ENAM BELAS

7.5K 816 63
                                    

ENAM BELAS

SERAYA mengolesi rotinya dengan selai kacang, Zoe mengamati wajah ibunya. Ia bukannya tidak memperhatikan sikap Anna yang berubah akhir-akhir ini. Tadinya ia mengira ibunya sedang ada masalah dengan teman-teman arisannya. Namanya juga ibu-ibu rempong. Sedikit-sedikit tersinggung. Sedikit-sedikit mengumbar gosip. Zoe mendengus. Ia dapat membayangkan dirinya menjadi topik percakapan yang seru. Mungkin ada beberapa teman ibunya yang mempunyai ide untuk menjodohkan anak mereka dengannya. Atau malah sebaliknya.

"Ada apa sih, Mi? Serius amat." Ia melirik Anna. Ada lekuk dalam di tengah-tengah dahi ibunya. Semulus apa pun wajah Anna, kerut di dahi membuat penampilannya menjadi kurang enak dipandang mata.

Anna melipat lengan di atas meja. Telur rebus yang ditata cantik di depannya sama sekali tak terjamah. Matanya lekat menatap Zoe. "Zoe, apa kamu serius sama Marvin?"

"Marvin?" Zoe menghentikan kegiatannya. Senyum cerah seketika membuat wajahnya berseri-seri. "Jelas serius dong, Mi. Buat apa Zoe main-main?" Ia meletakkan roti yang sudah berlapis selai dan meletakkan sebongkah roti lagi di atasnya. "Pokoknya Mami tenang saja deh, Zoe batal jadi perawan tua. Bukannya Mami sudah nggak sabar pengin nimang cucu? Kalau sama Marvin, Zoe rela kok cepat-cepat punya baby. Biar Mami nanti yang mules-mules ngurusin baby kami." Ia terkikik. "Zoe jamin, anak kami pasti lebih bandel daripada Zoe."

Seraya tak henti mengoceh, tangan Zoe dengan lincah meraih pisau dan mengiris rotinya. "Mami setuju, kan?" Ia melirik Anna. Namun, hatinya mendadak mencelus melihat ekspresi ibunya. Anna terlihat risau. Bukan. Lebih tepat lagi, ibunya tampak panik. "Mami kenapa?" tanyanya waswas.

Tanpa diduga-duga, Anna meraih tangan Zoe. Kukunya yang tajam terasa menusuk kulit Zoe. "Zoe, Mami minta ... Mami minta kamu putusin Marvin!"

Terkesiap, Zoe mengentakkan tangan ibunya keras-keras. "HAH?! Mami ngomong apa? Zoe nggak salah denger, kan?"

Anna menggeleng, rahangnya mengeras, matanya nanar. "Mami mohon, Zoe! Tolong, kalian harus putus. HARUS! Pokoknya ... pokoknya Mami nggak setuju kalian berhubungan!"

Zoe berdiri, lengannya menyenggol cangkir dan mengakibatkan cangkir malang itu pun terjun bebas ke lantai dan pecah menjadi puluhan keping. Suaranya memekakkan telinga. "Tapi kenapa, Mi?! Kenapa Mami tiba-tiba begini? Apa salah Zoe? Apa salah Marvin? Kenapa kami harus putus?!" serunya.

Wajah Anna memucat. Bibirnya bergetar. "Kamu harus percaya sama Mami, Zoe. Mami mohon, jangan teruskan hubungan kalian. Mami mohon...." Suara Anna mulai terbata-bata. Ia mengerjap, air mata menetes.

Napas Zoe memburu. Ia sungguh tak mengerti. Tidak biasanya ibunya bersikap aneh seperti ini. Anna tidak sepertinya dirinya yang emosional. Sifat ibunya sangat tenang dan bersahaja. Ia nyaris tak pernah melihat ibunya kehilangan kendali seperti sekarang.

Melihat Anna yang terisak, emosi Zoe mulai mengendur. Ia pun duduk dan mengamati ibunya dengan gelisah. "Mi..." Ia mengembuskan napas panjang, masih berusaha menenangkan degup jantungnya yang menderu-deru. "Mami kenapa jadi begini? Ada apa dengan Marvin? Kenapa Mami begitu menentang hubungan kami? Bukannya selama ini Mami kepengin banget Zoe punya pacar?!" Nada suaranya meninggi.

Namun Anna hanya menggeleng tanpa henti. Seolah hanya itu jawaban yang bisa ia berikan.

"Mami!" pekik Zoe mulai putus asa. "Mami jangan begini, dong. Zoe nggak bisa begitu saja putus sama Marvin tanpa alasan yang jelas."

"Zoe, kalau kamu terus berhubungan ama Marvin ... mending Mami mati aja!!!" seru Anna nyaris histeris.

Zoe kembali berdiri. Matanya memancarkan amarah yang begitu besar. "Mami nggak bisa begini. Zoe nggak terima! Marvin kan nggak salah apa-apa..."

BEAUTY AND THE BITCH (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang