[Trishya]
Sabtu pagi ini, Ardan memutuskan untuk mendatangi rumah Trishya, karena besok ia sudah harus kembali ke Makassar. Ia sudah memesan taksi online dan meminta untuk diantarkan ke rumah keduanya, dulu.
Sesampainya di rumah Trishya, Ardan merapikan penampilannya sebelum melangkah ke pekarangan rumah tersebut. Ia terdiam sebentar karena teringat masa-masa dimana ia dulu sering mengunjungi rumah ini.
Ardan tersenyum tipis.
Akhirnya, Ardan melangkah masuk dan ia terkejut karena langsung disambut oleh Ayah Trishya yang sedang duduk-duduk sambil membaca koran di teras depan rumah.
Ardan bingung harus berkata apa, jadi ia memilih berdeham. Ayah Trishya kemudian sadar bahwa ada orang yang berdiri di depannya.
"Eh? Nak Ardan, ya?" tanya Ayah Trishya terkejut.
"Hehe, iya.. Yah. Assalamualaikum," jawab Ardan sambil menyengir, ia agak canggung memanggil Ayah Trishya dengan sebutan 'Ayah' seperti dulu. Sial, kenapa Ardan tiba-tiba jadi gugup begini! Padahal ia sudah merangkai kata-kata susah payah untuk berbicara dengan Ayah nantinya.
"Wah, sudah besar sekali kamu, Nak. Ayo masuk dulu, Nak." Ayah kemudian mempersilahkan Ardan masuk ke dalam rumahnya. Kemudian, Ayah memanggil anggota keluarganya yang lain.
Tak lama, muncul Bunda, Kysha, dan Lysha. Mata Ardan mencari-cari di mana Trishya?
"Eh, Bang Ardan tuh? Seriusan?" bisik Kysha kepada Lysha saat mereka melangkah turun di tangga. Sedangkan Lysha hanya mengangguk. "Gila, kok bisa cakep begitu sih."
Lysha memutar bola matanya dan meninggalkan Kysha. "Halo, Bang!" sapanya kepada Ardan.
"Hai... Lysha?"
"Hehe, iya Bang, ini Lysha. Bang Ardan udah lama banget nggak kesini. Nyari Kakak yaaa? Ngaku, Bang!" Setelah itu Lysha terbahak.
Ardan tertawa kecil. "Em, iya sih. Tapi, sebenarnya Bang Ardan nggak bisa lama-lama disini, cuma mau ngomong sama Ayah aja, hehe," ungkap Ardan jujur.
"Wah, ada Ardan! Yaampun udah gede banget kamu, Nak. Kerja di mana?" sambut Bunda sembari duduk di samping Ardan.
"Hehe, iya Bunda. Alhamdulillah, sekarang jadi Notaris sekaligus ngeband juga."
"Alhamdulillah. Hebat-hebat, eh, tapi bukannya Ardan dulu ambil jurusan IPA ya?"
"Iya, langsung banting stir, Bun, abisnya Ardan pusing kalo disuruh nyari x sama y lagi, hehehe." Ardan terkekeh dan Bunda tersenyum geli. "Ohiya, sebelumnya maaf Bun, Yah, Ardan nggak bisa lama-lama disini. Sebenernya Ardan ada yang mau di bicarakan sama Ayah, cuma berdua, boleh?"
"Oh, boleh-boleh, silahkan Nak, Bunda juga mau beres-beres dulu. Kysha, Lysha, masuk kamar sana," ucap Bunda lalu pergi meninggalkan ruang tamu, menyisakan Ayah dan Ardan.
"Jadi, Ardan mau ngomong apa nih sama Ayah? Kok kayaknya serius banget?" tanya Ayah membuka pembicaraan.
"Ehm, jadi, Yah, Ardan datang kesini sebenarnya mau membahas tentang..." Ardan berdeham, lalu melanjutkan, "masa depan Ardan dan salah satu putri Ayah." Setelah itu, Ardan tertawa kecil. Ayah tersenyum dan mengangguk paham.
[][][]
Trishya mulai bosan di ruang kerjanya. Ia tidak punya ide untuk mendesain baju lagi. Sudah berlembar-lembar kertas yang berisi sebuah model baju setengah jadi ia buang. Ia termenung.
Padahal, tadinya Trishya bosan berada di rumah, ia akhirnya memilih untuk mendatangi butiknya. Namun, ternyata ia masih tetap merasa bosan juga.
Bosan, batin Trishya.
Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Kysha.
"Halo, Kak! Kakak dimana?"
"Di butik. Kenapa?"
"Kak, ada Bang Ardan di rumah!"
Trishya menepuk jidatnya.
ASTAGA! Yaampun, kenapa bisa lupa begini sih?! Ardan 'kan hari ini emang ke rumah! Lagian dia juga udah bilang kemarin. Aduh, Trishya bego! Rutuk Trishya dalam hatinya.
"Eum, sekarang masih ada?"
"Masih. Sekarang lagi ngomong berdua doang sama Ayah."
Trishya tak memedulikan lagi ucapan adiknya, ia langsung memutuskan sambungan telponnya, lalu menyambar kunci mobil serta tasnya.
Jantungnya berdetak dengan cepat. Ia bersyukur jalanan pagi ini tidak macet dan setidaknya masih bisa diajak berkompromi.
Ia memacu mobilnya dengan cepat menuju rumahnya, berusaha menyalip semua kendaraan yang menghalangi jalannya.
[][][]
Sampai di rumah, Trishya melihat pintu depan rumahnya terbuka dan di ruang tamu ada Ardan dan juga Ayahnya yang sedang serius berbicara.
Trishya memilih untuk tidak masuk ke dalam rumahnya, ia duduk di teras rumahnya sambil sesekali menguping pembicaraan Ardan dan Ayahnya.
Semuanya masih terdengar samar-samar. Namun, akhirnya Trishya mendengar dengan jelas perkataan Ardan.
"Baik, Yah, kalau begitu saya akan bawa keluarga saya untuk melamar secara resmi secepatnya," ucap Ardan mantap.
Di luar, Trishya menutup wajahnya, karena perlahan setetes air mata mengalir dari matanya. Ia berusaha meredamkan tangis harunya. Ia masih terus menangis sampai akhirnya, Ardan dan Ayah keluar dari rumah.
Ayah merangkul bahu Ardan sambil tertawa dan bercanda bersama. Mereka berdua terkejut saat mendapati Trishya yang sedang duduk di kursi teras dengan menutup wajah sambil tertunduk.
"Tris," panggil Ayah. Trishya mengangkat wajahnya.
"Eh, udah ya?" tanya Trishya dengan polosnya sambil berusaha menutup mata sembapnya.
Ayah tersenyum geli, "Udah," jeda. "Ayah masuk dulu ya."
Sekarang tersisa Trishya dan Ardan di teras depan rumah.
"Halo, Dan," sapa Trishya sambil tersenyum kikuk.
Ardan menunduk sedikit, menyejajarkan wajahnya dengan Trishya, lalu mengacak rambut Trishya. "Hai, calon istri," ucapnya sambil terkekeh. Lalu, Ardan menangkup wajah Trishya dan berkata, "Akhirnya pake baju adat Makassar lagi, 'kan, sama aku?"
[END]
Author Notes:
Ya, habis sudah:) Akhirnya satu cerita kacangan ini bisa ku selesaikan dalam waktu hampir satu tahun, hehe. Lot of thank you's for all of the readers. Semoga ada hikmah yang bisa kalian ambil dari cerita ini. Makasih buat kalian yang udah baca, ngasih vote, dan comments yang lucu-lucu. Makasih juga buat yang udah masukkin cerita ini ke reading list. Tanpa vote, comments, dan semangat dari kalian semua mungkin cerita ini nggak bisa aku selesaikan. Jadi, makasih banyak!
Lots of Love,
Athalia Alamanda
[extra chapter?]
Anyway, thanks for the 30k readers! :)Read my another story, 'Strawberry In My Cake'. :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Trishya
Teen Fiction[COMPLETE] Selama 15 tahun hidupnya, Trishya belum pernah memiliki sahabat laki-laki. Hingga akhirnya, Ardan Azhar, anak dari teman orang tuanya itu datang kepadanya dan menawarkan persahabatan. Namun, siapa sangka bahwa Ardan akhirnya akan jatuh ci...