakainya. Akupun keluar dengan keadaan yang masih lemas.
Uwah.
Aku terkejut saat melihat Ali yang masih berdiri di depan pintu ruang uks. Menungguku 'kah? "Ngapain lo disini?" Tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clock✔
FanfictionRahasia demi rahasia yang dimiliki mereka terungkap oleh satu sama lain hanya karna jam tangan. Jam tangan yang membuat keduanya dekat. Jam tangan yang memiliki arti tersendiri bagi keduanya. Jam yang sama, dan hanya ada Satu didunia. Mereka saling...