Chapter 25 - Akibat

99 14 2
                                    

By King Lele

Keadaan begitu mengerikan didaerah perumahan mati itu. tidak ada suara apapun yang terdengar kecuali suara binatang malam pegunungan. Udara sangat menusuk karena sekarang adalah bulan November dimana curah hujan sangat tinggi sehingga membuat angin berhenbus lebih dingin dan juga kencang. Kabut sudah lama turun dari sore hari semenjak kedangan Syailendra yang memangku keponakannya masuk kedalam salah satu rumah.

Rumah ini terlihat sedikit bersih daripada rumah – rumah yang lain. lampu depannya tetap mati namun bagian dalam rumah ini terlihat terang.

Setelah menidurkan keponakannya didalam kamar, Syailendra masuk kedalam kamar mandi dan membasuh wajahnya. Ia membuka bajunya yang kotor dan mengambil Teko untuk memasak Air.

Peralatan didalam rumah terlihat sangat lengkap. Mulai dari meja, sofa, lemari pendingin bahkan kasur yang terlihat bersih terawat. Sudah jelas jika rumah ini tidak benar – benar kosong. Rumah ini berpenghuni.

Syailendra menoleh ketika mendengar seseorang berusaha untuk membuka pintu, tidak mungkin jika itu keponakannya sehingga Syailendra mengambil pisau dan berjalan menuju pintu.

Pintu berhasil dibuka dan seseorang masuk. Orang itu seketika berteriak kaget ketika melihat Tuan Rumah melompat nyaris menikamnya

" Pak Syai" Ucap Orang itu yang adalah seorang laki – laki berumur 30 tahunan dengan nafas yang memburu.

" Pak Ujang " Gumam Syailendra sembari menarik kembali tangan berpisaunya dan menatap laki – laki yang sudah merawat rumahnya " Ada apa?"

" Saya kemari karena melihat lampu menyala " Pak Ujang terlihat sesopan mungkin " Sehingga saya datang untuk memeriksa. Saya tidak tahu jika Bapak pulang "

" Tak masalah. Salahku juga aku tidak memberitahu Bapak lebih dulu " Ucap Syailendra
" Kalau begitu saya undur diri " Ucap Pak Ujang sembari berangsur keluar. Syailendra hanya mengangguk dan tersenyum ramah setelah itu menutup pintu dan kembali menguncinya.

Syailendra kembali kedalam kamar dengan baskom yang berisi air hangat dan juga handuk basah. Ia menatap keponakannya yang masih belum sadarkan diri dengan darah yang mulai mengering.

Syilendra duduk disampingnya dan mulai membersihkannya. Syailendra merasakan jika Suhu tubuh Leo naik akibat luka yang dialaminya tapi Syailendra mengabaikannya. ia tetap membersihkan tubuh Leo dan mengganti bajunya dengan pakaian bersih miliknya.

" Aku ingin kau mati ditanganku, bukan mati karena tindakan bodoh yang kau lakukan " Gumam Syailendra sembari mengancingkan kameja di tubuh Leo " Aku sangat yakin jika kali ini adalah waktu yang tepat untuk melakukannya tapi kau mengacaukannya " Geram Syailendra tepat didepan wajah Leo. tapi anak itu tidak merespon, bahkan nafas anak itu mulai melemah.

" Kenapa kau melakukan ini padaku Leo? "

Syailendra bangkit menatap Leo dengan nanar

" Aku melakukan ini untukmu. Semua untukmu. Aku tidak seperti Galih yang memberimu kesenangan hidup, membuatmu melupakan orang tuamu. Kenapa kau menolak kematian dariku. Aku ingin melihat wajah bahagiamu ketika kau akan kembali dengan kedua orang tuamu "

Syailendra meremas rambutnya sendiri dengan frustasi, setelah itu menutup wajahnya sedikit mencakarnya. Selain Frustasi karena tindakan Leo, Syailendra mulai merasakan pusing dikepalanya akibat benturan yang lumayan keras.

Syailendra mencari tempat obat dan meminum obat yang mungkin akan mengurangi rasa sakitnya. Syailendra terhyung membentur tembok dan merosot. Rasa sakitnya semakin menjadi. Disisa pandangannya yang mulai kabur. Syailendra menatap Leo tak lama mendengus kecil menutup matanya

School DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang