[Trishya]
"Sst! Diem napa! Ntar ketahuan loh!" bisik Ila sambil menyenggol Ardan. Ila dan Ardan memang sedang memperhatikan Yogi dan Trishya dari jauh. Mereka bertemu dengan mobil Trishya saat di perjalan menuju rumah Ila, lalu akhirnya Ardan malah membelokkan motornya untuk membuntuti Trishya dan Yogi.
"Si eneng main senggol-senggol ae," jawab Ardan. "Jadian beneran sih itu mereka, njir."
"Dan, pulang yok. Nyamuk disini banyak bener dah sumpah."
"Ya, elu sih, mau buntutin orang pacaran kagak bawa semprotan nyamuk."
"Iye ntar gue bawa, udah ah, anterin gue pulang, ntar keburu sore lagi." Ila kemudian menghabiskan es krimnya lalu beranjak dari kursi. Begitu juga dengan Ardan.
Ardan langsung merangkul Ila, "yok sayang, kita pulang."
De javu.
[][][]
Esoknya, pagi-pagi sekali Ardan sudah sampai di sekolahnya. Ia masih duduk diatas motornya setelah melepas helmnya. Lalu merapikan rambutnya yang terlihat lepek. Rambutnya tadinya basah sehabis mandi, lalu ia langsung memakai helm tanpa mengeringkannya.
Ia membuat rambutnya sedikit acak-acakan. Layaknya orang-orang yang membawa motor ninja, ia merasa keren. Padahal yang ditungganginya hanyalah motor butut bekas Arfin.
Cukup lama ia menata rambutnya dengan tangannya sendiri. Sampai akhirnya, ada yang menepuk bahunya.
"Aduh, si Ardan pagi-pagi udah sok keren aja nih, dikata motornya ninja apa yak?" celoteh Ila sambil tertawa. Ardan kemudian ikut tertawa. Tertawa lepas, tidak seperti kemarin yang seperti dipaksakan.
Tak lama, mobil Yogi datang. Lalu ia memarkirkan mobilnya. Setelah itu, ia mendatangi Ila dan Ardan. "Trishya belum datang, ya?" Tanyanya.
Mendengar nama Trishya disebut, Ardan jadi rindu.
Ila dan Ardan kemudian saling memandang seolah mendiskusikan siapa yang harus menjawab. "Lah, katanya pacaran, tapi jam ceweknya datang aja kagak tau," jawab Ardan.
"Ah, nanya sama orang cemburu tuh emang bikin susah ya," sahut Yogi mulai nyolot. Ardan yang mendengarnya berusaha menetralkan ekspresinya agar tak terpancing dengan kenyolotan Yogi.
"Pede amat, Masnya. Makanya pacaran mah jangan main tembak atuh," balas Ardan telak. Memang, Yogi belum lama melancarkan aksi pdktnya kepada Trishya, beda dengan Ardan yang sudah lebih awal daripada Yogi.
Yogi mendesis, lalu ia hendak membalas Ardan lagi. Namun,
"Eh, udah dong, Dan mending masuk kelas deh. Yuk?" Ila berusaha melerai lalu menarik lengan Ardan. Ardan kemudian menaruh helmnya dan mengikuti Ila.
"LIMA BELAS MENIT LAGI TRISHYA DATANG, GI!" teriaknya dari kejauhan, membuat murid-murid lain menoleh kepadanya. Ardan tidak mau kalau hanya karna cinta, ia jadi bermusuhan dengan Yogi.
Sedangkan Yogi yang tadinya masih sedikit emosi, seketika terkekeh, lalu membalas Ardan dengan teriakan juga. "SIP MAKASIH YA, DAN!"
[][][]
Benar apa kata Ardan, tadi pagi, setelah Ardan masuk ke kelas, 15 menit kemudian Trishya datang. Padahal, Ardan hanya asal-asalan saja saat mengatakannya.
Sekarang, sudah jam istirahat yang kedua. Artinya, hanya tersisa 2 jam pelajaran lagi lalu setelah itu pulang.
Trishya dan Yogi menghampiri Ardan yang sedang bercanda dengan Ila, mereka bergabung di satu meja. Ada sebersit rasa tak suka yang muncul di hati Trishya saat ia melihat Ardan bisa tertawa lepas dengan Ila. Cemburukah?
Sama dengan Trishya, Ila tak suka saat Yogi menggenggam tangan Trishya saat mereka berdua menghampiri meja Ila dan Ardan.
Sedangkan Ardan? Ia rasanya mau mengubur dirinya sendiri saat Trishya melempar senyum kepadanya. Kalau kata Ardan, 'senyuman maut'.
"Dan, kata Bunda lo disuruh dateng ke rumah ntar sore," ujar Trishya. Ardan seketika bersemangat. "Sama kamu juga ya, Gi," lanjut Trishya. Lalu, pupuslah segala harapan Ardan untuk modusin Trishya. "Eh, Ila juga kalau mau datang, boleh kok."
"Buat apa, Tris?" tanya Ardan dengan wajah datarnya, menunjukkan bahwa ia malas untuk datang.
"Si dua orang kutukupret ultah, hahaha," jawab Trishya sambil tertawa pelan. Suaranya terdengar cempreng dan merdu bersamaan.
"Trishya jangan ketawa, nanti aku makin susah lupain kamu loh."
Trishya tertawa, Ila juga. Yogi yang awalnya malas merespon candaan Ardan, malah ikut tertawa. Menurutnya, itu biasa saja, karena ia sudah tahu bahwa Ardan juga suka sama Trishya.
"Beneran boleh ikut nih, Tris?" tanya Ila. Trishya mengangguk sambil tersenyum. "Tapi gue gak tau rumah lo dimana."
"Minta antarin Ardan aja, La," goda Trishya sambil tersenyum penuh arti kepada Ardan. Jiwa mak comblang Trishya mulai keluar sepertinya.
"Oke-oke, tenang aja La, ada Abang Ardan disini," jawab Ardan sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri.
Ila, Yogi, dan Trishya tertawa karena ulahnya. Kang gombal!
[Trishya]
Update lagii yuhuu~ jangan lupa vote dan comment yaaa! Btw kayaknya part gue rata-rata terinspirasi dari lagu-lagu Sheila On 7 HAHAHA.
VOTE DAN COMMENT YA MAKASIH :)))
13/3/2016
-Athalia Alamanda-
KAMU SEDANG MEMBACA
Trishya
Fiksi Remaja[COMPLETE] Selama 15 tahun hidupnya, Trishya belum pernah memiliki sahabat laki-laki. Hingga akhirnya, Ardan Azhar, anak dari teman orang tuanya itu datang kepadanya dan menawarkan persahabatan. Namun, siapa sangka bahwa Ardan akhirnya akan jatuh ci...