19) Br(ok)en Heart

2.6K 191 16
                                    

[Trishya]

"Yogi, kita sampai disini aja."

Alhamdulillah, batin Ardan.

"Loh? Tris, aku bisa jelasin."

"Halah, basi. Ayok, Dan, gue males lama-lama disini." Trishya kemudian menarik tangan Ardan untuk keluar dari cafe.

Namun, tangan Trishya juga ditahan oleh Yogi. "Apasih Gi? Lepas!" Trishya menyentakkan tangannya hingga akhirnya bisa keluar dari cafe.

Yogi hendak mengejar Trishya, namun ditahan oleh Ila, "Udahlah Gi, biarin aja." Yogi hanya menurut lalu kembali ke tempat duduknya.

Ardan hanya mengikuti Trishya dari belakang. Saat sampai di mobil, Trishya hanya diam. Ardan jadi serba salah di sampingnya, mau ngobrol takut kena semprot, tapi didiamkan seperti ini juga tak enak.

Trishya hanya terus menyetir, entah kemana. Hingga akhirnya, ia terjebak di kemacetan. "ANJRIIT!" umpatnya sambil memukul stir mobilnya.

"Istighfar, Tris," ucap Ardan sambil mencoba untuk mengelus pundaknya.

Setelah lolos dari kemacetan, Trishya seperti orang kesetanan saat membawa mobilnya, jalanan memang cukup sepi.

Ardan berkali-kali menepuk-nepuk pundaknya, namun tak juga dihiraukan oleh Trishya. "ANJIR GUE GAMAU MATI WOOOY!" teriaknya, lalu akhirnya menepuk pundak Trishya dengan kuat. Trishya langsung me-rem mobilnya walaupun mendadak, untungnya mereka berdua memakai sabuk pengaman.

"Sarap nih anak, buset," ucap Ardan sambil kembali bernafas, karena sejak tadi ia menahan nafasnya. Ardan menoleh dan mendapati Trishya yang sedang menunduk di stir mobilnya. Bahunya bergetar, dan terdengar isakan kecil dari bibirnya.

"Tris?" panggil Ardan. Disela isakannya, Trishya hanya bergumam menjawab panggilan Ardan. "Udah, jangan nangis lagi," ucap Ardan sambil berusaha menarik pundak Trishya agar ia menampakkan wajahnya.

"Hey, look at me, jangan nangis lagi, percuma loh. Harusnya lo tuh bersyukur, udah ditunjukkin mana orang yang benar dan mana orang yang salah."

"Kenapa sih, sayang sama seseorang itu gini banget, Dan?"

"Sama, gue juga gak ngerti. Kapan sih orang yang didepan gue ini peka. Dulu pas SMP katanya ciri makhluk hidup itu peka, lah ini kok gak peka-peka ya? Atau lo bukan makhluk hidup?" canda Ardan berusaha menghibur Trishya.

"Kampret lo, Dan." Trishya tertawa di dalam tangisnya. Ia tersenyum ke Ardan dengan mata sembapnya.

Ardan mulai lemas saat melihat 'senyuman maut' Trishya. "Thanks ya, Dan. Lo tuh selalu bisa buat gue lupa sama kesedihan gue."

"Kalo lupain Yogi? Gue bisa gak?" jawab Ardan bercanda, meskipun ia memang berharap bahwa Trishya bisa secepatnya melupakan Yogi. "Kata Abang gue, cewek itu bisa jatuh cinta kalo dia dibuat ketawa. Tapi, kenapa setiap lo ketawa, gue yang jatuh cinta?"

Trishya rasanya sudah meleleh di tempat, tapi ia berusaha mengontrol dirinya agar tetap terlihat biasa-biasa saja.

"Gue gak minta lo ngebales perasaan gue kok, Tris. Gue cuma mau ngungkapin aja," lanjut Ardan sambil tersenyum.

Trishya mengangguk, lalu lagi-lagi tersenyum. "Gue ngerti kok, Dan."

Setelah itu, Trishya langsung menghambur ke pelukan Ardan, memeluk pinganggnya. Jantung Ardan berdetak lebih cepat dari biasanya. Perlahan, Ardan memeluk bahu Trishya dan menaruh dagunya disana, menghirup aroma Trishya, sambil sesekali mengelus rambut Trishya yang berbau coklat.

Trishya merasa hangat, sangat hangat. Menurutnya, tak ada yang lebih hangat ketika kedua tangan Ardan melingkari tubuhnya, kepala Ardan yang ia tundukkan di bahunya, dan kehangatan yang terasa dari setiap arah. Tak ada yang lebih indah, selain saat dekapan Ardan yang dapat mendamaikan segala pikiran Trishya.

Trishya kemudian melepas pelukannya, "Makasih ya, Dan."

"Makasih mulu ah, Tris. Padahal gue cuma buat lo ketawa doang," jawab Ardan sambil mencubit gemas pipi Trishya.

"Dan, gue capek kalo nyetir lama-lama, pulang aja ya? Tapi gue main ke rumah lo aja, sekalian ajakin Kysha sama Lysha, boleh gak?"

"Apasih yang nggak buat neng Trishya," goda Ardan sambil mencubit sekali lagi pipi Trishya. Trishya hanya tertawa, lalu kemudian mulai mengemudikan mobilnya menuju rumahnya.

"Nanti gue mau minta izin sama bokap buat di daftarin kursus mobil, biar bisa gantian sama lo kalo lo lagi capek nyetir," ucap Ardan saat mereka diperjalanan, sesekali ia mengelus pelan lengan Trishya.

Modus pertama, LANCAAAARRR! batinnya bersorak.

[][][]

"Kysha, Lysha, main ke rumah Kakak yuk? Disana banyak boneka barbienya Arsilla loh," ajak Ardan berusaha membujuk agar Kysha dan Lysha mau bermain kerumahnya.

"Tapi ijin dulu sama Bunda sama Ayah," jawab Lysha polos. Ya, Ardan dan Trishya sudah berada di rumah Trishya. Trishya sedang berganti baju dan Ardan sedang mengajak Kysha dan Lysha untuk bermain di rumahnya.

Tak lama kemudian, Trishya telah selesai berganti baju dengan baju yang lebih santai. Ardan juga sudah berhasil membujuk Kysha dan Lysha agar mau main kerumahnya.

"Aybun, anak-anaknya Ardan culik dulu ya, hehehehe," canda Ardan sambil cengengesan. (Aybun : Ayah dan Bunda)

"Hahaha, singkatan dari mana tuh, Aybun? Ayah Bunda? Anak-anak Aybun boleh kok diculik, balikinnya harus utuh ya," jawab Ayah meladeni candaan Ardan.

"Iya Yah, Aybun itu Ayah Bunda, hehehe. Nanti kalo mereka pada mau pulang, aku minta nomor telfon Ayah ya, terus aku minta bayaran." Ardan kemudian membalas dengan berpura-pura menjadi penculik dan meminta bayaran agar Trishya, Kysha, dan Lysha kembali.

"Kalo dalam waktu 24 jam belum balik, Ayah telfon polisi." Ayah lagi-lagi meladeni banyolan-banyolan Ardan. "Udah ah, gak jadi berangkat nanti kalian kalo Ayah ngeladenin si Ardan terus," lanjut Ayah.

"Yaudah, pergi dulu ya, Yah! Assalamu'alaikum!" Ardan, Trishya, Kysha, dan Lyhaa kemudian pamit kepada Ayah dan Bunda. Lalu setelah itu, mereka pergi kerumah Ardan menggunakan mobil Trishya.

[Trishya]

Halooo! Gue kembaliiii wkwk. Maafin gue kalo cerita ini semakin absurd. But, enjooooyyy! Jangan lupa vote dan comment manteman semuaaah!

Ohya, daan maafin juga kalo gue masih rada bego ngebuat scene putus HAHAHAHAHAHA. Abisnya gue kan udah lama menjomblo HAHAHA.

Daaaan jugaaaa, gue ngutip kata-kata yang dekapan-dekapan itu dari temen gue, hehehehehehehehehe.

19/3/2016

-Athalia Alamanda-

TrishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang