15) Love & Hurt

2.5K 194 25
                                    

[Trishya]

Mereka--Ardan dan Ila--telah sampai di tempat tujuan. Ardan membawa Ila ke sebuah taman yang sepi. Di taman itu terdapat kursi-kursi panjang. Ila dan Ardan duduk di salah satu kursi tersebut.

"Sakitnya tuh disini." Ardan membuka pembicaraan. Ia terkekeh kecil seraya memegang dadanya sendiri. Lagi-lagi, air mata Ila menetes dengan perlahan. Tapi tak urung, ia juga tertawa karena kelakuan Ardan.

"Dan, jangan mancing-mancing dong! Gue udah capek nangis tau."

Ardan menoleh, menatap mata sembap Ila. "Tapi mata lo lebih bagus kalo lagi nangis," ucapnya sambil tersenyum geli.

Ila menyikut lengan Ardan, "Apaansih." Walaupun dalam hati, ia juga bertanya-tanya. Benarkah? Matanya lebih bagus ketika menangis?

"Gue suka sama Trishya semenjak gue pertama kali ketemu sama dia," ungkap Ardan, tatapan matanya ia alihkan ke langit, pandangannya menerawang.

Ila hanya diam, menunggu apa yang akan dikatakan Ardan selanjutnya. "Gue gak percaya love at first sight, tapi Trishya membuktikan itu ke gue," lanjut Ardan. "Ah, udahlah, gak baik ceritain orang mulu."

"Jangan nangis mulu," ucap Ardan. Ia menumpukan sikutnya pada pahanya sambil sedikit menunduk untuk melihat Ila yang sekarang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Bahu abang siap kok, buat jadi senderan," canda Ardan sambil tertawa. Disela sesenggukannya, Ila ikut tertawa sejenak.

Ini orang masih bisa becanda ternyata ya, batin Ila.

Ardan mengeluarkan sesuatu dari tasnya, ia memberikan earphone dan ponselnya kepada Ila.

"Mending dengerin lagu deh, biasanya dengerin lagu bisa bikin hati jadi lebih tenang."

Ila kemudian memasang earphone milik Ardan di telinga kirinya, sedangkan Ardan memasang di telinga kanannya.

Benar kata Ardan, setelah Ila mendengarkan lagu, ia menjadi lebih tenang. Matanya terpejam, kepalanya mendongak keatas. Tangan Ardan refleks menjadi penyangga untuk kepalanya, menahan agar lehernya tidak sakit.

Tak sadar bahwa Ardan kini sedang memandangnya. Lalu dalam hati, Ardan membisikkan sesuatu. Satu hal yang ia yakini, bahwa Ila telah membuktikan hal yang sama seperti Trishya.

Entahlah, ia tidak mau menjadikan Ila hanya untuk pelampiasannya.

[][][]

Trishya telah selesai menuliskan jawabannya. Jawaban yang berhasil membuatnya senyum-senyum sendiri sampai sekarang.

Ia menyerahkan kembali papan tulis tersebut kepada Yogi. Yogi tertawa melihat gadisnya yang sedang menunduk malu. "Tris," panggilnya.

Trishya menoleh, ia menaikkan kedua alisnya tanda ia bertanya. "Makasih ya, udah nerima gue," ucap Yogi sambil tertawa. Trishya mengangguk cepat.

"Sini peluk dulu." Yogi kemudian merentangkan tangannya.

Karena Trishya tak kunjung menyambut rentangan tangannya, Yogi pun memeluk Trishya dari samping. Terus memeluknya, sehingga Trishya rasanya lemas dan mulai bersuara.

"Yogi, gue laper."

Yogi tertawa, lalu ia melepaskan pelukannya. "Oke, kita makan ya, Trishyaku."

Pipi Trishya merona, lalu ia berkata, "Oke! Aku aja ya, yang nyupir."

Yogi tertawa lagi dibuatnya. "Duh, cantiknya supirku."

[][][]

"Aku yang pesen ya, kamu tunggu disini aja," ucap Yogi setelah mereka sampai di sebuah cafe.

"Iya," jawab Trishya lalu mengeluarkan ponselnya dari saku seragamnya. Yogi kemudian berlalu meninggalkan Trishya yang duduk di meja makan.

Mereka tak tahu, bahwa 4 pasang mata sedang memperhatikan mereka dari jauh. "Sst! Diem napa! Ntar ketahuan loh!"

[][][]

HAHAHA UDAH SOK NGEGANTUNG, PENDEK LAGI CERITANYA :)) bodoamat gue udah kehabisan ide parraaah wkwk.

Bhay.

Jangan lupa vomments mwah.

9/3/2015

Btw siapa yang gerhana mataharinya totaaal?

-Athalia Alamanda-

TrishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang