[Trishya]
Besok, adalah hari pertama Ardan bersekolah di SMP Nusa Bangsa. "Tris, besok kamu berangkat bareng Ardan ya? Nanti dia sama supirnya jemput ke rumah," pesan Bunda. "Loh kok? Emang Ayah gabisa antar ya?" Trishya terlonjak dari kasurnya menghampiri Bundanya yang berdiri di depan pintu kamar.
"Bisa sih, tapi Mamanya Ardan minta tolong sama kamu, anterin Ardan ke ruang Kepsek besok," jawab Bunda. "Kenapa gak ketemu di sekolah aja? Bunda nih kebiasaan deh! Masa aku dititip-titipin gitu sih!" protes Trishya lalu melipat kedua tangannya di depan dada, "terus Kysha sama Lysha siapa yang anter?"
"Ikut juga di mobil Ardan," jawab Bunda santai. "Buuuunnn! Ntar tu anak 2 teriak-teriak kan bikin maluuu!" rengek Trishya, "ih aku gamau ah Bun! Pokoknya Ayah yang anter besok, titik."
Trishya kemudian mengunci pintu kamarnya, ia langsung melompati kasurnya dan akhirnya terlelap dalam dunia mimpi.
[][][]
Keesokan harinya, Trishya dan keluarganya sedang sarapan bersama, terkecuali Ayahnya yang sudah berangkat lebih awal, yang pastinya adalah rencana Bundanya. "Kysha sama Lysha jadinya ikut mobil Ardan juga Bun?" tanya Trishya lalu meminum segelas susu coklatnya. Bunda mengangguk, "buruan Tris, Kys, Lys, abisin sarapannya, paling bentar lagi Ardan dat---"
Tin! Tin!
"---ang, buruan gih pake sepatunya!" perintah Bundanya. Trishya, Kysha, dan Lysha pun menurut dan memakai sepatu mereka lalu keluar rumah.
Ternyata, di dalam ada Arfin dan Arsilla.
Buset! Emang cukup nih? Ini mobil kecil begini trus mau diisi 6 orang?! Pikir Arfin.
"Aan! Gue di depan ye? Biar lu pangku adek-adeknya Trishya noh, jadi kita semua muat masuk mobil." Arfin kemudian masuk ke pintu bagian depan, lalu Ardan, Arsilla, Trishya, Kysha, Lysha masuk di pintu belakang.
Alhasil, terjadilah pangku-pangkuan dan dempet-dempetan. "Lysha biar gue aja yang mangku, sini Lys!" sahut Trishya. "Terus Kysha di pangku siapa dongg?" rengek Kysha, lalu badannya tiba-tiba di gendong oleh Ardan, "biar Kakak aja yang pangku, mau ya?"
Kysha mengangguk kegirangan. "Eeeh, Kysha! Kesian Kak Ardan-nya! Udah turun-turun," protes Trishya. "Ih apa sih Kak Shashya! Kak Ardan aja mau! Kakak iri yaaaa? Atau kakak mau dipangku juga sama Kak Ardaaaan? Kak Ardan tuh Kak Shashya mau dipangku juga!" goda adiknya itu.
Sialan ni anak! Dasar bocaaahhh! umpat Trishya dalam hatinya.
"Noh Dan, minta pangku juga Dan. Hhmmmpfftttt." Arfin berusaha menahan tawanya, lalu Ardan hanya nyengir kuda dan 2 adik Trishya malah menertawainya.
Trishya mencibir kesal. "Udah udah, gapapa kali Tris lagian ni anak ga berat-berat amat. Yuk capcus! Mas Anto, jalan Mas!" Ardan kemudian membela Trishya yang jadi bahan ejekan dan tertawaan.
Akhirnya mobil pun melaju menuju SD Negeri 1 tempat Arsilla, Kysha, dan Lysha bersekolah. Setelah SD Negeri 1, Mas Anto terus melajukan mobilnya menuju SMP Nusa Bangsa. Oh ya, SMP Nusa Bangsa ada lanjutan SMA-nya, jadi disitulah Arfin juga bersekolah.
[][][]
"Nah udah sampe!" seru Trishya. "Ayok Dan! Gue anter ke ruang Kepsek." Trishya kemudian menarik tangan Ardan dengan santainya. Mereka berjalan melewati koridor tanpa menghiraukan pandangan bertanya-tanya oleh orang-orang.
"Eh Trishya!! Akhirnya ketemu! Lama banget ya liburan? Gue aja sampe item begini gara-gara kelamaan di Bali!" sahut Anggi, sohib Trishya sejak SD. "Omaigaaatt Anggiii! Ih gue kangen banget sama loooo!" teriak Trishya tak kalah hebohnya, lalu mereka berpelukan layaknya teletubbies. Ardan yang melihat duo sejoli hanya bisa menatap mereka heran. "Eh, bentar-bentar ini siapa Shya?" tanya Anggi yang baru menyadari keberadaan Ardan.
"Oohh ini, Ardan," jawab Trishya sekenanya. "YAAMPUN LO PACA--hmppft." Trishya langsung membekap mulut Anggi yang super duper comber, apalagi suaranya lumayan keras, bisa dikira nggak-nggak sama anak satu sekolahan!
"Anggi, ini bukan pacar gue, oke?" jelas Trishya. "Tapi kan calon," koreksi Ardan. Trishya langsung memukul lengan Ardan. "Becanda Tris, baper amat lu ahaha!"
"Halo Anggi, gue Ardan." Ardan mengulurkan tangannya, "Anggi."
"Udah ah! Buruan gue antar ke ruang Kepsek sini Dan!" Trishya kemudian menarik lengan Ardan, lagi. "Buset dah! Lu emang hobi banget ya, narik-narik?"
[][][]
Setelah mengantar Ardan ke ruang Kepsek, Trishya kembali ke kelasnya. Di kelas, Anggi sudah menunggu Trishya dengan pandangan bertanya-tanya.
"Ceritain gue Shya!" ujar Anggi. Trishya menghembuskan nafas berat, "jadi, Ardan itu anak dari bos baru di kantor bokap gue, terus yaudah kantor ngadain acara, trus gue kenalan sama dia sama keluarganya dan lain-lain. Teruuuuss, akhirnya dia nanya gue sekolah dimana dan dia mau juga sekolah yang sama, jadi yaudah deh dia masuk sini."
Anggi kemudian menaik-turunkan alisnya, "lo gak tertarik nih, Shya?" Trishya dengan cepat menggeleng. "Apasih Nggi? Ya nggak lah! Dia temen gue doang!" sangkal Trishya.
"Perhatian, anak-anak!" suara Bu Anin terdengar nyaring seisi kelas, padahal ia berdiri di depan pintu. "Kita kedatangan murid baru dari Makassar, ayo silahkan masuk Nak."
Trishya tercengang mendengar ucapan Bu Anin. Demi apa gue sekelas sama Ardan? Oh nooooo! Bencana ini namanya, bencana!
"Halo! Nama gue, eh, saya Ardan Azhar Effendi, saya dari SMP Negeri 6 Makassar. Kalian bisa panggil saya Ardan, ada pertanyaan?"
"Udah punya pacar belom? Hahaha." Ardan hanya senyum-senyum mesem mendengar pertanyaan gadis-gadis centil dengan gank-nya.
"Baik, Nak Ardan, kamu boleh duduk di belakang Anggi," ucap Bu Anin mempersilahkan Ardan. Tepat sekali, di samping Anggi, Trishya duduk manis sambil memainkan pulpen di tangannya.
Ardan bersorak senang dalam hatinya. Sedangkan Trishya, ia malah menggerutu karena lagi-lagi ia berdekatan dengan Ardan yang cukup iseng menurutnya.
Ardan melihat sosok yang duduk di sampingnya, cowok itu terlihat cukup alim, mengenakan kacamata, dan sepertinya bobotnya melebihi cowok normal. Iya, gendut.
"Nama lo siapa?" tanya Ardan yang kemudian membuat cowok itu tersentak kaget. "Kevin," jawabnya kemudian tersenyum menampakkan sederetan giginya yang wow rapih kayak iklan pepsodent!
Pelajaran Sejarah mulai berlangsung, lalu karena bosan, Ardan mencoba mengajak ngobrol teman sebangkunya. "Lo kenal Trishya, gak?" bisik Ardan hati-hati. "Trishya? Trishya Putri, maksud lo?" Ardan mengangguk. "Siapa sih yang gak kenal sama Trishya? Cewek cantik tapi kalau teriak cempreng banget dan kayak toa?" tutur Kevin.
Merasa namanya disebut-sebut, Trishya mulai terusik dengan pembicaraan orang di belakangnya. Ia kemudian menoleh, "ini lagi jam pelajaran Pak, gosipnya nanti aja di cafe!" sahut Trishya dengan nada kesalnya.
Ardan dan Kevin pun cekikikan lalu kembali memperhatikan guru di depan yang sedang mengajar.
[Trishya]
Haloooo! Ini part 2nyaaaa! Hope you like it, and enjoy! Jangan lupa vote dan comment yaaa;))
30/12/2015
![](https://img.wattpad.com/cover/58047914-288-k987346.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trishya
Teen Fiction[COMPLETE] Selama 15 tahun hidupnya, Trishya belum pernah memiliki sahabat laki-laki. Hingga akhirnya, Ardan Azhar, anak dari teman orang tuanya itu datang kepadanya dan menawarkan persahabatan. Namun, siapa sangka bahwa Ardan akhirnya akan jatuh ci...