By King lele
Leo meringkuk memegang tubuhnya sendiri pojok kamar, ia masih memakai seragam sekolah SMPnya. Tubuhnya gemetaran hebat dengan cairan merah pekat merembes mewarnai seragam atasannya yang putih.
Ia menangis sesenggukan dengan tubuh yang penuh oleh luka sayat. Sayatan benda tajam yang dalam membuat darahnya keluar cukup banyak.
"Itu akibatnya jika kau tidak menuruti semua perkataanku" suara lain muncul didekatnya. Leo meliriknya dengan wajah ngeri penuh ketakutan. Ia semakin terisak sembari menggeleng kecil tidak ingin kembali disakiti.
"Terus seperti itu. Aku sangat menyukainya" si pemilik suara itu semakin mendekat tak lama berbisik dihiasi dengan seringaian ditelinga Leo yang membuat Leo tidak bisa menahan teriakannya.
Leo tersentak bangun dari tidur siangnya.
" Mimpi buruk?" Tanya Galih yang sudah duduk disofa sembari meminum Teh.
Leo menoleh dengan cepat, Ia menatap pamannya dengan wajah pucat dan keringat dingin mengucur dari keningnya. "Paman sudah pulang?"
"Sekitar 10 menit yang lalu"
Leo tidak kembali menjawab, ia bangkit dan mencuci wajahnya. Pandangan Galih mengikutinya
"Mimpi apa?" tanya Galih ketika Leo sudah kembali dan duduk didepannya. terlihat melamun dan semakin pucat.
"Lupa" jawab Leo berbohong.
"Kau yakin tidak ingin menceritakannya?"
Leo tidak menjawab, pandangannya terlihat datar sembari menunduk menatap Armband dipergelangan kirinya. Mimpinya adalah ingatannya ketika Ia berumur 13 tahun. Ketika ia masih kelas 1 SMP.
Leo masih mengingat dengan jelas bagaimana orang itu tertawa sembari menyayat setiap inchi kulitnya dengan silet dan cutter. Seperti Tawa penjahat yang mendapat kepuasannya sendiri akan apa yang dilakukannya. semakin keras Leo menangis, semakin dalam sayatannya.
Leo memegang kepalanya dan mengusap wajahnya dengan Frustasi. Tawanya seolah menggema dikepalanya dan wajahnya yang terlihat tidak jauh berbeda dengan setan. Seringaian dengan Cutter yang terangkat.
Tanpa sadar Leo menghempaskan tangannya dengan kaget ketika Galih mencoba menyentuhnya.
" Ah " Ucap Leo ketika sadar jika orang yang akan menyentuhnya adalah Galih.
Galih menatap keponakannya, ia ingin tau apa yang di mimpikan oleh keponakannya sehingga keponakannya itu terlihat frustasi. Tapi sang keponakan terlihat tidak ingin menceritakannya sehingga ia tidak mempunyai pilihan lain, membiarkannya sampai ia menceritakannya sendiri.
Leo terlihat kebingungan setelah itu pergi begitu saja ke kamarnya, meninggalkan Galih yang terlihat serius memandangnya.
Esoknya, Leo menyimpan pipinya diatas meja ia memandang kearah jendela kelas dengan tatapan menerawang ketika jam istirahat. Ia melihat murid – murid lain berlalu – lalang di koridor kelas, ada yang berlarian, berjalan sembari membaca buku dan berjalan selayaknya orang normal. Matanya memang menangkap semua kejadian itu tapi pikirannya melayang entah kemana.
" Jadi kau Leo?" Ucap seseorang padanya yang masih berumur 12 tahun. Seorang Laki – laki yang memiliki wajah yang tidak terlalu berbeda dengan Galih, bermata coklat pekat dan rahang yang tegas " Aku Syailendra, Aku adik Pamanmu "
" Adik Paman Galih?"
Syailendra yang baru mengenalkan diri itu mengangguk sembari tersenyum " Kau bisa panggil Aku Len---- Hei Nama panggilan kita tidak terlalu jauh. N dan O "
KAMU SEDANG MEMBACA
School Diary
Teen FictionKepala donat, Tusukan Sate dan Pemuja baso. Lets War Begin.