DUA PULUH EMPAT (PART 1)
I looked into your eyes and my world came tumbling down
You're the devil in disguise, that's why I'm singing this song
Chorus:
Da-da-da-dum da-dum da-dum da da da-da dum Beautiful stranger
If I'm smart then I'll run away but I'm not so I guess I'll stay
Haven't you heard I fell in love with a beautiful stranger
(Beautiful Stranger / Madonna)
ISABELLE membiarkan tubuhnya terkulai seperti burung patah sayap. Matanya terpejam. Keringat membasahi tubuhnya, padahal AC di ruangan yang khusus digunakannya untuk menari ini disetel maksimal. Entah berapa lama ia menghabiskan waktu, larut dalam alunan suara sang mahadiva. Menari. Hanya saat itu ia dapat melupakan segalanya. Rasa sakit. Pahit. Putus asa. Ia seakan terlepas dari dunia yang memerangkapnya.
Debar jantungnya seolah berdentum memecah musik yang masih ingar-bingar di telinganya. Setelah selesai menari, rasa frustrasi yang nyaris membuncah mengurungnya lagi. Membuatnya ingin berteriak histeris.
Ia membuka mata. Dan tak sampai sedetik kemudian, matanya terbeliak. Dari balik cermin, wajah yang serupa iblis menyeringai di tepi pintu. Bersandar pada bingkai pintu, melipat kedua lengan, wajah itu tampak begitu memesona sekaligus berbahaya.
Seolah udara yang mengitari Isabelle tersedot seketika. Ia merasa seperti tercekik. Sesak, mual, nyeri, semua bercampur menjadi satu.
"You are ... a devil in disguise...." Suara mendesis meluncur dari bibirnya.
Mata Nathan terlihat sedih. Ia mulai berjalan, langkahnya sempoyongan. Aroma alkohol dan nikotin menyeruak di udara. Napas Isabelle menderu, spontan ia beringsut, mundur hingga mendesak cermin besar di belakangnya.
"Kenapa lo harus keras kepala, Bell? Kenapa lo harus mencampakkan cinta gue?"
"Elo bukan manusia," bisik Isabelle.
Nathan kian mendekat, iris matanya begitu gelap dan menakutkan. "Gue cinta elo, Bell. Gue nggak bisa hidup tanpa elo. Tanpa kalian berdua. Please, gue mohon, jangan biarkan gue berbuat sesuatu yang gue benci."
Isabelle menggeleng, ngeri tercetak di matanya. "Nathan! Lo mau apa? Gue mohon, hentikan semua kegilaan ini." Ia mengerjap, air mata mulai membasahi wajahnya. Disilangkannya kedua lengannya di dada. Dingin yang begitu menusuk tulang menghujamnya. Mendadak ia merasa begitu putus asa. "Please, Nathan." Ia merintih.
Mata yang bagaikan tinta kental itu kini berada di hadapannya. Kedua tangan Nathan mencengkeram lengan Isabelle, begitu kuat hingga Isabelle tak bisa mencegah pekikannya. Ia mengenal ekspresi itu. Sesuatu yang buruk akan terjadi. Ia tak mungkin membiarkan dirinya hancur lagi. Dengan sekuat tenaga ia memberontak, berusaha membebaskan dirinya dari lengan kokoh Nathan.
"l love you, Isabelle. Lo harus percaya sama gue. Gue nggak pernah bermaksud menyakiti lo. Tapi, gue nggak bisa kehilangan kalian..."
Isabelle terbelalak. Dunia seolah berhenti berputar. Hatinya berbisik, If only I run away...
*
"Isabelle..."
Isabelle membuka matanya dengan susah payah. Suara desahan yang menyayat hati seolah menembus alam bawah sadarnya. Ia mengerjapkan mata, berusaha memulihkan kesadarannya. Saat menoleh, ia berteriak sekeras-kerasnya. Namun tak ada suara yang keluar. Wajah pucat Mariella berada begitu dekat dengan wajahnya. "Isabelle, Isabelle Sayang...." Mata Mariella begitu sedih. "Kamu begitu menderita."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY AND THE BITCH (TAMAT)
RomanceHalo! Ini penampilan perdanaku di wattpad. Kisah berikut sudah pernah di-published oleh GagasMedia thn 2007. Berhubung sudah lama, sudah putus kontrak, dan sulit mencari bukunya, aku share di sini supaya pembaca yang belum pernah baca bisa menikmati...