DELAPAN BELAS
NADINE mengedarkan pandangan ke seluruh pelosok ruangan yang mulai dipenuhi tamu undangan. Soft opening kafenya sudah dimulai sedari tadi, namun sampai sekarang Isabelle belum juga tampak batang hidungnya. Padahal sahabatnya itu berjanji akan datang.
Pagi ini dimulai dengan keganjilan yang membuat perasaannya tidak enak. Pertama-tama, tadinya ia dan Neil mau berangkat bersama. Tiba-tiba saja, saat hendak berangkat, Neil bilang mendadak sakit perut dan mengatakan akan menyusul. Kedua, saat tiba di kafe, perutnya juga tiba-tiba mulas. Apakah mereka berdua memang salah makan? Tapi sepertinya tidak ada yang aneh pada sarapan mereka. Hanya nasi dan telur orak-arik biasa.
"Neil kok belum datang ya, Nad? Memangnya diarenya parah banget, ya?" Zoe menepuk pundak Nadine. Nadine menoleh dan menemukan mata mertuanya mengikutinya. Mata itu tetap tampak cemas. Nadine tidak tahu bagaimana kelanjutan cerita Zoe dan Marvin. Yang jelas, dilihat dari wajah muram Anna, sepertinya ia masih belum berhasil membuat Zoe putus dengan Marvin.
"Udah ditelepon? Semoga sakit perutnya nggak serius," sahut Nadine seraya merogoh saku gaunnya, mencari ponsel. Tepat saat tangannya mengeluarkan ponsel, benda itu malah mengeluarkan denting notifikasi WhatsApp.
Nad, Mari masuk rumah sakit.
Dia jatuh dari ayunan di playground taman bermain.
Mari rewel banget, muntah-muntah terus dari tadi. Gue nggak bisa tinggalin dia sama sekali.
Gue takut dia kenapa-napa.
Sori banget gue nggak bisa datang.
Next time I promise, ok?
Dahi Nadine berkerut. Jatuh?
"Dari siapa?" tanya Zoe.
"Anak Isabelle masuk rumah sakit, Zoe..."
"Mari masuk rumah sakit?" Suara pria menyela kata-katanya.
Nadine menoleh, tercekat saat melihat sosok yang berdiri di samping adik iparnya. Mata dingin itu terlihat risau.
"Iya. Katanya sih jatuh dari ayunan."
"Rumah sakit mana?" tanya Marvin lagi. Dahinya dipenuhi garis-garis dalam. Matanya terlihat kian suram.
Nadine menggeleng seraya mengangkat ponselnya. "Aku baru mau telepon Isabelle." Lantas ia menoleh pada Zoe dan Anna. "Mami, Zoe, Nadine mau jenguk Mari dulu sebentar. Ini acaranya masih lama kan? Mumpung masih siang. Nanti Nadine balik lagi."
"Nanti saja habis acaranya beres, Nad, bareng gue sekalian," sahut Zoe.
Namun Nadine lagi-lagi menggeleng keras kepala. "Kasihan Isabelle kayaknya repot, Zoe. Nanti kalau lo mau jenguk, gue bisa temani lagi kok. Sekarang gue mau lihat keadaan Mari dulu..."
"Aku antar." Suara Marvin yang tegas membuat Nadine kembali terkesiap.
"Gue ikut!" seru Zoe.
"TIDAK, Zoe!" Anna nyaris meraung. Wajahnya gusar.
Nadine melirik Zoe, adik iparnya terlihat tengah bersiap-siap membantah. Ia sangat mengenal sifat Zoe. Mana mungkin Zoe mau begitu saja diatur-atur orang sekalipun itu ibunya sendiri?
"Zoe." Nadine nyaris berbisik. "Kalau lo ikut, nanti di sini nggak ada siapa-siapa. Biar gue sama Marvin pergi duluan. Gue sebentar doang kok."
Mengamati raut wajah Zoe yang mulai melembut, Nadine pun bisa mengembuskan napas lega. Akhirnya Zoe mengangguk walau terlihat berat hati. "Salam buat Isabelle ya, Nad," ucapnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY AND THE BITCH (TAMAT)
RomansaHalo! Ini penampilan perdanaku di wattpad. Kisah berikut sudah pernah di-published oleh GagasMedia thn 2007. Berhubung sudah lama, sudah putus kontrak, dan sulit mencari bukunya, aku share di sini supaya pembaca yang belum pernah baca bisa menikmati...