[Trishya]
Trishya terbangun dari tidurnya dan segera mandi pagi untuk berangkat ke sekolah. Matanya terlihat masih membengkak bekas tangisnya tadi malam. Tisu masih berserakan di lantai kamarnya. Ia membersihkannya lalu setelah itu mandi.
Seusai mandi, Trishya turun ke bawah untuk sarapan. Moodnya kurang baik hari ini. Ia merasa malas untuk melakukan apa-apa.
"Yah, Kembar ikut Ayah aja ya, aku males muter-muter lagi kalo nganter mereka," pintanya.
Seakan mengerti perasaan putrinya, Ayah mengiyakan. "Okee, kamu tetep semangat sekolah ya, Nak. Jangan sampai cuma gara-gara patah hati, kamu jadi malas belajar."
Trishya mengangguk. Lalu, ia menghabiskan sarapannya, dan berangkat ke sekolah.
[][][]
Ardan sudah sampai di sekolah. Sekolah masih sangat sepi, ia sengaja datang pagi-pagi untuk mengintrogasi Ila. Karena, Ardan tahu kalau Ila selalu datang pagi-pagi sekali.
Ardan memasuki kelas, kelas ini akan dirindukannya nanti. Ardan mendapati Ila yang sedang mendengarkan lagu melalui earphonenya.
Ardan yang memang duduk di samping Ila, mencabut salah satu earphone yang terpasang di telinga Ila.
"Apa?!" tanyanya ketus.
"Kok lo yang marah sih? Aturan tuh gue yang marah, gue mau marah kok dimarahin duluan, sih?" Ardan keheranan. Ini orang mau dimarahin kok malah marah duluan sih?
"Enggak jelas lo." Ila hendak memasang earphonenya lagi, namun ditahan oleh Ardan.
"Maksud lo apa tuh, nikung-nikung kagak ngasih lampu sen dulu?" tanya Ardan berusaha mengontrol emosinya dengan candaannya.
"Apaandah, udah kayak mobil aja," jawab Ila ketus.
Ardan menyentil dahi Ila, gemas karena tingkahnya yang pura-pura tidak tahu. "Gue serius, pe'a."
"Yaudah, nanyanya yang bener dong!"
"Lo kemaren kemana aja sama Yogi? Lo ngasih dia pelet apaan sampe dia mau jalan sama lo?"
"Yaa gue jalan-jalaan dong! Nonton, makan, dia nganter gue pulang, udah deh."
"Terus, lo jadian sama dia, iya?"
"Belum, pdkt dulu lah."
Kalau saja Ila bukan perempuan, Ardan pasti sudah melayangkan tinjunya. "Dih, perusak hubungan orang. Enggak mau gue duduk sama iblis kayak lo."
"GO AWAAAY! Lo duduk aja sana sama si Trishya, biar gue bisa duduk sama Yogi. Kita sama-sama dapet yang kita inginkan, kan? Lo suka sama Trishya, gue suka sama Yogi, gue pdkt sama Yogi, dan itu berarti ada kesempatan buat lo jadian sama Trishya. Ini tuh simbiosis mutualisme, Dan."
"Yayaya, iblis mah bebas kalo ngomong."
Ila mencibir mendengar perkataan Ardan, lalu ia kembali memasang earphonenya
Ardan segera mengambil tempat duduk di samping ketua kelas, Darryl. Tak memedulikan lagi berbagai macam protes dari Ila.
Tak lama, Trishya datang. Ardan dapat melihat mata bengkaknya. Wajah Trishya terlihat suram. Seakan tidak tahu apa-apa, Trishya duduk di bangkunya, tepat di samping Yogi walaupun Yogi belum datang.
Tapi, tepat setelah Trishya duduk di bangkunya, Yogi datang. Yogi berjalan dengan santainya masuk ke dalam kelas. Yogi kemudian menghampiri Trishya. Ardan di tempat duduknya mati-matian menahan dirinya untuk tidak menghampiri Yogi dan Trishya.
"Halo, Tris," sapa Yogi. Trishya hanya melirik sinis sembari berusaha menetralkan perasaannya.
"Tris, jangan kacangin gue dong. Gue bisa jelasin baik-baik asal lo mau denger. Gue gak minta untuk balikan sama lo, tapi gue cuma berharap."
Trishya lagi-lagi hanya melirik sinis dan saat Yogi duduk di sampingnya, ia memalingkan wajahnya. Matanya bertubrukan dengan mata Ardan saat ia memalingkan wajahnya. Ia memberi isyarat melalui mata ke Ardan, seolah-olah bertanya ia harus bagaimana. Sedangkan Ardan, hanya membalas dengan senyum tulusnya.
Tiba-tiba bahu Trishya ditepuk oleh Yogi. "Tris, boleh gak gue jelasin semuanya dulu?" pinta Yogi dengan raut memelasnya. "Just give me one more chance."
Trishya menghela napasnya berat. Jujur saja, ia ingin tahu yang sebenarnya. Otak dan hatinya tidak sinkron. Otaknya ingin menolak, tapi hatinya tidak. Akhirnya ia menarik napas dalam-dalam, lalu, "Jelasin sejujur-jujurnya pas pulang sekolah. Sekarang lo cari tempat duduk lain dulu, gue lagi gak mood deket-deket sama lo."
Yogi bangkit dari tempat duduknya lalu hendak melangkahkan kakinya. Namun, ie berbalik lagi. "Tris," panggilnya. Yang dipanggil menoleh, lalu hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Gue bener-bener minta maaf buat semuanya."
[Trishya]
FINALLY UN SELESAAAAI! Karena ku orangnya menepati janji, jadi beneran apdet nih! Wkwk.
I'm reaaalllyyyy sorrryyyy for the late update:( Jujur sempet writers block yang berkepanjangan hehe. Tapi setelah ngeliat readers w sudah duaribu w jadi semangat lagi! MUUCI YA KALIAN:)))
Stay tune yap wkwk;) Jangan lupa vote dan comment!
12/4/2016
Athalia Alamanda
KAMU SEDANG MEMBACA
Trishya
Novela Juvenil[COMPLETE] Selama 15 tahun hidupnya, Trishya belum pernah memiliki sahabat laki-laki. Hingga akhirnya, Ardan Azhar, anak dari teman orang tuanya itu datang kepadanya dan menawarkan persahabatan. Namun, siapa sangka bahwa Ardan akhirnya akan jatuh ci...