Chapter 7 : Futsal

211 26 9
                                    

Richi Indra Harsh atau biasa dipanggil Richi duduk menahan dagu dan terlihat bosan, tangannya yang bebas menggambar kepala orang yang sedang merokok dibuku catatannya. Hari ini udara sangat panas sehingga membuat moodnya turun. Anak yang mempunyai tinggi 175 itu lebih menyukai hujan, walaupun itu hujan guntur sekalipun.

Richi menghela nafas dan menjatuhkan kepalanya diatas meja, Richi benar – benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya dikala bosan.

"Jangan tidur dikelas" Kata salah satu siswa sembari menyimpan biskuit susu didepan wajahnya.

Richi melirikan matanya, ia mendapati Ikky dari kelas lain yang mempunyia tinggi 180cm dan juga sahabatnya berdiri didekatnya. Richi kembali menghela nafasnya setelah itu mengangkat kepalanya yang sedikit berat.

"Mau Ngapain?" tanya Richi. Tangannya mengambil biskuit susunya dan memakannya

"Jam 3 main Futsall di Liverpool lawan SMK 1 "

"Siapa yang ngajakin duluan?"

"Kita"

Richi tidak langsung berkomentar ia memakan kue susunya dengan khusuk. Ikky berbalik pergi meninggalkannya

"Anak itu ikut?" tanya Richi tiba – tiba

"Tanyakan saja langsung padanya"

Richi tidak kembali bertanya dan mengigit biskuitnya dengan kuat, wajahnya terlihat datar dengan segurat rasa kesal.

Ingatannya kembali disaat dirinya sedang berada disekolah Menengah Pertama kelas 3 ketika sedang pertandingan final basket.

Richi melirik papan Skor. Sekolahnya unggul 20 angka. Richi menarik bibirnya ia yakin jika ia bisa memenangkan pertandingannya. Richi bermain dengan semangat dan juga tekad kuat. bagaimanapun Ia harus memenangkan kejuaraan ini agar orang tuanya bisa melirik dirinya walaupun hanya sedikit saja.

Saat itu babak terakhir baru saja dimulai Richi hanya perlu mempertahankan Skor agar bisa menang tapi pemain baru masuk dalam Team lawan. Semua orang bersorak lebih keras ketika melihat pemain itu. Richi menatapnya, Ia tidak mengenalnya.

Pemain itu berdiri diposisi center berhadapan langsung dengannya. Tinggi yang sama dan ukuran tubuh yang sama. Richi sangat yakin jika ia mampu mengalahkannya.

"Apa kau mengenalku?" tanya pemain itu

"Aku tidak perlu mengenalmu, aku hanya perlu mengalahakan teammu"

Pemain itu terdiam mendengar jawaban dingin Richi

"oh, jangan khawatir. Team mu akan menang--- "

Pluit berbunyi, bola melayang diantara keduanya

"Dalam mimpimu " lanjut pemain itu sembari menyeringai mengerikan.

Richi terpaku, ia mematung. Bukan karena perkataan pemain itu, namun sesuatu yang lain. lompatan pemain itu lebih tinggi daripada lompatannya dan yang lebih mengejutkan, dalam hitungan detik. pemain itu sudah melewati semua lawannya dan mencetak skor. Richi menoleh. Penonton kembali bersorak lebih keras.

Pemain baru bernomor punggung 14. Kimi Rajendra Pratima seketika menghancurkan harapannya.

-.-.-.-

Leo mengerutkan keningnya dengan sangat heran sembari memandang cilok pilihannya yang sedang digoreng. Perlahan cilok itu membesar dengan warna yang mulai berubah. Leo segera mengangkatnya dan meniriskan minyaknya

"Jangan dekat-dekat wajahnya Dek" komentar penjualnya

"Saya Cuma heran kenapa saya suka cilok gorengnya pak" balas Leo sembari memasukan ciloknya kedalam plastik.

School DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang