4) Pulang Bareng

4.5K 362 17
                                        

[Trishya]

Trishya dan Ardan sudah sampai di parkiran SMA. "Jadi sekarang Kak Arfin udah dibolehin bawa mobil?" Ardan mengangguk, "iya, asalkan dia mau nganter jemput gue sama Silla. Tapi, Silla ga dijemput sama dia soalnya kan pulangnya siang."

Trishya manggut-manggut. Tak lama kemudian Arfin datang dengan tas yang tersampir hanya di bahu kanannya. "Aan! Ayok!" serunya tanpa menyadari keberadaan Trishya.

Baru saja Arfin akan membuka pintu mobilnya, "eh? Trishya?"

Trishya cuma senyum-senyum, "nebeng ya Kak?" tanyanya.

"Loh? Jaket Ardan kan itu?"

"Biasa bro, anak cewek. Tembus." Ardan mulai angkat suara. "Oalaah tembus toohh!" sahut Arfin dengan hebohnya membuat beberapa orang menoleh.

Wajah Trishya kini merah padam, sangat kontras dengan kulit putihnya. Nggak, Trishya nggak marah, dia malu. Pake banget.

Ini cowok kaga bisa apa suaranya kecilin dikit! Ah gue juga kenapa sampe tembus sih tadi? Harusnya gue ikutin saran Bunda, pake yang panjang! Rutuknya dalam hati.

"Eh, suara gue kegedean ya? Maaf ye, Tris eheheheh," ucap Arfin lalu menutup mulutnya.

"Ah dasar cowok lebay lu Kak!"

"Makasih loh Dan, pujiannya."

"Udah ah, buruan naik Tris, Dan. Atau gue tinggalin lo berdua disini, mau?" ancam Arfin. Trishya dan Ardan buru-buru masuk ke dalam mobil. Trishya duduk di belakang, sedangkan Ardan di depan.

[][][]

"Jadi, kalian udah berapa lama?" tanya Arfin memecahkan kesunyian sejak tadi di dalam mobil. "Berapa lama apaan?" Ardan masih belum ngerti dengan pertanyaan Arfin.

"Idih najis lu Dan sok gatau! Lu kan cemewew-nya, kalian udah berapa lama?" Ardan kemudian sadar kearah mana pembicaraan Kakaknya tersebut.

"LAH PACARAN AJA KAGAK!" jawab Ardan. "Kak Arfin ngaco deh! Mana mungkin aku pacaran sama Ardan!" tukas Trishya tak mau kalah.

"Ah dasar anak SMP masih malu-malu aje! Jujur aja kaliii," paksa Arfin. "Eh, singgah makan dulu yuk?"

"Ayok Bro! Gua laperrr," jawab Ardan bersemangat. "Gimana Tris? Mau kagak?" tanya Arfin memastikan. "Udaah, Trishya mah anaknya nurut Kak, ayok dah buruan kita makan dimana?"

"Makan Coto yok? Gue kangen nih," tawar Arfin. "Naah boleh tuh! Oke ya, Tris?" Ardan setuju, begitu juga dengan Trishya. "Okeee, capcus kitaa!"

[][][]

"Alhamdulillah, kenyaaaanggg!" Trishya tertawa melihat Arfin yang sedang bersendawa sambil mengelus-elus perutnya. "Jangan ketawa gitu dong Tris, ntar es teh gue tambah manis," sahut Ardan lalu menyeruput es teh-nya. "Apasih Ardaaaaannn." Trishya kemudian memutar kedua bola matanya.

"Jangan mau Tris diperdaya sama rayuan kelas teri kayak Ardan! Cemen dia, belum belajar sama master-nya!" hasut Arfin sambil menepuk-nepukkan dadanya bangga.

"Sok master! Buktinya sampe sekarang belum ada yang dibawa ke rumah!" Ardan tak mau kalah. Trishya tertawa lagi melihat aksi Kakak- Adik di depannya. "Aduh, jangan ketawa terus dong neng, ntar abang masuk Rumah Sakit gara-gara diabetes," goda Ardan lalu mengedipkan sebelah matanya. "Geli Dan!" balas Trishya.

TrishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang