2 tahun kemudian...
Senyum itu tipis, namun menggemaskan. Pada nyawa baru yang kini hadir di dunia, yang melepaskan tawa bahagia. Sinar mata yang jernih yang melukiskan keindahan tak terperi. Bayi mungil yang kini telah terlelap dalam box bayinya setelah kenyang oleh ASI sang ibunda. Claire tersenyum simpul sambil mengelus lembut pipi putranya yang bernama Kenneth Caradoc.
Setelah tujuh tahun penantian, akhirnya ia diberikan seorang putra yang begitu tampan seperti ayahnya. Anak ketiganya. Ya, anak ketiga. Bukan anak kedua, karena pada kenyataannya, anak keduanya yang ada dalam kandungan gugur ketika menginjak usia tiga bulan di dalam rahimnya. Itu semua kesalahannya. Sejak mengandung Alanis, ia memang tidak pernah bisa dengan baik menjaga kandungannya.
Tetapi pada akhirnya, ia mau menerima semua itu dengan ikhlas, asalkan saat ini ia mendapatkan pengganti dari segala dukanya akibat kehilangan Edberd Caradoc, anak keduanya. Claire merasakan punggungnya dielus oleh seseorang yang kini berada di belakangnya. Suaminya yang selalu ada di saat ia berada di posisi tersulit.
"Ia begitu mirip denganmu, sayang," bisik Yanez lembut di telinga Claire.
Claire mengusap air matanya dan menoleh pada Yanez sambil mencium pipi suaminya. "Lebih mirip denganmu. Apalagi mata birunya itu."
Yanez terkekeh, namun sedetik kemudian ia terdiam cukup lama. Yanez melepaskan pelukannya pada pinggang Claire dan mendekat ke arah putranya. Namun pikirannya sedang tidak berada di tempatnya. Pikiran Yanez kali ini sedang tertuju pada belahan dirinya yang lain, Keanu. Ia tahu Keanu sedang tidak dalam kondisi yang baik. Ia berada di dalam kekalutan luar biasa atas keadaannya.
Tetapi kali ini, Yanez benar-benar tidak bisa menolong. Ini di luar batas apa yang bisa ia lakukan. Karena yang bisa menolong Keanu hanyalah keajaiban Tuhan. Yanez mendesah pelan. Sebelah tangannya menarik pinggang Claire dan ia menyandarkan kepalanya di depan perut istrinya.
"Memikirkan Keanu lagi?"
"Bohong jika aku tidak memikirkannya, Claire." Yanez semakin erat memeluk pinggang Claire dan kemudian Claire merasakan bahu Yanez naik turun. Suaminya telah melebur ke dalam isak tangis yang panjang.
Hati siapa yang tak retak kala mendengar vonis dokter bahwa belahan dirinya mengidap penyakit yang tak dapat disembuhkan? Ia tahu Keanu memang keras kepala, tetapi kapan segala lara dan perih di hati ini musnah? Ia tahu, di balik senyumnya, Keanu pasti menyimpan tangisnya.
Claire mengelus rambut Yanez untuk menenangkan lelakinya. Sedikit membungkuk agar bibirnya mampu menyentuh pucuk rambut Yanez. Kabar kelahiran adalah sebuah kabar bahagia, namun bahagia itu telah dikalahkan hanya karena vonis dokter. Claire terus memeluk Yanez, mencoba mengurangi sedikit lara suaminya. Membagi segala beban yang menghimpit.
Suara kenop pintu yang terbuka membuat Claire dan Yanez tersentak. Yanez dengan cepat menghapus air matanya saat kedua malaikat itu menghampirinya dengan langkah kaki kecil mereka. Leon dan Alanis, yang berjalan pelan sambil bergandegan tangan seolah tak ingin lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Guardian
Romance(((UNDER REVISION))) "Aku tidak tahu mengapa takdir seolah kejam mempermainkan aku. Pernah di buang oleh keluarga kandung. Belum menikah tapi memiliki satu anak yang masih bayi. Dan sekarang... harus rela mendekati seorang gadis berkepala sekeras ba...