Extra Chapter

3K 136 1
                                    

[Trishya]

"Dan! Tolong antar ini ke meja nomor 10 dong!"

Ardan yang tadinya sedang asyik memainkan ponselnya, segera menghampiri Trishya. "Siap, Ibu Negara!" Trishya tertawa kecil, ia memandangi Ardan dari belakang sambil tersenyum manis. Tak lama, Ardan kembali dan mendapati Trishya memandanginya sambil tersenyum manis.

"Kenapa tuh senyum-senyum gitu?" tanya Ardan kebingungan, ia mengacak-acak rambut Trishya.

"Nggak kenapa-kenapa. Eh, ntar sebelum ngambil anak-anak di rumah Bunda, kita ke supermarket dulu ya, sabun sama bahan makanan di rumah udah pada habis," ucap Trishya.

"Iya, sayang. Ada lagi yang harus aku lakuin?" Ardan kemudian mencubit pipi Trishya.

Trishya tersenyum lalu menggeleng. Hidupnya sudah terasa lengkap sekarang. Menikah di usia yang bisa dibilang cukup muda, melahirkan seorang anak laki-laki dan perempuan, dan tentunya memiliki suami yang sangat pengertian dan mencintainya.

3 tahun yang lalu, seorang laki-laki yang dulunya hanya berani menanyakan ID LINE-nya itu akhirnya resmi menjadi suaminya. Trishya sangat ingat, waktu itu saat mereka masih dalam masa pingitan, Ardan terus-terusan mengiriminya pesan dan mengatakan bahwa ia sangat gugup, ia takut salah sebut, tapi untungnya hal itu tidak terjadi. Beberapa bulan setelah Trishya dan Ardan menikah, mereka memutuskan untuk pindah dari rumah orang tua Trishya karena ternyata Ardan sudah menabung sejak lama untuk membeli rumah.

Waktu itu, Trishya kaget karena Ardan tiba-tiba mengajaknya untuk memilih perabotan rumah, lalu ia menyuruh Trishya untuk membereskan barang-barangnya karena katanya mereka akan pindah rumah.

Saat Trishya bertanya Ardan mendapatkan uang segitu banyaknya dari mana hingga tiba-tiba bisa membeli rumah yang bisa dibilang cukup besar, Ardan menjawab, "Sebenernya aku udah lama nabung tapi nggak tau juga buat apa, jauh sebelum kita ketemu di Bandara waktu itu uang tabungan aku udah lumayan banyak, hehehe, aku nggak bilang-bilang ke kamu karena sebenernya aku lupa ternyata punya tabungan, pas kemaren lagi beresin barang-barang aku inget deh, jadinya aku pake beli rumah," jeda. "Lagian masa kita tinggal di rumah Bunda terus? Kita kan jarang bisa quality time mesra-mesraan kalo disini, malu diliat Ayah sama Bunda," bisik Ardan.

Trishya hanya bisa membalas dengan tawa renyah saat itu. Namun, tak urung setitik air lolos keluar dari matanya. Ia langsung memeluk Ardan dan Ardan mencium puncak kepalanya berkali-kali.

[][][]

Tak lama setelah mereka akhirnya resmi pindah rumah, kabar membahagiakan lainnya datang dari Trishya untuk Ardan. Ardan yang malam itu tengah sibuk mengurus pekerjaannya, dikejutkan oleh Trishya yang tiba-tiba memeluknya dari belakang dengan air matanya yang telah bercucuran. "Hei, kamu kenapa sih? Kok nangis tiba-tiba? Trish? Sayang?" Ardan balas memeluk Trishya sambil berusaha menenangkannya. "Kamu kenapa?" tanya Ardan sambil menangkup kedua pipi Trishya. Namun, bukannya menjawab, Trishya malah memberikan sebuah benda pipih dengan ukuran cukup panjang yang digenggamnya erat-erat sejak tadi. Ardan langsung mengambilnya.

Sebuah testpack.

Dengan dua garis merah.

"Positif?" tanya Ardan dengan senyum sumringahnya. Dengan penuh haru, Trishya mengangguk. Ardan kembali memeluk Trishya erat-erat. "Makasih, Trish. Untuk semuanya."

Trishya masih ingat detik-detik menjelang kelahiran putra pertamanya yang bernama Arsha, Ardan sangat panik, ia menggenggam tangan Trishya kuat-kuat saat proses bersalin, seolah-olah ia ingin menyalurkan energi dan tenaganya untuk Trishya yang saat itu benar-benar terkulai lemas. Akhirnya setelah anak pertama mereka lahir, Ardan memberi nama anak mereka Arsha Ardi, hampir mirip memang namanya dengan nama Ardan, Arsha berarti Ardan - Trishya, sedangkan Ardi artinya bumi. Jadi, Ashar Ardi berarti 'Bumi Ardan dan Trishya'.

Hal itu kembali terjadi saat Trishya telah hamil putri keduanya, Shazara, Ardan sama panik dan sama senangnya, terlebih anak keduanya adalah seorang putri. Shazara adalah singkatan dari Trishya - Azhar, Azhar adalah nama belakang Ardan. Nama lengkapnya adalah Nur Shazara, berarti 'Cahaya Trishya dan Azhar'. Trishya saat ini masih terheran-heran karena bahkan di usia Shazara yang masih balita itupun Ardan sudah benar-benar posesif terhadap anaknya. Namun, Trishya memakluminya, Ardan pastinya akan sangat menjaga dan menjamin kehidupan anak-anak mereka dan juga Trishya.

[][][]

"Kenapa sih? Ngelamun aja?" Ardan memalingkan pandangannya dari jalanan karena kebetulan lampu merah, sembari menarik rem tangan di mobilnya, ia mengangkat dagu Trishya. Mereka tadi telah singgah di supermarket dan sekarang dalam perjalanan menuju rumah orang tua Trishya.

"Hm? Enggak kok, aku tiba-tiba jadi inget dulu aja, hehehe," jawab Trishya.

"Cieee yang nostalgia! Bagi-bagi sini nostalgianya bareng aku dong!"

"Kamu inget nggak? Yang dulu waktu acara perpisahan SMP kamu bilang bakal pake baju adat yang sama lagi sama aku, eh kejadian beneran ya! Hahaha!"

"Iya juga ya, hahaha. Kalo aku sih nggak bisa lupa pas kamu dulu aku ajakin sarapan terus katanya kamu ngantuk, mau tidur lagi, eh tau-taunya malah jalan sama Yogi! Aku mau marah waktu itu, tapi nggak bisa, lagian aku bukan siapa-siapanya kamu, sedih deh dulu kejebak friendzone! Untung aja sekarang udah nggak, hahaha!"

"Ah kamu mah ingetnya yang itu mulu!"

Dan begitulah, percakapan nostalgia mereka masih terus berlanjut hingga akhirnya mereka sampai di rumah orang tua Trishya. Kedua anak mereka langsung menyambut mereka di depan pintu, tentunya ada orang tua Trishya juga.

"Yah! Bun! Yuk, lang!" (Ayah! Bunda! Yuk, pulang!) seru Arsha yang masih dalam tahap belajar berbicara.

"Yuk, sayang kita pulang! Sini Bun, aku gendong si Shazara," ucap Trishya. Shazara, anak perempuan mereka dialihkan ke Trishya, sedangkan Arsha sudah berada di gendongan Ardan.

"Pamit dulu, Ayah, Bunda, kami pulang ya," ucap Ardan sambil menyalami tangan Ayah dan Bunda, disusul oleh Trishya.

"Dadaaah!" seru Trishya, Ardan, dan Arsha kompak sambil melambaikan tangannya ke arah Ayah dan Bunda.

[Trishya]

Here is it! Ini diaaaa extra chapternyaaa! Semoga memuaskan yaaa, hehehe. Kalo misalnya pada banyak yang mau, aku pengen bikin QnA cast cerita ini hehehe. How's?

By the way, maaf ya lama bgt extra chapternya:( dan maafkeun juga kalo kurang memuaskan. Maybe i will make another extra chapter? Hehehe.

Anyway, thankyou for 62k readers! Vote and comments? :)

Sincerely,
Athalia Alamanda

3/4/2017, Monday.

TrishyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang