m r. 24 - b l e a k

11.7K 745 51
                                    

Ternyata kehilangan janin yang bahkan belum berbentuk sungguh menyakitkan bagi Keylis. Ia hancur, itu pasti. Tetapi yang membuat Keylis semakin sakit adalah saat ia mengingat bagaimana ia pernah mencoba untuk membunuh janinnya sendiri. Dan sekarang, Tuhan seakan menghukumnya dengan mengambil janin itu. Menciptakan sebuah lubang besar di hatinnya yang tidak akan pernah bisa ditambal.

Rasa perih menjalari bersama dengan setiap aliran darah yang mengalir. Keylis memeluk tubuhnya sendiri yang bergetar. Ia tidak peduli bahwa dirinya saat ini begitu membutuhkan heroin. Tetapi sebisa mungkin ia menahan dahaganya atas benda itu. Sedikit banyak, tubuhnya yang lemah memang membawa pengaruh pada kondisi kesehatannya. Ia tidak mau semakin merusak dirinya. Sudah cukup ia kehilangan calon anaknya. Apalagi mengingat bahwa Keanu telah mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkannya.

Keylis menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis tersedu-sedu membayangkan bahwa dirinya merupakan sumber masalah dari semua orang terdekatnya. Seandainya ia tidak pernah bertemu dengan Keanu, tentu hidup Keanu tidak akan sesulit ini. Terkadang ia berpikir apakah benar bahwa kelaurganya adalah keluarga yang terkutuk. Kebahagiaan seolah datang begitu cepat kemudian dengan cepat pula menjauh.

"Kak... jangan menangis lagi. Kumohon..." suara lembut Claire membuat Keylis semakin larut dalam tangisannya.

"Mungkin ini cara Tuhan menghukum aku, Claire. Aku pernah ingin menggugurkan janinku sendiri dan sekarang aku benar-benar kehilangannya." Keylis menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus menyalahkan dirinya sendiri.

Claire mendekatkan dirinya dan memeluk Keylis sambil mengelus punggung kakak iparnya. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Kak. Tidak ada gunanya menangis untuk saat ini. Kita harus menghadapi kenyataan."

"Berbicara memang mudah, Claire. Bagaimana jika kamu berada di posisiku?" Claire langsung diam. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia mengingat masa lalunya dimana dulu ia juga begitu takut kehilangan Alanis. Dan ia tahu, apa yang dirasakan Keylis saat ini lebih parah darinya dulu.

"Key... mungkin ini jawaban Tuhan atas segala kesedihanmu. Lihat..." tiba-tiba Yanez mendekati dan duduk di sisi Keylis sambil menggendong Leon yang tampak tenang dan bahagia. "Leon adalah anakmu juga."

Yanez memperlihatkan wajah mungil Leon pada Keylis. Wajah Leon yang sangat menurun ayahnya. Keylis melepaskan pelukan Claire dan memandang Leon dengan tatapan nanar.

"Siapa ibunya? Apakah ada wanita lain bagi Keanu selain aku?" tanya Keylis tiba-tiba, tidak bisa menyembunyikan nada sedih dalam suaranya.

Yanez dan Claire saling memandang. Yanez kemudian menghela napas berat. "Tidak ada wanita lain, Key. Hanya kamu satu-satunya perempuan yang dicintai oleh Keanu."

"Lalu, mengapa ia bisa memiliki anak? Tidak mungkin jika—"

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, Kak. Leon hadir tidak berdasarkan cinta," dengan menyesal Claire harus mengatakan kenyataan pahit itu.

"Ia hadir karena sebuah hubungan one night stand antara Keanu dan Alexis. Alexis tidak pernah bisa menerima kehadiran Leon dan saat kelahirannya ia memutuskan untuk menyerahkan Leon pada Claire. Sementara Keanu tidak bisa merawatnya. Jadi, sekarang kamu sudah tahu kan kenyataan yang sebenarnya?" Yanez menjelaskan sambil membelai pipi Leon dengan penuh cinta.

Keylis menggeleng tidak percaya. Ia menatap Leon yang masih bayi itu dengan pandangan iba. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding dengan ditolak oleh ibu kandung sendiri. Dan.. haruskah ia juga menolak Leon?

"Lalu, mengapa Keanu tidak bersama dengan Alexis?" Keylis mencoba mengorek lebih dalam.

"Alexis sudah menikah, Key. Ia sudah bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Alexis tidak pernah mencintai Keanu. Begitu pula dengan Keanu. Hubungan mereka terjadi atas dasar pembalasan dendam. Alexis adalah anak Jonathan, dan Jonathan yang telah membunuh kedua orang tua kami."

Mr. GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang