Chapter 20 : Ikan Salden

145 19 2
                                    

Lintas alam, itulah yang dikatakan oleh Kimdy bersaudara ketika mengajak Leo untuk bergabung. Sebenarnya keduanya tidak ada niatan untuk mengajak temannya karena ini adalah acara keluarga namun Sang Wali mengatakan akan seru jika sahabat bekicot mereka ikut. Kimi dan Kindy tidak mungkin mengatakan tidak, Mereka harus menjalankan apa yang Wali mereka inginkan.

"Tempatnya di kaki gunung, ditempat perkemahan" Jelas Kimi sembari meminum Air mineralnya

"Wali kalian yakin? Maksudku, kenapa aku harus ikut dan kemah terus ih, digunung lagi, pantai aja sesekali"

"Berisik. Aku sudah bilang, mungkin akan lebih seru jika kau bergabung"

"Tidak ada niat apapun kan? ( kenapa gak dipantai kemahnya ) "

"Hah? Maksudnya?" Kimi mengangkal alisnya tak mengerti

"Membuangku disana sepertinya (sesekali kemah dipantailah) " Leo menatap keduanya.

Kindy memasang wajah datar berbeda dengan Kimi yang langsung meledakan tawanya

"Ya elah, tanggung banget buang dihutan kaki gunung, masih disukabumi lagi. Hahahha "

"Aku akan bilang pada Raden dulu"

"Kita pergi bersama Raziel kali ini, aku yakin pamanmu akan memberikan izin"

"Kau tahu setelah kejadian pramuka tahun lalu sang Raden selalu mengatakan tidak jika ada acara digunung " Leo merinding sendiri ketika membayangkan Galih menarik pipinya dan juga hidungnya dengan keras "Tambah lagi----"

Leo menoleh pada Kindy yang terlihat datar tidak senang

"Adikmu seperti mengingkan aku menjawab tidak"

"Kindy memang tidak mau kau ikut, dia nyaris bertengkar dengan Sir Raziel ketika dia mengatakan kau harus ikut"

"Sir, sejak kapan kau memanggil walimu Sir?"

"Baru saja, agar terdengar keren"

"Oh"

"Jadi kau akan ikut?"

"Aku harus ikut ( walaupun aku inginnya kemah pantai ), aku akan membuat adikmu kesal. Hahaha"

-.-.-.-

Tidak ada percakapan diantara keduanya. Leo duduk dikarpet dengan kepala diatas meja, sedangkan Galih duduk disofa menatap dengan heran keponakannya.

"Ada sesuatu yang ingin kau katakan?" Galih membuka percakapan.

Leo masih belum menjawab, perlahan anak yang sering dibully oleh teman – temannya itu menggerakan kepalanya dan menatap Galih dengan wajah memelas. Galih menaikan alisnya heran, sudah jelas jika anak didepannya menginginkan sesuatu

"Aku mau kemah"

"Ditolak"

"Sama Kindy dan Kimi"

"Ditolak"

"Diajakin sama walinya"

"Itu tidak akan mengubah keputusanku" Galih menatap Leo setelah itu kembali meminum kopinya. Leo Histeris memegang kepalanya.

"Paman tega sama aku" Gumam leo dengan isakan yang dibuat – buat

"Dengar ya, terakhir kali kau kemah dan kau sakit disana"

"Itu beda lagi, saat itu aku disiksa dan disuruh ujan – ujanan "

"Disuruh? Aditya mengatakan jika kau memaksa ikut dengan tidak memakai pita merahnya"

"Huh" Leo mendengus kesal dengan wajah yang masam, setelah itu pergi ke kamarnya. Galih membiarkannya. Galih mendengar jika Leo bergumam tidak jelas ketika pergi, Galih hanya menyinggungkan senyumnya. Ponsel Galih bergetar, Ia tidak berkomentar ketika melihat nama yang tertera dilayar ponselnya

School DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang