Leo kecil sendirian menangis sesenggukan sembari duduk dikursi ruang tunggu dikantor polisi salah satu tempat wisata di London, Windsor Castle. 1 jam yang lalu terjadi insiden pemboman di tempat wisata itu, membuat Kastil yang menjadi tempat tinggal Ratu Ingris itu Hancur dalam sekejap.
Kejadiannya begitu cepat, Leo sendiripun tidak sadar sudah berada ditempat ini setelah ledakan, namun yang terakhir ia ingat adalah ibunya yang berteriak memanggil namanya sembari mengulurkan tangan.
Seorang laki – laki masuk kedalam kantor yang menjadi penampungan sementara para korban. Ia tidak berfikir panjang ketika mendengar bom meledak ditempat wisata yang keluarganya datangi. Ia adalah mahasiswa yang bersekolah diinggris karena beasiswa. Tiga hari yang lalu, keluarganya datang menjenguk dan berencana untuk mendatangi semua tempat wisata di London. Galih menyapukan pandangannya pada wajah para korban.
Dalam situasi seperti ini, ia tidak tahu harus pada siapa bertanya. Walaupun ia langsung bertanya pada opsir setelah kedatangannya, Galih tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Sehingga Galih hanya bisa berharap jika keluarganya baik – baik saja dan dengan cepat bisa menemukannya.
Nafas Galih tertahan ketika melihat seorang anak yang dikenalnya sedang menangis sendirian. Galih tidak bisa menahan diri untuk tidak berlari dan memeluknya dengan erat
"Leo, Syukurlah"
Leo sedikit kaget ketika merasakan pelukan yang tiba – tiba, Leo mengangkat wajahnya, ia melihat sosok yang dikenalnya, tangisan Leo semakin menjadi seolah ia ingin mengadukan tentang keadaan yang menimpanya.
"Hiks... Ibu.. Hiks... Ayah..."
"Apa yang terjadi pada Mereka? " Tanya Galih setenang mungkin.
Tapi Tangisan Leo semakin keras.
"Jangan menangis. Ceritakan padaku bagaimana kejadiannya"
Leo terisak menatap Galih. Leo menunjuk kearah pintu keluar
"Ayah dan ibu hiks, masih dikastil "
Mendengar itu tubuh Galih mendadak lemas dan tangannya kesemutan seolah darahnya disedot sampai habis oleh sesuatu yang tidak terlihat.
" Polisi akan menemukan mereka " Ucap Galih dengan suara yang gemetaran.
" Galih Darshan" Leo menyerukan namanya dengan lantang " umur 28 tahun dan masih perjaka" Leo menarik bibirnya dan memandang sang pemilik nama dari mulut pintu sembari menyilangkan tangannya "Aku Leo, anaknya IronMan tidak memberimu izin untuk masuk kedalam rumah sebelum kau memberiku Figur IronMan terbaru "
Melihat kelakuan Leo. Pak salim yang sedang menyiram bunga hanya menghela nafas kecil sembari tersenyum.
Galih mendengus mendengar perkataan Leo. Ia berjalan mendekati Leo tak lama menjitaknya dengan keras
"KAU MENGATAKAN HAL SEPERTI ITU PADA PAMANMU SENDIRI HAH?!"
Leo berguling seketika memegang kepalanya
"Ahhh, sakit. Keras banget si jitaknya"
"Siapa yang perjaka hah?"
Galih sang paman yang sudah merawatnya menarik kerah baju Leo dan menatapnya mengerikan
"ah. Maaf – maaf. Aku lupa jika keperjakaan paman sudah terenggut oleh tangan paman sendiri"
Galih tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia meminting leher Leo dan membantingkannya. Leo kaku seketika.
"Katakan lagi bocah" kata Galih sembari duduk dipunggung Leo
"A-Ampuni hamba. Hamba Khilaf"
"Kurang lengkap"
KAMU SEDANG MEMBACA
School Diary
Teen FictionKepala donat, Tusukan Sate dan Pemuja baso. Lets War Begin.