Clock::6

10.2K 1K 6
                                    

Aku menarik nafas panjang dan berlebihan. "Jadi, gue pernah kecelakaan kecil beberapa minggu yang lalu. Tapi, cuman dapet luka kecil doang di kepala gue. Dan, seperti yang lo liat, gue gak hilang ingatan."

"Langsung intinya"

"Ini juga langusung intinya. Kalau ga langsung intinya, gue pasti ngomong kalau gue waktu itu kecelakaan pas pul--" ucapanku terpotong pada saat Ali menampilkan tatapan jahanamnya itu.

Aku menelan ludah dengan susah payah. "Oke, lanjut. Dan, seperti yang elo tau, gue inget semuanya. Gaada satupun dari ingatan gue yang gue lupain. Tapi, satu hal yang gue lupa saat bangun. Gue gatau jam siapa yang melingkar di tangan gue"

"Trus, kalau lo gatau jam siapa yang melingkar di pergelangan tangan lo, kenapa lo ngaku-ngaku kalau jam itu punya lo?"

"Lo bisa dengerin gue dulu gak sih?"

"Iya sorry. Lanjut."

Aku mendecak, "waktu gue punya jam itu, gue ga pernah make jam itu dan cuman gue simpen di dalem laci. Tapi, sering ada yang berbisik gitu kalau gue nutup mata buat tidur. Dan itu karna gue gak make jam ini."

Ali tertawa hambar, "trus gue percaya, gitu?"

"Gue ga nyuruh lo percaya, tapi intinya... gue mohon buat gue make jam ini biar gue ga dapet bisikan lagi. Dan, kalaupun jam nyokap lo ilang, gue ganti deh. Tapi, please jangan jam ini"

"Gue gabisa!"

"Kenapa? Jam ini juga bukan jam merk terkenal!"

"Emang bukan!"

"Trus kenapa? Gue bisa ganti ini jam dengan jam yang lebih bagus. Tapi gue mohon, jangan jam ini Li. Kalau gaada jam ini, gue gabisa tenang! Gue ga--"

"Jam itu gaada harganya!" Kata Ali dengan tatapan sendunya. "Jam itu bahkan gaada dimana-mana!"

"Lo kolektor jam?"

Ali tertawa renyah lalu kembali diam, "lo gatau apa-apa"

"Makannya kasih tau, biar gue ngerti!"

"Gue gabisa dengan gampangnya percaya sama lo!"

"Oh ya? Setelah gue nunggu lama diparkiran, setelah gue bawa lo kerumah sakit, dan setelah gue kasih tau kenapa gue pertahanin jam ini. Lo masih ga percaya sama gue?"

"Itu belum cukup!"

Aku tertawa hambar. Bisa-bisanya ia tidak mempercayaiku setelah apa yang aku lakukan seharian ini. Oh, aku tidak percaya aku dapat berurusan dengan laki-laki ini. Ah, kenapa nasibku begini? Aku lebih memilih masuk lagi kedalam perut ibuku dan dilahirkan saat Ali sudah mati. Bolehkah?

Ali menatapku dengan tatapan jahanamnya. Aku mengerti. Aku membuka jam tangan sialan ini dan memberikannya pada Ali.

"Keluar!" Katanya.

Baiklah, akupun keluar karna ia menyuruhku. Ingat? Aku masih punya harga diri. Aku tidak akan memohon atau bertanya setelah 'pengusiran' yang dilakukan Ali barusan.

Dan, Alipun berlalu dengan mobilnya. Mengapa Ali sangat sialan? Oh, aku sangat ingin menerkamnya saat ini.

^_^

"HUA! BUNDA! PRILLY KANGEN BANGET!" Teriakku saat aku tengah menjawab panggilan ibuku lewat skype.

"BUNDA JUGA KANGEN SAMA PRILLY!" Teriak ibuku lewat skype.

"Ayah juga!" Kata ayahku kalem.

Suara langkah orang berlari terdengar jelas diluar kamar. Dan pintu kamarkupun terbuka. Tampaklah abang-abangku yang masuk kedalam kamarku satu persatu.

Clock✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang