[Trishya]
Trishya mulai resah di tempat duduknya, sejak tadi ia terus-terusan mengecek jam yang melingkar di tangan kirinya. Ardan yang menangkap gelagat anehnya, menegurnya.
"Kenapa sih liatin jam mulu? Biasanya juga kalo udah mau bel pulang lo malah kegirangan," celetuknya. Iya, Ardan tadi bertukar tempat duduk dengan Yogi sehingga Yogi duduk bersama Darryl.
Sebenarnya Ardan tahu, bahwa Trishya gelisah karena sebentar lagi ia akan mendengarkan penjelasan Yogi. Ia hanya pura-pura tidak tahu.
"Eng–enggak papa!" jawab Trishya terbata-bata.
KRING!!!
Ah, itu dia. Sudah saatnya. Bel pulang telah berbunyi. Trishya segera merapikan barang-barangnya. Dilihatnya Yogi sudah duluan keluar kelas dengan ponsel yang menempel di telinganya. Entah sedang berbicara dengan siapa.
Ardan juga segera keluar dari kelas, lalu tak lama Trishya menyusul. "Dan, tungguin gue dong!" Trishya menepuk bahu Ardan yang sudah berjalan mendahuluinya.
"Lah ngapain lagi? Lo bukannya mau ngomong sama Yogi ya?" Ardan mati-matian menahan rasa irinya, atau cemburu, mungkin.
"Iya, gue takut diapa-apain! Temenin gue dong, hehehe."
Ardan menghela napasnya pasrah. Sejujurnya, ia ingin menolak karena malas berada di antara Yogi dan Trishya. Ia ingin menjawab, "Yaudah sini gue temenin." Tapi yang keluar dari mulutnya malah, "Lo nggak bakal diapa-apain sama dia, udah tenang aja."
"Aih, ayolaah."
"Udaaah, tenang ajaa."
Trishya hanya diam setelahnya. Tak terasa, mereka sudah sampai di tempat parkir untuk motor. "Lo ngapain ngikut ke sini? Ini kan parkiran motor, hahaha." Ardan tertawa.
"Dan, gak mau nemenin nih?"
Alih-alih menjawab, Ardan malah memasang helmnya. "Gue duluan ya, dadah!" Lalu setelah itu melajukan motornya menuju rumah.
Trishya menghentakkan kakinya kesal. Lalu ia mengambil ponselnya di saku seragamnya untuk menelpon Yogi.
Berkali-kali ia mencoba menelpon tapi tak diangkat, bahkan sampai Trishya sudah berada di dalam mobilnya pun masih tak diangkat juga.
"Ini yang terakhir. Kalau sampai dia nggak ngangkat juga, gue pulang pokoknya," gumam Trishya lalu mencoba menlpon sekali lagi.
"Halo? Trishya! Lo dimana?"
"Lah! Aturan gue yang nanya! Lo dimana? Gue udah dari tadi nunggu ini di mobil gue."
"Yaudah oke-oke, jadi mau ngomong dimana? Lo ke café deket sekolah aja ya, gue tunggu disini."
Setelah itu, Trishya mulai menjalankan mobilnya. Tidak ada lagi rasa gelisah, yang ada hanya rasa kesal di dalam hatinya.
Tak lama kemudian, ia telah sampai di café yang dikatakan Yogi. Ia masuk ke dalam lalu matanya mencari-cari dimana Yogi duduk. Ia kemudian menghampiri Yogi yang duduk di kursi paling ujung sendirian.
Trishya memilih duduk di depan Yogi sehingga mereka berhadapan. "Udah, buruan. Gue gak bisa lama-lama disini," ucap Trishya ketus.
"Jadi, kemaren itu–"
Ponsel Yogi bergetar. Mamanya menelponnya. "Tris, gue angkat telfon dulu ya," pintanya lalu hendak bangkit dari tempat duduknya.
Trishya hanya mengangguk. Ia mengaduk-aduk milkshake vanillanya. Sudah hampir limabelas menit, tapi Yogi masih sibuk menelpon di luar. Trishya sudah bersiap-siap mau menyusulnya. Namun, Yogi ternyata lebih dulu masuk.
"Sorry, Tris. Tadi nyokap gue yang nelpon. Gue lanjutin ya?" ucap Yogi.
Trishya menghela napasnya lalu mengangguk. "Buruan."
"Nah, jadi, kemaren itu pas gue sama Ila ja–"
Lagi-lagi ponsel Yogi bergetar. Disana terpampang jelas nama Ila. Ia pasrah, lalu mengangkat telfonnya tanpa keluar dulu dari café.
"Halo, apasih?! Hmmm. Iya. Udah ah berisik."
Trishya memutar bola matanya malas. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya. "Udah deh, kalo lo dari tadi cuma sibuk nelfon, mendingan kapan-kapan aja kalo lo mau jelasinnya, kalo lo gak sibuk. Gue duluan."
Trishya kemudian keluar dari café dan segera melajukan mobilnya menuju rumah. Meninggalkan Yogi yang sedang merutuki dirinya sendiri di dalam café.
[Trishya]
Haloooo! Update lagiiii! Ku tak menyangka sudah sampai part segini :") Semoga suka!
Jangan lupa vote dan comments :) terimakasih!
16/5/2016
Athalia Alamanda
KAMU SEDANG MEMBACA
Trishya
Fiksi Remaja[COMPLETE] Selama 15 tahun hidupnya, Trishya belum pernah memiliki sahabat laki-laki. Hingga akhirnya, Ardan Azhar, anak dari teman orang tuanya itu datang kepadanya dan menawarkan persahabatan. Namun, siapa sangka bahwa Ardan akhirnya akan jatuh ci...