[Trishya]
Hari yang ditunggu para murid kelas 9 SMP Nusa Bangsa telah datang. Perayaan Pelepasan & Gelar Seni akan diadakan malam ini juga.
Trishya dan team modelling-nya sedang berada di backstage, mereka sedang didandani oleh para MUA yang sudah handal. Trishya nampak sangat cantik dengan baju adat khas Makassar. Tapi, hatinya gelisah karena Ardan tak kunjung mendatanginya di backstage untuk memakai baju adat yang serasi dengannya.
Ardan, Kiki, Kevin, dan Dika sedang mempersiapkan alat-alat band mereka. Karena nanti, mereka akan memainkan 2 lagu. Ardan sendiri sibuk mengatur letak drum-nya. Ia juga baru mengingat kalau setelah ia bermain band nanti, ia akan mendampingi Trishya.
Akhirnya, Ardan memilih mendatangi Trishya. "Tris, kita tampilnya ntar abis gue main band ya?"
"Iya, Dan. Gimana dong? Gak kepepet emangnya?"
"Ah, gampang. Apa sih yang Ardan gak bisa," ucap Ardan sambil nyengir.
"Hmm, awas aja lo ya."
"Lo pake baju adat ternyata cantik ya. Adat Makassar lagi. Kalau gue bawa ke Makassar sekarang, pasti para tante-tante gue langsung setuju nih kalo tau calon mantunya begini," ungkap Ardan sambil menatap Trishya dari bawah sampai atas.
"Haha, bisa aja lo, Dan. Lagian baru lulus SMP juga."
"Berarti kalo udah sarjana boleh dong?"
"Apa kata lo aja deh, Dan. Gue balik dulu deh kalo gitu, lo yang keren ya mainnya." Trishya kemudian berjalan dengan anggunnya meninggalkan Ardan.
"GUE SELALU KEREN KOK TRIS!!"
[][][]
Ardan memakai jasnya, lalu setelah itu ia mengikat tali sepatu conversenya kemudian menaiki panggung bersama teman-temannya.
Malam ini Ardan memakai jas berwarna hitam dengan kemeja berwarna hitam juga didalamnya, serta ia memakai celana chino berwarna khaki, dan sepatu pantofel milik Arfin. Iya, nebeng.
Ardan dan para kawannya pun menaiki panggung, lalu mereka memainkan lagu Just The Way You Are. Sesekali Ardan melirik Trishya yang duduk di bagian tengah. Trishya di tempatnya tergagap sendiri lalu mengalihkan pandangannya. Ardan kemudian tertawa di sela permainannya.
Setelah lagu selesai, Ardan buru-buru ke belakang panggung untuk mengganti bajunya dengan baju adat Makassar yang senada dengan Trishya. Lalu setelah ia siap, ia mendatangi Trishya. Trishya sempat menganga beberapa detik. Ardan terlihat lebih tampan menurutnya.
"Jadi, kita yang ke berapa nih?" Tanya Ardan membuka pembicaraan. "Mmm, mungkin ke 3," jawab Trishya. Ia masih merasa canggung karena perbuatan Ardan tadi.
[][][]
Trishya dan Ardan sedang bersiap-siap untuk menaiki panggung. Tangan Trishya sudah menggaet lengan Ardan sejak tadi. Ia tidak sadar, sedangkan Ardan yang menyadarinya, tersenyum geli.
Tak lama, mereka dipanggil. Trishya dan Ardan menaiki panggung, sambil memasang senyum lebar masing-masing. Trishya berjalan dengan anggunnya, dengan Ardan yang berjalan gagah di sampingnya.
Dari atas panggung, Ardan melihat Arfin mengacungkan 2 jempol kepadanya sambil berkata "SEDHAP!" tanpa suara. Ingin rasanya Ardan tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah Kakaknya. Namun ia tahan karena mengingat ia masih diatas panggung.
Setelah berjalan ke depan, lalu ke samping kiri dan kanan, Trishya dan Ardan kembali ke belakang panggung.
"Fyuhhh." Trishya menghela nafasnya lega, akhirnya semuanya berjalan lancar. Sedangkan Ardan buru-buru mengambil beberapa lembar tisu untuk mengelap keringatnya.
"Nih, mau gak?" Tanya Ardan sambil menyodorkan tisu. Trishya menerimanya. "Eh, Tris, kita foto dulu dong buat kenang-kenangan," pinta Ardan.
"Boleh, kapan lagi gue pake baju adat, haha."
"Nanti Tris, di pelaminan sama gue."
"Ngomongnya kayak udah mau nikah besok aja."
Ardan nyengir kuda, lalu setelah itu ia mengambil ponselnya. "Kak Jasmine, fotoin kita doong," pinta Ardan kepada Jasmine yang kebetulan ada di belakang panggung juga.
"Okee, sini Kakak fotoin." Ardan kemudian menyerahkan ponselnya kepada Jasmine. Lalu, ia memasang posisi di samping Trishya. Trishya dengan reflek, mengaitkan lengannya dengan lengan Ardan.
"Aduh, mesranyaa," puji Jasmine sambil terkekeh geli melihat Trishya. Trishya kemudian melihat lengannya, lalu wajahnya merah padam menahan malu.
"Udah belum, Kak?" Tanya Trishya. "Udaah, udah 100 kali malah ini, gandengannya gak dilepas-lepas," jawab Jasmine menggoda Trishya.
Trishya melepas gandengannya lalu melihat Ardan yang sudah tertawa di sampingnya. Trishya memukul lengan Ardan dengan keras, "ish! Jangan ketawain gue, Dan!"
"Hahaha, abisnya lo lucu sih, Tris."
"Dari dulu gue udah lucu."
"Iyain aja deh, nyenengin hati orang kan pahala."
Trishya mencibir. Lalu ia segera berlalu meninggalkan Ardan. Ia mengganti bajunya dengan gaun yang sudah disiapkannya.
Begitu juga dengan Ardan, ia kembali mengganti bajunya dengan setelan jasnya.
[][][]
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00. Acara sudah selesai, lalu para murid melakukan sesi foto-foto untuk kenang-kenangan. Mereka juga sudah diberikan buku tahunan masing-masing.
Setelah berfoto-foto, Trishya pulang bersama kedua orang tuanya. Begitu juga dengan Ardan yang pulang bersama Arfin karena orang tuanya sedang di luar kota.
[Trishya]
HALOOOO AKU KEMBALIII WKWK.
Setelah melewati tryout dan tugas-tugas, akhirnya bisa update cerita ini wkwkwk. Sebenarnya ideku mulai menipis, jadi harap maklum dengan cerita super absurd ini.
Kritik dan Sarannya kutunggu, jangan lupa vote dan comment!
Thankieesssss😘
-alamandatalia-
21/2/2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Trishya
Novela Juvenil[COMPLETE] Selama 15 tahun hidupnya, Trishya belum pernah memiliki sahabat laki-laki. Hingga akhirnya, Ardan Azhar, anak dari teman orang tuanya itu datang kepadanya dan menawarkan persahabatan. Namun, siapa sangka bahwa Ardan akhirnya akan jatuh ci...