Chapter 12 : Ingatan

124 22 0
                                    

5 hari tidak masuk sekolah membuat Kimi ingin sekali menangis ketika melihat seberapa banyak pelajaran yang harus dipelajarinya. Kindy menyimpan tumpukan buku paket dan menatap Kimi dengan kejam

" Beri aku keringanan, Adikku " Kimi sungkeman didepan Kindy.

Kindy mendengus tanda tidak akan mengabulkan permitaan apapun. Kimi berteriak histeris memegang kepalanya.

"Jangan banyak bicara. Pelajari saja sekarang "

Kimi terisak tapi tangannya tetap mengambil buku paketnya dan mengerjakan soal – soalnya. Kindy mengawasinya sembari memakan donat oreo tanpa memalingkan sedikitpun wajahnya.

Dengan perasaan sok tenang Kimi menyalin semua pelajaran dan mengerjakan latihan – latihannya. Jam dinding berdetak lebih kencang ketika keadaan sangat hening. Jendela dibuka sehingga angin dingin masuk menggerakan korden. Sesekali terdengar suara mobil dan orang yang bercanda ketika berjalan.

Kindy duduk disamping jendela, angin menyapanya dengan lembut. Kindy merosot tertidur dikarpet. Kimi menghentikan tulisannnya, memperhatikan adiknya setelah itu menutup jendela agar adiknya tidak masuk angin.

Kimi mengambil selimut dan memakaikannya pada Kindy. perbedaan umur yang hanya 1 tahun membuat keduanya terlihat seperti seumuran. Setelah memakaikan selimut, Kimi kembali belajar.

Kimi menahan dagunya sembari memikirkan rumus soal, tapi ia malah mengingat kejadian ketika sedang bermain basket melawan SMK 5. Saat itu ia benar – benar merasakan sakit dikepalanya. Rasa sakit yang membutakan yang membuatnya tidak bisa memikirkan apapun lagi. Desiran kuat dan ledakan didalam kepalanya membuat telinganya berdengung hebat. Sampai sekarang, Kimi masih ingat bagaimana sakitnya. Kimi bergidik ngeri

Tanpa alasan yang jelas, Kimi merasa jika ia bisa mengingat apapun, sehingga Kimi mencoba mengingat kejadian ketika bersama orang tuanya.

Saat itu ketika ia masih tinggal dikorea. Kimi yang masih berumur 7 tahun bermain dengan adiknya. Sang ibu tersenyum memperhatikan keduanya. Sedangkan ayahnya duduk sembari membaca koran.

Ingatan lain mendadak melintas. Sebuah lab dengan langit – langit kamar berwarna putih. Sang ayah tersenyum melihatnya. Kimi menarik nafasnya, keringat dingin mengucur ketika Kimi melihat ingatannya sendiri. nafasnya tersengal, mendadak ia menghempaskan tumpukan buku paket karena tersentak kaget.

Kindy kaget membuka matanya, ia melihat Kimi berlari ke kamar mandi dan mendengarnya muntah. Kindy buru – buru bangun setelah itu berdiri dibalik pintu'

"Kimi apa yang terjadi?"

Terdengar siraman air, Kimi membuka pintu dengan wajah pucat

"Aku sepertinya masuk angin"

"hah?" Kindy menatap kakaknya tidak percaya.

Kimi kembali pada pelajarannya sedangkan Kali ini Kindy membiarkannya. Kindy menonton saluran Natgeo sedangkan Kimi memainkan penanya sembari menahan dagunya. Kimi terlihat melamum memikirkan ingatannya. Apa itu benar – benar dirinya.

Kimi menghela nafas setelah itu menutup bukunya

"Aku akan kembali mengerjakannya nanti malam"

Kindy meliriknya dan mengangguk kecil. Kimi merebahkan dirinya disofa dan melihat langit – langit ruangan yang dihiasi oleh lampu gantung yang lumayan besar.

"Kau seharusnya istirahat" kata Kindy membuka percakapan

"Aku sudah lebih baik, anginnya sudah keluar lagi"

"Apa yang kau pikirkan?"

Kimi tidak langsung menjawab. Ia memikirkan jawaban yang sesuai dengan warna hatinya.

School DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang